Monday, December 17, 2012

Sungguh Tak Sabar Ingin Segera Bertemu


Inilah aku, tidak pernah mampu menahan diri. Tadi sudah minum White Koffie, baru saja minum kopi lagi dari dispenser di Faculty Lounge. Akibatnya, perutku sebelah kiri atas terasa sungguh tidak nyaman. Bicara mengenai tidak mampu menahan diri... itu tidak sepadan dengan yang didapatkan. Memangnya apa yang didapat? Kengerian! Mengapa ada orang-orang yang kelakuannya mengerikan tetapi selamat-selamat saja? Sungguh pertanyaan bodoh, seperti tidak pernah baca saja. Itulah susahnya. Bacaanku banyak. Jadi kalau berbuat salah, salahnya lebih besar dari yang tidak pernah membaca. Lalu biar apa membaca? Sungguh mengerikan bila mentalitas fatalis digabung dengan ketidakmampuan mengendalikan diri. Alhamdulillah, tadi sudah shalat Dhuhur relatif tepat waktu. Ashar nanti bagaimana?

Ini kenapa di samping Langgar ada sapi begini?
Aku memulai hari ini dengan menonton Prince of Egypt. Ini sudah kedua kali, dan masih saja dadaku sesak menontonnya. Ilham adalah bahan baku seniman. Kertas, kayu, suara, kata-kata dan sebagainya hanyalah media. Bahan bakunya adalah ilham. Semua yang kupahami mengenai diriku semakin lama semakin mengerikan. Haruskah aku berpuas diri dengan identitas sebagai Umar Bakri, yang dikurangajari murid-muridnya? Setidaknya, aku menerima dengan sepenuh-penuh hati, bahkan bersuka-cita, bahwa tidak ada sesuatupun yang istimewa denganku. Akan tetapi, mengapa sulit sekali bagiku untuk menjadi... biasa? Apakah aku sekadar pemalas, dan pembual. Buruk sekali sifatku... Cantik, ketika menggambarkanku, menggunakan kata "pengasih." Membicarakan diri sendiri tanpa henti seperti ini adalah bukti betapa hampanya jiwa. Untunglah semester ini sudah berakhir. Syukurlah tidak ada semester pendek. Jiwa yang hampa hanya menorehkan kengerian, bila diproyeksikan baik dengan mata, sikap tubuh apalagi kata-kata.

Jika sudah demikian, hanya mesjid di tepi Cikumpa itu satu-satunya tumpuan harapanku. Sungguh aku ini pendosa. Ingin sekali aku bergantung pada belas-kasihNya, tetapi aku merasa kurang-ajar begitu jika mengingat betapa berkarung-karung dosaku. Terlebih jika mengikuti diskusi mengenai hadits, sekarang aku jadi takut ikut-ikutan bicara mengenainya. Insya Allah, ini bisa kuanggap sebagai kemajuan [ndasmu mlethas] Sungguh, jika kuingat-ingat, betapa cerobohnya aku selama bertahun-tahun. Aku sok alim. Tamparan terhadap yang satu ini memang sudah kurasakan setidaknya tiga tahun terakhir ini. Jika mengingat, aku pernah menjadi pemateri dalam suatu pengajian, meski itu disebut sebagai "leader discussion," Ya Allah... Kini aku terpuruk, dengan muka tersuruk-suruk, di dasar comberan hitam tempat menumpuk limbah restoran Cina. [lhah kenapa harus ada Cina-nya?] Kasihan, muka mereka juga hitam kusam tak bercahaya, para penghuni comberan itu.

Love Will Lead You Back Where You Belong

No comments: