Saturday, December 15, 2012

Suatu Entri Konyol tentang Henfon a.k.a Ponsel


Aku melakukan ini untuk diriku sendiri. Ini, menulis entri-entri konyol ini. Tulisan-tulisan tolol ini, entah mengapa kusebut entri. Kuganjal kibor dengan carjer Nokia. Aduhai, betapa sudah lama sekali aku tidak menggunakannya. Biarlah kuingat-ingat disini henfon yang pernah kupakai, dari sekarang. Henfonku sekarang adalah seekor Blekberi Gemini warna merah marun. Kubeli di ITC Fatmawati, gara-gara Cantik dapat Blekberi Bold Lama dari Kak Tina. Iya lah, jika alasannya semua orang minta pin saja, mana mungkin aku tergerak membeli. [Hey, kibor ini enak, empuk sekali; meski tepat di samping shift kiri ada tombol garis tegak stupid yang sering kepencet] Henfonku sebelumnya adalah seekor Nexian dual mode GSM/CDMA, entah apa tipenya aku lupa. Kubeli di ITC Depok, tepatnya di Leo Star. Ini adalah henfon dengan kibor qwerty pertamaku. Di situ juga aku pernah masukkan lagu-lagu Billy Vaughn dan Eddie Calvert, untuk kudengarkan di Starbek.

Sebelumnya... apa ya henfonku? Jika tidak salah Nokia 1200 yang sudah kumiliki sejak sebelum ke Belanda; ya, dan sebuah Esia yang pernah membangunkan Khaira dari tidur siangnya. Huft, repot benar bawa-bawa dua henset ini. itulah sebabnya aku segera mengganti mereka dengan Nexian dual mode itu. Ya, itulah alasannya. Di Belanda, Nokia 1200 itulah satu-satunya hensetku; sedangkan waktu itu Sam sudah menggunakan Samsung entah apa, yang di dalamnya ada sms dari Bibi buat Cil katanya "gogoyangan." Yuck! Sial, aku disamakan dengannya karena suka Liverpool dan kucing. Aku juga ingat waktu itu aku berjanji pada Dik Praborini untuk membeli Blekberi, biar snob; karena ketika itu dia beli di Belanda! Sebelum ke Belanda, henfonku juga dua, satu GSM, ya Nokia 1200 itu; satu lagi CDMA, Nokia juga, aku lupa tipenya. Namun, tipe itu lebih tua dari Nokia CDMA low-end terbaru yang tengah beredar, seperti punya Adik. Nah, sebelum ke Belanda, henset CDMA-ku itu kutitipkan pada Mang Imas, entah kalau tidak salah disekolahkan juga akhirnya dia.

Sampai di sini aku sudah tidak ingat lagi urutannya. Apakah Nokia dengan joystik pentil itu, yang akhirnya kujual pada Wong Edan karena butuh duit; lengkap dengan dispenser panas-dingin Cosmos? Entahlah. Namun Nokia pentil itu kubeli di Carrefour Lebak Bulus. Well, itu adalah henfon pertamaku yang ada kameranya. VGA sih, tapi kamera! Sedangkan waktu itu Dedy sudah pakai Sony Ericsson k570i dan banyak lagi hensetnya. Sebelum itu... apakah langsung si Nokia Biru 2100 itu? Wow, sangat memorabel, karena bahkan benda itu, yang harganya cuma Rp 800,000 itu, pada waktu itu, belinya pun harus nyicil sama Pak Kendar. Ya Allah... Dibagi sepuluh, bayar dua belas kali. Ini namanya mindring hahaha... Yang paling terkenal dari Nokia Biru itu adalah rington sms-nya yang berbunyi Poor People of Paris, yang sering memancing orang untuk melanjutkan. Sebelum itu... kalau tidak salah Siemens Sendok Es Krim boleh nglungsur dari Adik deh... atau Bapak... lupa... Sebelum itu lagi, Ericsson GH-688 yang jaya! Lengkap dengan hensfri-nya untuk kijang satu kijang dua dengan Ige; memang dibelikan Ige untuk keperluan menangkap apset.

Selamat Ulang Tahun, Pak.
Saya Selalu Bangga pada Bapak.

No comments: