Wednesday, December 12, 2012

Sanjak Babi Ungu Sembilan Bait


Tidak apa-apa
Minggu pagi menjelang siang begini
memang cocok untuk berkata-kata yang sulur-bulur
tak berujung pangkal

Memang nikmat
ketika hasrat untuk berkarya tercekat oleh keseharian
ketika daya cipta diperas untuk karsa orang lain
Cipta memang sesuatu yang sangat egois

Memang rendah cipta manusia itu
maka janganlah ikut-ikut mencipta
Kalian tidak benar-benar mencipta
Hak kalian adalah untuk berkarya

Cucurkanlah keringat, penuhi hak Ibu Bumi
Hah, mulai lagi... termenung mendamba teman yang tidak pernah dipunya
ketika kata-kata dirangkai dalam bentuk alinea demi alinea
Apalah arti cinta ketika yang ada hanya resah, gundah dan sepi?

Bersapardi kini menjadi satu-satunya cara
ketika ingin berbakardi tidak punya uang
Lagipula haram, lagipula tidak begitu tulisannya
dan kesederhanaan itu, keliaran itu, bau itu

Menguar dari celah sempit di antara dua pipi tembem
Pantat. Terima kasih telah menemani, di sini
Cinta... seharusnya sederhana
Cinta seharusnya tidak seperti ini

Cinta seharusnya jujur, persis seperti yang mendekam di relung hati
yakni sarang laba-laba, beruntai-untai sutra alami
yang sama-sekali tidak cantik
memerangkap ketakutan dan kecemasan

Babi itu mengapung dalam kesederhanaan
meski aslinya tentu jauh lebih rumit dari kelihatannya
Tak ayal tetap membuat tersenyum sesungging
di bawah lampu jalan, menggelinjang di selilit tiangnya.

Ini adalah mengenai bidadari, meski babi
mengawan pura-pura tidak tahu, mengerjap-ngerjap di sekelilingnya
melaki seakan tiada yang lebih penting lagi di dunia ini
habis enak mau bagaimana lagi?

No comments: