Sunday, December 30, 2012

Aku Bahagia Hidup Sejahtera di Khatulistiwa


Maria Dolorosa
Segala puja dan puji hanya bagi Allah Tuhan seru sekalian alam! Hari ini matahari bersinar dengan perkasanya. Tak ingin kusia-siakan lagi kesempatan ini, segera kucuci helm dan sepatu keds. Kini mereka sedang menikmati teriknya matahari siang di landasan depan. Semoga mereka kering sempurna sebelum panas hari ini habis. Bantal favoritku yang sudah dicuci Cantik pun tengah dipanggang di atas motor. Lumayan agar joknya beristirahat dari terik matahari. [aku baru saja menjemur es kelapa nangka yang tempo hari kubeli, setelah kukeluarkan dari pembeku] Sarapan pagi ini terdiri dari nasi goreng teri untukku dan nasi bakar peda untuk Cantik, ditambah tahu bacem. Selain itu aku juga membeli sayur asem dan ayam bakar penyet untuk Cantik. Alhamdulillah! Hidup hamba sungguh sejahtera di khatulistiwa ini, Ya Allah. Semoga Engkau menjadikan hamba dan istri hamba orang-orang yang pandai bersyukur kepadaMu, atas segala karunia nikmat yang tak putus-putusnya bagi kami. Aamiin. Berbicara mengenai terik matahari, entah karena sering terjemur atau karena memang sudah harus diganti, ban tubeless merek Corsa yang terpasang pada Vario tampaknya sudah menyerah setelah menerima tiga tambalan. Kemarin baru ketahuan kalau sampingnya bahkan sudah retak-retak. Tukang tambal mengusulkan agar dibelikan yang merek Swalauw saja, karena sudah jelas bagus mutunya. Memang Corsa ini yang paling murah.

Aku bersyukur karena aku malu. Coba, jika ada seseorang yang sungguh baiknya kepadamu, sedangkan kau tidak punya daya-upaya untuk membalas kebaikannya, karena ia sungguh kaya-raya, sejahtera dan sentausa, sehingga apa pun kebaikanmu padanya tidak ada artinya. Ini kali pertama kubaca dalam sebuah buku kecil berjudul Hakikat Taqwa, yang sampul depannya ada gambar kerang mutiara. Penjelasan ini sungguh mengena bagiku, dan entah bagaimana caranya, isi buku itu terkenang selalu. Buku itu berasal dari masa kejayaan buku-buku Islam di akhir '90-an sampai awal '00-an. Dulu Pak Yon pun pernah menggantungkan nafkahnya dari boom ini. Terlebih dahulu dari itu, banyak sekali buku Islam dengan mutu cetakan tidak sebaik yang kemudian, namun isinya luar biasa; setidaknya begitu terasa bagiku. Buku-buku ini dicetak pada kertas buram dengan teknik yang sangat sederhana, contohnya syarah al-Hikam yang diterjemahkan oleh Ustadz Labib Mz. dan Ustadz Maftuhahnan, terbitan Surabaya. Sampai kini pun masih banyak buku tentang Islam, namun entah mengapa aku tidak sesemangat dahulu dalam membeli dan membacanya. Awal bulan lalu, masih terbeli olehku di Masjid UI, Seolah Melihat Allah dalam Shalat karya Abbas Mansur Tamam, terbitan Aqwam, Solo. Apakah buku-buku ini yang telah berubah, ataukah aku? Tentu saja, yang kuketahui pasti adalah aku yang berubah. Sekarang saja aku belum shalat Dhuhur sedangkan waktu sudah menunjukkan 13.23. Ya Allah, hamba mohon kembalikanlah dan tingkatkanlah kenikmatan menghamba padaMu bagi hamba. Aamiin.

Whoa, baru saja ditinggal sebentar, tiba-tiba langit menggelap dan turun gerimis kecil-kecil; sedangkan helm dan sepatuku masih belum kering. Setelah aku menyelamatkan mereka, sekarang matahari mengintip lagi. Grrr... Tadi setelah sarapan aku menyeduh kopi hanya dengan gula sedikit. Lambungku tampaknya menolak, meski tidak sakit; jadi aku hanya meminumnya beberapa hirup. Kini kuencerkan sedikit dengan air mendidih dan kutambah susu kental manis juga sedikit, sementara Dave Koz umek dengan saksofon sopran kecilnya. Kau membuatku tersenyum, begitulah bunyinya. Memang cucok sekali. Sisanya, mari kita serahkan sepenuhnya kepadaNya; karena menghamba itu berarti sepenuhnya berserah, sepenuhnya patuh. Bagaimana sih kalau seseorang menghamba kepada seorang majikan yang sudahlah sangat berkuasa, baik hati pula? Berserah untuk membebaskan diri. Freedom! Heran, banyak orang mendambakan hal ini, tetapi enggan berserah diri, enggan pasrah, enggan patuh. Abis, yang mereka bayangkan tentang penguasa adalah yang lalim, bengis, keji, sewenang-wenang dan sebagainya. Lalu, celibacy club katanya pope-lover? dan yang seperti ini ditonton oleh remaja Indonesia Muslim ataupun bukan? Naudzubillah tsumma naudzubillah! Jauh di awal abad yang lalu, Muhammad Qutb sudah menegaskan bahwa Islam di manapun, kapanpun tidak pernah mengalami apa yang dialami oleh Katolikisme di bawah gereja-gereja katolik; meski kekolotan, radikalisme, fundamentalisme memang selalu ada dan terjadi sepanjang sejarah, di manapun.

No comments: