Thursday, November 25, 2021

Memang Keterlaluan Sayur Tempur, Meski Enak


Seperti biasa, ada pagi-pagi di mana aku menyongklang Skupi tidak jauh-jauh, sekadar ke tempat jual gorengan di antara tetanaman, membeli untuk Mas Dikdik dua lontong, satu isi sayur satu oncom, dua pisang goreng, tahu, tempe, bakwan, dan risol masing-masing satu. Namun pagi ini entah mengapa aku membeli juga untuk diriku sendiri dua tahu, satu tempe, satu risol. Satu tempe itulah yang akhirnya aku makan bersama dengan sayur tempur kebanggaanku. Masya Allah sungguh nikmat rasanya. Jika kemarin sempat terasa asin karena kuahnya bekas Soto Boyolali minta kawin, pagi ini tidak demikian. 

Siapa yang menyangka jika kenikmatan itu berbuah kesakitan. Beberapa jam kemudian perutku terasa aduhai sakitnya, aku sampai berbaring di kaki tempat tidur. Setelah agak sejam Alhamdulillah sakit itu reda. Pada sekitar saat itulah aku mengirim pesan singkat pada Cantik yang sedang mengawas di kampus untuk membelikan Soto Ngawi Ayam lengkap dengan nasi kebuli dan omeletnya, namun kali ini sangat dikurangi garamnya. Cantik dengan gaya-gaya'an minta dibagi saja lokasinya, nanti akan dia datangi, begitu katanya. Ketika ia melewatkannya sampai Ayam Nelongso, segera 'kupesan lewat Grab.

Begitulah ceritanya mengapa siang itu berbagai-bagai hidangan memenuhi meja makan reyot kami, yakni, gop isa, sot ayam, tong ayam, masih ada pula nila setitik dan rusak susu sebelanga. Untukku sendiri aku pisahkan nasi kebuli dan omelet micin. Masalah muncul ketika nila setitik itu ternyata digoreng tepung, tidak seperti gambarnya. Cantik pasti tidak suka, batinku. Benar saja, ia malah lebih memilih gop isa, yang padahal aku beli untuk anak perempuan kesayangan yang sakit gara-gara main saman-samanan untuk Hari Guru. Ia jadi batuk pilek begitu, sedang suaranya agak serak-serak sengau.

Demikianlah maka ketika malam menjelang, digelarlah semua hidangan itu di meja teras. Seperti dapat diduga, Oma Lien memilih tongseng ayam, meski belakangan ia protes kuahnya bukan gulai kambing. Nila setitik ada dicolek-colek juga. Cantik makan soto ayam yang diberinya jeruk dan sambal banyak-banyak. Padahal aku sudah mengantisipasi sop iga anak perempuan kesayangan yang diambilnya, dengan memesan sop iga yang lebih dekat. Sop iga Ngawi ternyata pun kurang berkenan bagi anak perempuan. "Kentangnya tidak segar," katanya. Aku sendiri memesan mie lebar komplit malam ini.

Oh ya, mengenai Hari Guru, Awful ber-kombur bahwa guru-gurunyalah di SMP Hang Tuah 3 yang berupacara bendera. Aku katakan padanya, kejam sekali, padahal ini hari guru tapi mereka disuruh berjemur berpanas-panasan. Tidakkah seharusnya mereka, seperti ibu-ibu di Hari Ibu, bersantai-santai seraya dilayani, dipenuhi semua keinginannya. Belakangan aku baru tahu bahwa di SMAN 15 lebih parah lagi. Kak Tina bercerita bahwa di situ guru-guru disuruh berlomba, misal, berputar-putar mengelilingi kursi yang jumlahnya kurang satu dari gurunya, lantas berebut duduk saat musik berhenti.

Sangat mungkin sambil mengetiki begini segala kemenyekan dari Amsterdam menemani. Memang seingatku pernah aku berjalan-jalan berbelanja ke Oostelijke Handelskade sedang telinga disumpal dengan segala kemenyekan ini. Sepanjang berlayar di feri rute NDSM-Centraal Station, sepanjang berkendara di trem 26, kemenyekan menemani. Apa ini sedang bercerita-cerita mengenai makan-makan dan Hari Guru malah mengenangkan Amsterdam dan kemenyekan yang dikandungnya, yang aku kumpulkan satu demi satu di Uilenstede, dimulai dari permintaan Keisya untuk menjadi kekasihnya.

Lantas memegang-megang perut yang memang sudah mengalir sampai jauh, tidak seperti ketika masih di Amsterdam, ketika masih sering makan roti gandum kasar a la petani berisikan keju gouda muda, filet kalkun, salad daging sapi, dan saus kari. Jika sedang ingin, bisa saja kapsalon datang menghampiri, terkadang malah berteman perkedel bakmi, kroket, atau frikandel, bahkan bisa juga ketiga-tiganya. Belakangan memang masakan-masakan Sumpitz yang entah-entah, demikian pula mie-mie sok oriental buatan orang Turki juga suka menemani, jika bukan ayam goreng halal sekali, bikinan orang Turki juga.

No comments: