Monday, November 01, 2021

Keesokannya Setelah Awful Ulang Tahun Ke-15


Jika ada yang bertanya, sejak kapan Beat-nya Tante Lien berjok coklat muda mewah, itu adalah tepat keesokannya setelah Awful berulang-tahun yang ke-15. Sedang aku sendiri, Oom-nya, merasa berada di surga kenikmatan. Betapatah tidak nikmat, badan bersimbah  keringat, perut kenyang, dan hati terasa ringan di Senin pagi bermendung yang permai ini. Itu pun masih dinyamankan dengan segelas besar teh hitam jahe merah manis. Masya Allah, nikmatNya yang mana lagi yang akan 'kudustakan. Naudzubillah!

Ini gambar teripang emas alias gamat atau apa, yang jelas bukan jok
Akan halnya Senin pagi bermendung yang permai ini, tidak mungkin dirusak oleh kenyataan bahwa lontong isi apapun sudah tidak tersedia di tempat berjualan goreng-gorengan di antara tetanaman. Maklumlah, aku berangkat telat sekali pagi ini, setengah delapan! Maka posisi lontong pun begitu saja 'kugantikan dengan risol, sedang anak perempuan penjajanya sempat salah hitung tempe. 'Kuminta tiga, diberi dua, namun segera ditambah satu lagi seraya diberi ber-cabe cengek. Delapan, limabelas ribu Rupiah.

Menggelindingkan Beat-nya Tante Lien, sempat 'kulirik keramaian di depan mesjid, yang ternyata beberapa pengasuh anak meng-angon asuhan masing-masing. Sesampai di H3, Tante Lien sedang menelepon. 'Kuparkirkan saja Beat-nya, lalu minta diri. Dengan kantong berisi gorengan berayun-ayun, aku melangkah riang menuju M14. Hampir sampai, Pak Indra menyapa, "wah, makan gorengan. Setengah berbisik, 'kutukas, "buat tukang." Sesampai di beranda M14, Istriku Cantik tersenyum riang menyambutku tiba.

Akan halnya perut kenyang, itu gara-gara setengah piring nasi lengkap dengan sejumput mie goreng kampung, oseng-oseng udang, sambel goreng tahu krecek, masih dengan acar kuning sayur. Sudah seperti selamatan saja hidangannya! Berhubung mereknya Nasi Gudeg Jogja Bu Harti, semua hidangan itu cenderung manis, dan aku tidak ada keberatan sama sekali mengenainya. Sayur laler di kampung bawah dulu lebih lagi manisnya dan aku doyan-doyan saja. 'Kurasa aku memang orang Jawa berlidah Jawa, medok pula.

Akan halnya badan bersimbah keringat, 'kutanggalkan saja kaus oblong merek Angsaku sehingga bertelanjang dada. Masalahnya, yang akan mengantarkan Ayam Chigo pesanan anak-anak perempuanku adalah Ibu Hajjah Ani Hasan. Masakan 'kumenemuinya bertelanjang dada basah berpeluh begini, maka 'kusuruh Kakak mengenakan kerudung dan menunggu Bu Hajjah datang. Hanya sekejap setelahnya, ternyata penjemput binatu Bu Bara-Biri datang. Mau tak mau, keluarlah aku dengan perut buncitku ke mana-mana.

Akan halnya jok coklat muda mewah, itu karena jok Beat-nya Tante Lien sudah robek pas di belahan pantat, disumpal pula dengan aluminium bekas pembungkus snek. Maka 'kubuang pembungkus itu, dan setelah tangkinya 'kuisi penuh, perutku pun, aku mampir di tempat pasang jok. Sempat ragu, yang biasa saja, atau ngejreng coklat muda mewah. Hatiku tetap padanya. Meski Tante Lien berterima kasih, aku belum tahu pendapatnya mengenai warna jok yang coklat muda mewah itu. Akankah Tante Lien menyukainya...

Akhirnya, ini entri mengenai keesokan hari setelah ulang-tahun Awful yang ke-15, meski ia lahir pada 2007. Semoga Awful tumbuh menjadi perempuan sebaik nama-nama yang diberikan padanya: Aisyah Putri Nurafifah. Semua bapak yang sehat akal-pikiran pasti ingin--seperti halnya Kanjeng Nabi Besar Muhammad, shalawat serta salam semoga senantiasa atas beliau--dimasukkan surga lantaran anak-anak perempuannya. Aku pun. Semoga Kang Sarip, Kec, Bang Iwan, bahkan Bapak Janus pun. Kabulkanlah, Ya Allah.

No comments: