Saturday, November 06, 2021

Disengat Masa Lalu, Mengapa Kesakitan. Tak Perlu


Penelope memang tidak pernah tak cantik, namun entah mengapa kecantikannya barusan menyengat menyesakkan dada. Tiba-tiba begitu saja terpampang di mata hatiku ruang tamu Bagasnami di Jalan Tangguh IV No. 17 itu. Menuliskannya pun aku berkaca-kaca. Untuk apa. Mama Insya Allah sudah jauh lebih baik keadaannya, tinimbang tiap hari menjalani kesibukannya yang itu-itu saja. Jika menyakitkan, mungkin itu hanya untukku yang masih harus menjalani kesibukanku yang itu-itu saja. Apa benar masih ada petualangan apapun, politik maupun alam bebas, bagiku setelah ini. Entahlah...


Sabtu ini, semua cucu perempuan Mama berkumpul. Begitu saja aku punya ide untuk memberi makan mereka dimsum, tentunya dengan Oma Lien-nya sekali. Maka siang itu datanglah Nadia dan Awful dari H3, padahal tidak perlu. Aku berencana menjemput mereka langsung dari sana. Mereka hanya perlu bersiap-siap. Namun Awful terlihat tidak sehat. Ketika kami semua sudah siap, ia berkata: "Aku tidak ikut. Kalau diukur suhu, tidak mungkin boleh masuk juga." Setelah diukur, benar suhu tubuhnya 38 derajat Selsius. Maka ditinggallah Awful di M14. Setelah diberi Sanmol, Tantanthi menyuruhnya tidur.

Memang repot. Aku memesankan grabcar untuk Oma Lien, Nadia, dan Kakak; sedangkan Tantanthi memesan gocar untuk kami berdua. Alhamdulillah kami sampai tidak terlalu berselang lama, bahkan mie wonton udangku sudah dipesankan. Sayangnya, bubur dua rasa kesukaan Tantanthi sudah habis, maka Tantanthi hanya memesan tim pangsit udang. Namun Tantanthi dan Kakak berbagi nasi goreng. Agak berbeda kali ini, kami memesan es salju dua macam sekaligus, yakni, durian dan podeng. Salah sebetulnya, karena Tantanthi mau tape, sedangkan yang ada tapenya itu yang campur, bukan podeng.

Setelah menyantap tandas mie dengan wonton udangnya sekali, aku bahkan masih memesan tahu lada garam, karena tahu jamur lada garam habis. Sabtu ini sepertinya Dapur Kekaisaran ramai, sehingga beberapa menu sudah tidak tersedia. Oma Lien dan Nadia sama-sama hanya memesan dimsum goreng, yakni, lumpia ayam jamur dan ayam keju. Nadia dibuat kenyang dengan es salju durian, sedangkan Oma Lien sempat mencicipi tahu lada garam yang disukainya. Namanya juga Dapur Kekaisaran, jangan tanya harga. Kalau enak, suka, makan; karena kami berlima saja habis setengah juta lebih sore ini.

Aku sebenarnya tidak ada keberatan sama sekali datang ke mal hanya untuk makan, habis itu langsung pulang. Kalaupun singgah, aku lebih suka ke toko buku. Akan tetapi, Kakak tidak bisa begitu, maka begitu saja kami ke Payless. Seperti biasa, Kakak kusut sendiri dengan pilihan-pilihannya. Apalagi ada Nadia yang mengomentari masalah style dan fashion. Kakak maunya kets tapi yang modis, dan ia tidak menemukan yang diinginkan. Malah Oma Lien yang berhasil menemukan selop yang disukainya. Itu pun mungkin karena dipaksa oleh keponakan dan cucu-cucunya. Justru Oma Lien 'lah yang beli selop.

Eh, sebenarnya sebelum ke Payless kami justru turun terlebih dahulu ke Food Hall. Di situlah kami bertelepon dengan Faw. Sebenarnya Faw sudah menelepon Bundanya dari ketika sedang di ATM. Namun, karena Bundanya ribet dengan ATM, Faw menundanya sampai Bunda berkumpul kembali dengan semua; dan itu di Food Hall. Sebenarnya sedih makan-makan begini tanpa Faw, sedang Faw sekadar makan nasi kebuli dapur, karena Faw yang selalu paling semangat urusan makan-makan. Insya Allah Desember nanti Faw sudah dapat bergabung kembali bersama kami untuk makan-makan speysial.

Begini inilah kalau rincian kegiatan sehari diketikkan. Sebenarnya malah menjadi lebih rampak mengetiki, apalah sulitnya tinggal mengingat-ingat kesan umum. Namun seringkali aku merasa entri itu lebih dari sekadar catatan kegiatan sehari-hari--meski terkadang, ya, terkadang aku merindukannya juga. Entri seringnya adalah kebatan dan kebitan yang merundung isi kepalaku, terkadang menyambar-nyambar dadaku. Kegiatan sehari-hari, sebaliknya, mendelodok perlahan seperti cairan kental keluar dari tabungnya. Namun yang kental itu lebih rampak diketikkan, ketimbang kebatan dan kebitan.

No comments: