Sunday, November 14, 2021

Kelor: Nutraisi Untuk Menyembuhkan Herpes


Ini baru ekstrim! Belum pernah aku menulis entri sedang judul dan ilustrasinya sudah siap semua, sedang baru ada pemegang-tempatnya saja. Mana pagi-pagi begini aku sudah harus mendengar ocehan Sang Dewa Cinta Kamajaya. Aduhai, begini betul. Ini adalah nasi uduk hanya dengan tempe goreng dan sambal yang dijual bersama lotere oleh seorang Cina tua di salah satu pojokan Bendungan Jago. Aduhai, sedang Fokker 27 yang mendenging atau Fokker 28 yang berisik melintas di atas kepala, sebelum menjejakkan roda-roda pendaratnya pada landasan utama. Aku menangis diam-diam.


Apa yang aku pikirkan ketika itu, mengenai kepala berambut keriting. Ingatanku malah tertukar-tukar dengan ranumnya buah-buahan setiap kali aku berangkat sekolah pada waktu yang normal, melewati hutan menuju Jayapura. Pada ketika itu aku pun kemungkinan besar berangkat sekolah. Uah, dari sekecil itu pun aku sudah derkukuk, betapatah setua ini, meski aku rasa bukan aku sendiri yang dirundung babaduk begini hampir sepanjang hidupku. "Babaduk 'mah nggak serem, malah sedih," demikian Kakak. Sungguh kau pengertian, 'Nak. 'Duhai, seandainya saja kau tahu selebihnya. Mengerikan.

Dengingan dan dengungan pengering rambut bisa saja selalu menjadi inspirasi, ketika koleksi lagu-lagu selalu-hijau versi sampul ini sungguh menjengkelkan kedengarannya. Mas Dikdik datang lewat jam delapan, bahkan hampir jam sembilan, juga sangat mungkin terjadi sehari-hari. Ini berkejaran dengan waktu, meski berolok-olok begini. Kalau sebenarnya sudah pasti aku malas sekali, sudah pasti aku sudah menyerah. Suasana pagi seindah ini Insya Allah juga bisa terjadi kapanpun, hal mana sungguh pantas disyukuri dan didoakan. Maka dengan riang 'kuberjalan di bawah guyuran hujan.

Babaduk, baduk, baduk... begitu seterusnya sampai rayap mati muntah cecek. Ada juga dentam-dentamnya, kadang seperti hampir meledak ini kepala berbaduk-baduk begitu. Terlebih berbagai testimoni mengenai kesembuhan dari berbagai-bagai penyakit yang sekadar, konon, sekadar di-nutraisi dengan daun kelor; padahal sudah tahu bahwa dunia tidak selebar daun kelor. Meski ilustrasi musiknya modern begini, materi promosinya seperti mundur berabad-abad. Semoga aku tidak akan pernah mengalami yang seperti ini. Lebih baik biar Lely Larasati saja mengajari bukan anak siapa-siapa Bahasa Inggris.

Pemandangan tenda-tenda di sepanjang tepi jalan, setelah selesai didirikan, memompa petromaks sampai berpendar-pendar menyilaukan, tidak akan lagi terlihat. Itulah pemandangan yang biasa mewarnai akhir hari ketika kau belum sampai rumah, ketika kau memandanginya melalui bahu orang yang duduk di seberangmu, atau bahkan bahumu sendiri. Ketika jendela, untuk dibuka, harus digeser. Syukur-syukur kalau menggesernya ringan dan mudah, seringnya berat dan sulit. Terlebih jika itu jendela Metromini apalagi Mayasari Bakti jurusan Blok M-Pulogadung. Jangan banyak berharap.

Jika masih dua jangan terburu menyerah, jangan jeri. Langsung lompat saja ke bilangan Sepurderek yang di seberangnya ada barak pemadam kebakaran itu. Barak masa semodern itu. Di sekelilingnya sudah banyak perkantoran dan pertokoan modern, meski suasana pergudangan masih kental terasa. Terlebih marina berair dalam, karena sebuah kapal pesiar yang aku taksir bertonase bisa sampai lima ribuan gros ton bisa ditambat di sana, dengan radar cuaca yang terus saja berputar-putar. Belum lagi kincir angin yang dari kejauhan saja terlihat besar, ketika pulang dari membeli mie Cina pada orang Turki.

Aku, yang jelas, tertambat padamu. Adakah aku rindukan ketika aku sekitar dua puluh kiloan lebih langsing dari ini. Apanya yang dirindukan. Pada titik ini, masa lalu, bahkan semua kenangannya baik manis maupun getir, sudah banyak kehilangan daya tariknya. Terlebih masa kini yang ternyata masih terus saja dikukuki oleh babaduk, sunguh derkukuk! Aku dan kamu dan seekor anjing bernama Bu. Siapa yang menamainya begitu, yang jelas ia suka dipanggil begitu. Apalagi Suci Gampangpergi yang mungkin diperawani ketika berumur sekitar empat belas tahun, lantas menjadi pelacur kelas atas.

No comments: