Saturday, November 20, 2021

Jus Jeruk Rasa Nutrisari Itulah Yang Terbaik


Nah, ini baru bodohnya tidak ketolongan. Dia mau punya kekasih dari luar angkasa, semacam mahluk planet begitu. Kasihan betul. Seperti apa bentuknya. Aku terus-terang tidak berani membayang-bayangkan. Seumur hidupku, aku yang pengecut ini selalu berpura-pura gagah berani, semacam sanggup menghadapi apapun yang dilemparkan pedihnya hidup di dunia ini, menerima dan menahankannya. Meski memang ternyata segala keindahan dunia itu tidak banyak gunanya kecuali sedikit, keburukannya juga tidak main-main. Jadi jangan gaya-gaya'an. Biarkan ia berkhayal tentang mahluk planet.


Lagipula, jus jeruk terbaik memang yang rasanya seperti Nutrisari. Namun itu memang sekadar pendapatku yang tidak mengerti buah-buahan. Cantik, sementara itu, sampai bingung jika diminta menyebutkan buah favorit, karena semua buah suka. Jadi sebaiknya aku tidak mendebatnya. Pastilah aku yang salah, dengan pendapatku mengenai jus jeruk terbaik yang ternyata menurut Cantik rasanya seperti sirup. Mungkin aku memang suka sirup, dan jelas aku tidak suka buah-buahan. Pepaya yang terakhir aku beli saja sudah hampir busuk, karena aku sengaja memilih yang harganya termurah.

Lagipula, aku jengkel pada buah-buahan, seandainya salah satu cucu Opa Bram Aceh tidak menenangkanku. Daripada aku berusaha menyandi dan meragakannya, lebih baik aku bayangkan suatu siang yang permai di pavilyun ketika ia menjadi gudang hampir kosong. Sekarang nasib kamar Bapak menjadi seperti itulah. Adjie berkata suka menonton di situ kalau siang. Sekarang bahkan Akung dan Oom Hari sudah tidak di situ. Sedangkan hanya beberapa bulan yang lalu masih ada. Begitulah aku rasa hidup itu selalu, di sini hari ini, pergi esok hari. Sedih dan pilu bisa saja datang dan pergi tiap kali.

Sudah jangan kau tengok-tengok ke bawah sana. Cuma empat, masih belum empat puluh ribu. Seperti aku menjalani hidup, dari buku pelajaran bermain gitar bergambar Elvis, sampai yang aku beli sendiri seraya berjalan kaki dari Cimone sampai Perempatan Pos, sampai aku lumayan jago begini. Entah berapa juta, milyar langkah telah diayun, berapa kesakitan, berapa kepiluan ditahankan meski seringnya terasa tak tertahankan. Seperti ini, kantor Mayor Harmin dengan lagu-lagu terbaik Chrisye di malam-malam tidak tahu malu, memamerkan kekeplean tak bercelana. Aku sendiri teringat masa-masa kelamku. 

Kantong menyan digaruk-garuk karena gatal, mungkin karena lembab, bisa saja terjadi pada ciptaan terindah sekalipun versi para pemirsa televisi swasta. Apakah Vanessa Angel sudah insyaf, sudah tobat, sungguh tidak menarik hatiku. Apakah ada yang sempurna di dunia ini meski di mata siapapun. Caranya bernyanyi saja diolok-olok oleh adik-adik perempuanku yang malang. Wajar jika aku merasa kasihan pada mereka. Aku kakak laki-laki yang tertua sedang Bapak telah tiada. Kami semua sudah yatim akibat ganasnya Covid-19, masih ada yang tidak percaya, masih ada yang tak mau tahu prokes.

Sayangku, kau begitu... serampak apapun aku mengetiki ternyata masih bersisa. Belum pernah, aku rasa, semenjak aku biasakan menyiapkan pemegang-tempat terlebih dulu, tiba-tiba kehabisan begitu saja karena terlalu rampak. Belum pernah. Apakah itu artinya aku harus meningkatkan kerampakan, ataukah bila aku meningkatkan kerampakan itu artinya pikiranku makin liar dan kacau; seperti rambut ikal-mayang yang bosah-basih setelah habis-habisan bercinta. Kekurangan-kekurangan dapat dimaklumi jika rambut ikal-mayang sampai bosah-basih, berhiaskan butiran-butiran peluh bak intan mutiara.

Meski tidak ikal-mayang, meski lebih banyak lagi kekurangan, meski tidak seperti yang menjalankan tugas setiap hari membonjrotkan si anak tolol berambut ikal seperti ayam sayur, tetap masih dapat dimaklumi, karena, ya, karena, anak-anak tolol, itu semua hanya ada dalam pikiranmu. Terkadang aku merasa seperti ingin meraung, bukan sekadar berteriak apalagi menjerit karena ketololan-ketololan seperti ini. Namun siapa aku meraung, aku Macan yang gondrong perutnya begini, sampai seratus lima belas sentimeter lingkarnya begini, meski adalah sedikit kumis jenggot penambah wibawa. 

No comments: