Sunday, November 28, 2021

Kopi Musim Dingin Menemani Seks Menyolok Halus


Jangan sembarangan membuat janji, meski kecil-kecil, pada gadis-gadis kecil. Kau tahu pasti mereka merepotkan, dan meski kecil, menepatinya akan memakan energi mental yang tidak sedikit. Musim dingin belum lagi menjelang, bahkan Desember saja belum masuk. Tidak ada tempat yang benar-benar enak selama masih berada di punggung Bumi ini. Eh, ada orang-orang tolol yang berpikir bahwa di Bulan mungkin lebih enak, atau bahkan Venus atau Mars. Setelah pengetahuannya bertambah, mereka berkhayal mengenai hidup di semacam stasiun ruang angkasa, meninggalkan satu-satunya Ibu Bumi.

Bisa jadi entri ini digambari Elysium, tapi Christine Elysia begini juga tidak apa-apa. Kembali lagi, jangan membuat janji kepada siapa-siapa, terlebih pada gadis-gadis kecil. Mereka akan terus-menerus menagihnya dengan tatapan mata berkaca-kaca seperti gambaran bodoh kartun-kartun Jepang. Sebenarnya tidak semua, hanya dua. Dua lagi bukan aku betul yang membuat janji, melainkan memang dibuatkan oleh oknum-oknum institusional. Uah, musim gugur mendekati akhirnya begini, angin tidak terlalu kencang, namun ada peringatan kuning akan datangnya salju; Sudah pada tempatnya bersalju.

Sungguh sedih, sudah lama sekali aku tidak merasakan seks, mau yang halus atau menyolok sekalipun. Demikian pula, mau musim dingin, musim mangga, atau musim rambutan sekalipun, sudah lama sekali aku tidak merasakan kopi. Akan halnya Bang Iwan membuka Kedai Kopi Merdeka, aku hanya bisa mendoakan kesuksesan baginya; sebagaimana aku doakan sukses bagi diriku sendiri, setidaknya untuk urusan-urusan duniawi kami masing-masing. Bang Iwan ada Nadia, aku sementara ini ada Kin, Khaira, dan Awful, gadis-gadis kecil semua. Jika Theresia Azalea saja aku kata gadis kecil, apatah lagi mereka.

Uah, riauwan! Sudah mulai kriyip-kriyip ini. Masih mending 'lah kriyip-kriyip namun badan kering. Daripada badan basah, berarti harus dikeringkan dulu. Nanti jijik basah begitu menempel pada kasur atau seprai. Hari ini aku berencana untuk bertemu dengan duo baso ikan Aryo dan Sodjo, namun sehabis bekerja bakti pagi tadi rasanya capek sekali. Capek kali ini, beserta pusingnya sekali, sepertinya lebih berkenaan dengan perut. Aku rasa, seperti biasa, ini karena aku sarapan hanya pret-pret. Seandainya dialasi agak nasi sedikit atau bacang atau lontong misalnya, mungkin tidak akan sesakit ini.

Seandainya aku masih bisa minum kopi, namun setelah ini aku tetap akan mengisi gelas dengan air panas, sembari mengecek jangkauan blutut irfon ini. Irfon blutut seharga 370 ribu, akankah kau mengecewakanku dalam waktu dekat ini, atau kau akan lebih setia lagi perkasa dari pendahulumu yang berkabel itu. Harus diakui, alangkah praktisnya. Kabel-kabel itu memang memberi pekerjaan ekstra, menuntut perhatian ekstra pula. Meski jarang, sudah berapa kali kabel itu tersentak. Jika sekarang ada siap-siap putus, aku rasa lebih karena aku menggulungnya dengan sembrono, tidak karena sentakan itu.

Kopi musim dingin ini sungguh melangutkan, apalagi diseruput di samping jendela, sementara salju turun ber-kepyur-kepyur di luar jendela. Sungguh berbeda menjalani dan membayangkan. Sebenarnya, pada dasarnya sangat sama, apakah dijalani atau dibayangkan. Tetap saja gabut. Di akhir November begini bisa saja mataku berat sekali sedang hari masih baru. Tidak ada yang aku nantikan, tidak ada yang aku harapkan. Japri dan Ayum memperlakukanku seakan aku tidak ada. Aduhai sungguh aku akui yang seperti itu agak traumatis. olahraga jalan kaki bolak-balik di sepanjang koridor kuning dingin itu.

Bisa saja sejak tahun lalu aku membelinya, irfon blutut ini. Nyatanya tidak aku lakukan, karena aku bertanya pada orang yang tepat. Hadi, seperti dapat diduga, berpendapat bahwa irfon blutut di bawah 500 ribuan tidak dapat diandalkan. Nyatanya, Khaira memakai yang setengah harganya dari itu sudah enam bulan lebih baik-baik saja. Tidak ada keluhan. Semoga milikku sekarang ini lebih dapat diandalkan. Aku tertunduk terkantuk. Sudah jelas tidak dalam waktu dekat ini. Kak Tina minta siomay, maka aku pesankan begitu saja. Tante Lien seperti biasa juga mau meski tidak ikut pesan. Kakak juga. 

No comments: