Saturday, June 10, 2006

Sindroma Disorientasi Rumah-Kantor


Dengan alasan menghemat - lagipula memang tidak cukup - aku tidak lagi menyewa kamar kepada Pak Faishal Tafran, sehingga aku sepanjang hari sepanjang malam berkegiatan dan beristirahat di Cimanggis. Namun demikian hal ini ternyata memicu timbulnya Sindroma Disorientasi Rumah-Kantor. Kurasa sindroma ini sudah tidak asing lagi bagiku, karena lima tahun terakhir ini mungkin aku lebih sering tidur dan tinggal di tempat kerjaku - atau kehilangan pekerjaan sama sekali sehingga tidak jelas lagi apakah tempat tinggal, tempat kerja, atau apa.

Begitulah maka kemarin aku berangkat dari Kantorku di Cimanggis sebelum shalat Jum'at, kemudian shalat di kampus, dan membaca di bekas cubicle-nya Parul. Di situ aku merasa seperti kantor. Aku membaca dan melakukan kegiatan-kegiatan kantorwi lainnya, tentu dengan selingan-selingan pelepas kejemuan. Sampai ketika Isya' menjelang, berdering alarm instingtifku memberitahu sudah waktunya pulang. Melangkahlah aku pulang ke... naik D.11 ke Pasar Pal, disambung 37 ke Perempatan Radar AURI, disambung ojek, turun di... KANTOR!!!

Setelah Bang Fred mendapat bimbingan Prof. Safri pagi ini, seakan ada titik terang untuk melesatkan bagianku. Benarkah titik terang? Kurasa terang atau gelap tidak ditentukan oleh hal itu, tidak juga oleh kurang tersedianya data, atau faktor-faktor eksternal lainnya. Dapur Magmaku memang belum juga menemukan jalan keluarnya ke permukaan bumi, atau lebih parah lagi, tidak ada aktivitas signifikan apapun di dalamnya. Ah, bukan! Aku belum saja menemukan jalan keluar bagi gelegaknya magma. Begitu jalan keluar sudah terbuka maka begitu saja meledak, memuntahkan berbagai materi vulkanik di dalamnya.

No comments: