Tuesday, December 31, 2013

Pak Busyro Muqoddas Pandai Berkotbah


Bangun pagi, aku langsung mengoreksi, setelah seharian kemarin hanya dapat delapan lembar. Aku bertekad hari ini juga Reg C harus selesai dan diumumkan. Maka, seperti semua saja dosen yang baik dan benar di muka bumi ini, hal pertama yang kulakukan di pagi hari adalah: Mengoreksi. Ketika asam lambung mulai menggaruk-garuk dinding lambung, maka begitu saja Cantik mengusulkan untuk sarapan melon golden royal. Kukupaslah separuh buah yang masih ada di dalam chiller, lalu kami makan berdua. Cantik merasa cukup dengan melon saja, sementara aku melanjutkan dengan Indomie Goreng Jumbo yang warna biru, dan mengoreksi lagi; Cantik pamit mau pergi ke Thamrin City. Sepanjang siang itu aku mengoreksi, dan mengoreksi, dan mengoreksi, sampai dentum-dentuman ketipung dangdut membahana dari tanah kosong di seberang QS, mengganggu konsentrasiku. Saking jengkelnya, aku segera mencongklang Vario Sty entah mengapa. Emangnya, kalau aku berhasil menemukan sumber keributan itu, aku bisa menghentikannya? Akhirnya, dengan bodohnya aku kembali ke rumah dan... mengoreksi lagi. Untunglah setelah test drive satu dua lagu, mereka nyetem alat yang tiada begitu ribut.

Pak Busyro Muqoddas
Menjelang Ashar, Cantik pulang dari Thamrin City, turun di Pocin karena mau lanjut facial di Natasha, Margo City. Ternyata Natasha-nya, di malam tahun baru begini tutup, maka Cantik yang dari sepagian hanya makan melon lalu lapar dan mengajakku makan. Kebetulan aku juga berencana ke kampus, entah mengapa. Apa karena kegelisahan gara-gara terancam konser dangdut atau memang berencana mau menambah amplop karena yang di rumah sudah mau selesai, aku tidak tahu. Pokoknya, berangkatlah aku ke Margo dengan membawa sisa koreksian, masih ada 20 LJU lagi. Cantik tadinya, seperti biasa kalau di Margo, mau makan di Red Bean, tetapi Red Bean-nya ternyata ditutup tripleks; mungkin akan direnovasi. Akhirnya ia bergeser ke Sagoo Kitchen. Ketika aku datang, ia sudah menghadapi sepiring Tahu Pong dan dua gelas minuman entah apa. Terlepas dari peringatan Cantik untuk tidak makan berat, aku memesan Tahu Kopyok Telor. Lagipula, aku sudah makan ABC Sarden Goreng Bumbu Kecap Pedas yang sudah kadaluwarsa di rumah; yang membuat perutku terasa agak-agak gimana gitu... bukan karena daluwarsanya kurasa, lebih karena pedasnya. Cantik tidak suka aroma petis di bumbu Tahu Pong, maka ia cicip juga Tahu Kopyok Telor yang berbumbu kecap saja itu.

Lalu kami berdua ke FH, aku mengambil dua amplop AFIL. Malam ini kami berencana untuk menginap di Jalan Radio karena Ibu ingin menunjukkan hasil kerja Pak Karmin membuat teralis teras. Dari FH kami pulang terlebih dahulu. Sambil menunggu air mandi mendidih, aku menyelesaikan 20 LJU yang masih tersisa dan... selesai! Aku memutuskan untuk tidak membawa kedua amplop yang tadi kuambil, toh sampai Jalan Radio tinggal tidur. Mandi dengan air hangat yang nyaman untuk mengusir sakit kepala gara-gara mengoreksi dalam kecepatan tinggi, aku kemudian shalat Isya' sebelum kami berangkat kira-kira jam delapan lewat sedikit. Kami masih menyempatkan diri mampir lagi ke FH untuk mengambil kalender CLGS untuk Ibu. Sesampainya di Radio Dalam setelah melalui jalan-jalan yang relatif lengang, kami berhenti sebentar di depan Yado III. Cantik memesan sate padang Salero Ajo dengan ketupat setengah, aku memesan dimsum isi lima. Sesampainya di rumah, maka terlihatlah teralis sulur anggur yang kesohor itu. Bapak menginginkanku jadi seperti Pak Busyro Muqoddas yang pandai berkotbah itu. [Aamiin] Sejurus dua jurus kemudian, aku sudah memasukkan nilai Hukum Lingkungan Reguler C ke SIAK-NG dan... voila! terbitlah sudah nilainya; maka kuberitahukan pada Sarah Patricia Gultom.

No comments: