Friday, August 18, 2023

Segala Sesuatuku Selalu Tentang Kemayoranmu


Mudah saja bukan, jika sudah habis sisi A maka balik saja untuk memutar sisi B; kecuali pemutar kasetmu ada pembalik otomatisnya. Bagaimana tepatnya bersedia menyerahkan seluruh jiwa raga bagi cita-cita perjuangan bangsa. Apakah termasuk kemungkinan mati konyol gara-gara sebab-sebab yang konyol, sedang kau dibesarkan dengan kisah-kisah seperti kancil yang cerdik dan turangga cipta si kuda kayu. Ini  semprotan nyamuk yang dipompa dengan tangan, yang di depannya ada tangki, awal-awalnya dari kaleng kemudian plastik yang mudah dibuka-tutup. Tak lain.
Ing Madya Metallica dari kiri ke kanan: Poniyah (gitar ritem/ vokal utama), Tuminem (bass/ vokal latar), Prihatin (dram), Sriyatun (gitar utama)
"Kalau kau membiarkan dirimu mati konyol, itu artinya kau tak sayang padaku," begitu kata istriku sayang. Benar itu. Saigo yang bukan Takamori saja berjanji, meski tidak pada istrinya, tetapi pada anak yang dikandungnya, ia akan pulang. Ia tidak membiarkan dirinya mati konyol. Ia bertahan hidup meski dengan cara-cara yang mungkin dianggap konyol oleh teman-temannya, bahkan pengecut. Seonggok daging tetap saja seonggok daging, mau belum atau sudah mati; tetap saja bau. Kukayuh tangan, kutendang kaki agar melaju tubuhku seperti kodok di daun salam.

Apapun kau namai seonggok dagingmu, Margaret, Margriet, atau Margarita, mau makan margarin atau mentega, atau kau beri beberapa butir telur untuk diceplok, jika kena peluru meriam sama saja. Mata terbelalak dalam rigor mortis atau terpejam damai hanya menakut-nakuti Theo dan Michael, meski orang yang jadi hantu-hantu. Masih segar dalam ingatan, seakan baru tadi siang, betapa truk dikemudikan keluar- masuk pool yang entah mengapa berliku-liku; mungkin itu setelah mengampanyekan keluarga berencana. Ada zebra baru tumbuh ekornya. 

Tentu saja permainan-permainan terlarang itu, tidak pernah ingat bila mulainya, tak berhenti pula sampai detik ini. Aku kepak-kepakkan kedua lenganku untuk memastikan masih ada tenaga padanya. Hanya beberapa menit saja seperti kehabisan nafas, untunglah melaju di atas sepeda motor yang berpacu menembus malam. Meski udara panas, kecepatannya cukup membuat angin berkesiuran. Coba kalau berdiri atau duduk diam, terlebih dalam kendaran yang padat, ditutup pula pintu-pintunya, tanpa pendingin udara juga. Begitu turun, tahulah aku kaki-kakiku nan lemas pun gemetar.

Jika begitu seonggok daging, apatah lagi dua kerat jaringan lemak. Terkenang olehku tablet yang sudah seperti laptop mini bagiku. Dengan itu pula kuselesaikan disain penelitianku, entah ada waktuku untuk sedikit membanggakannya atau tidak. Hanya ibuku mengaminkan berbagai doa tumpuan harapanku, bukan laut biru apalagi partai-partai politik berwarna biru. Tinggi di atas awang-awang semata kiasan yang tak tepat, sebagaimana tidak di situ tempat tuhan. Aku tidak pernah jadi bergajul nekat. Aku ini sekadar berpikir terlalu mendalam namun tidak berdisiplin.

Jika memejamkan mata begini, menjelanglah bunga asoka beberapa kuntumnya. Kemeja putihnya sederhana berkancing di depan, dan mungkin rok selutut entah warna apa. Ditampakkan sekejap perhiasannya hanya untuk disembunyikan lagi di awal musim kemarau seperti ini, karena puncaknya membakar kulit wajah dan kepala sampai terkelupas; disembunyikan dinginnya angin lembah pegunungan. Memang enak hidup sambil memejamkan mata begini, asal jangan terpaksa karena membelalak pun gelap belaka; telingaku dibelai merdu senandung malam.

Di sini, di sana, dan di mana-mana. Itulah seharusnya yang mengawali sebagaimana kebiasaan kaset-kaset bajakan dahulu. Urut-urutan diacak-acak entah sesuai selera peraciknya atau untuk menghindari pelanggaran hak cipta, namun apa hubungannya. Petik-petiknya senar gitar listrik dilambari deham-dehamnya senar gitar bas dicolek-colek lembut seperti pecinta mencoba memuaskan dahaga birahi kekasihnya. Belum lagi alat-alat tiup kuningan menghembus lembut seperti nafas pecinta di tengkuk kekasihnya, ketika bibir menelusuri anak-anak rambut tiap-tiap helainya. 

No comments: