Wednesday, August 30, 2023

Malam dan Siang di Kaset Tua Buluk Serasa Nikmat


Apa perlu kuceritakan pula di sini betapa setelah tidur sekitar empat jam kutunaikan niatku menyantap semangkuk penuh mie ayam donoloyo, masih dilanjut dengan oncom goreng dua potong. Dapat kubayangkan betapa selesanya membaca bacaan atau santapan para pembaca di ruang duduk atau ruang belajar sekalian. Di luar sana salju turun sedang perapian berkeretak membakar kayu kering menghangatkan, sedang dari pemutar piringan hitam--yang terhubung dengan peralatan audio stereo lengkap--melodi-melodi instrumentalia memenuhi tiap-tiap sudut ruang. 
Jika di sini juga kucatat mengenai omongan si anjing film tidak menjadi apa bukan. Ya, karena semestaku ini tidak berbatas ruang dan waktu. Namun sungguh aku takut, harus kuakui. Beda antara mengasihi diri dan memgasihani diri sendiri masih bolehlah. Akan tetapi, jika untuk menjelaskannya digunakan parabel Adam dan Iblis, ini jenial! TIba-tiba timbul pikiran congkak, anjing film pasti mendengar atau membacanya dari entah mana. Namun dari manapun ia terpikir, bahkan jika dari dirinya sendiri, tidak jadi masalah. Apa yang disampaikan ada benarnya.

Namun kausalitas yang ditariknya antara mengasihani diri sendiri dan sombong, kurasa, mengandung falasi. Bisa jadi, ketika tahu Tuhan menciptakan sesuatu dari tanah, terbersit dalam hati Iblis: tanah, ampas dari keberadaanku, untuk mencipta sesuatu. Ia yang berasal dari api tak berasap serta-merta merasa lebih mulia dari ciptaan ini. Namun ketika ciptaan dari tanah ini diajari Tuhan nama-nama, malaikat mengakui keunggulan ciptaan ini dan menurut saja ketika Tuhan memerintahkan untuk bersujud padanya. Iblis, sementara itu, tidak kuasa menahan mulutnya yang celaka dan berujar di hadapan Tuhan dan para malaikat. Aku nan tercipta dari api lebih mulia darinya, tak sudi bersujud padanya.  

Berhubung tiada tempat bagi kesombongan di surgaNya, sudah barang tentu Iblis terlempar darinya. Di situlah ia meratap-ratap mengasihani diri sendiri. Aku yang bersujud padamu ribuan tahun lamanya, disuruh bersujud pada tahiku sendiri. Tega benar Engkau Tuhan. Kauhinakan di depan umum penghambaanku yang dahsyat ini, bahkan kini Kau usir pula aku dari belas-kasihMu. Di sinilah anjing film berbuat kekeliruan. Kesombongan Iblislah yang membuatnya buta akan kasihNya, justru bersikeras mengasihani diri sendiri, merasa didzalimi, dijadikan korban.

Di sini ada sedikit legaku. Sombong itulah justru akar celaka. Akan halnya yang terlambat kusadari, salah satu perwujudan dari kesombongan itu adalah kebiasaan mengasihani diri sendiri sampai enggan mengakui, atau setidak-tidaknya lupa, betapa banyak sudah kasih yang diterima. Sombong membuat orang kufur terhadap segala nikmatNya yang tak terhingga! Ya, Allah, betapa hati ini berbolak dan berbalik cepat sekali, dan Engkaulah yang membolak-balikkannya. Meski demikian fitrahnya 'duhai Pencipta, Pemelihara, tetapkanlah hatiku pada jalan dan cara hidup yang diridhoi.

Sudah cukup bergaya alimnya. Sekarang kembali berolok-olok, karena ini tempat berolok-olok. Jika aku mengaku badut, apa salah. Bentukku tambun. Kepalaku bulat. Seringaiku kocak meski terkadang bengis. Tidakkah aku seperti itu. Bukan aku yang di selokan, melainkan katak pohon yang kuharap masih hidup. Sebagai itu, kujalani hari-hari seperti apa adanya. Jika tidak sebagai badut, aku adalah binatang peliharaan yang malas dan tolol. Bergolek-golek saja sepanjang hari pekerjaanku sambil merenungi penciptaan dunia dan segala isinya. Ahoi, betapa durhaka aku.

Betapa nikmat menyantap masakan mewah bak di hotel-hotel berbintang yang pusing tujuh keliling, yakni, yang porsinya kecil-kecil. Tidak seperti porsi tukang gali atau kuli angkut atau apapun sejenisnya yang biasa kusantap, yang membuatku tambun bukan buatan. Kecil-kecil porsinya, cantik-cantik penampilannya. Membuat kenyang tentu tidak. Membuat si penyantap merasa istimewa, berkelas, lebih utama dari selebihnya, terlebih para tukang gali, kuli panggul, dan profesi-profesi kasar lainnya, itu yang menjadi tujuan. Masakan mewah hanya kotoran gigi. Tidak lebih. 

No comments: