Saturday, August 05, 2023

Logika: Diremas Keras. Lemas. Apapun Jenismu


Berbagai nyanyian kode melompat-lompat dalam rongga kepala, atau dada, atau entah di mana, dari mulai dokter hewan sampai gambar di bawah ini, yakni, tari lencir kuning. Kalau ini tidak nyanyian kode, tetapi benar-benar kopi sareng Aceh meski sasetan. Hanya satu harapku ia tiada menyakiti lambung. Kuminum dengan cangkir bola 200 ml yang kemungkinan besar milikku. Aku yang membelinya hampir sepuluh tahun lalu. Apa lupa rasanya seperti akan berpisah dengan dunia ini setelah minum campuran kopi indo. Bahkan tulang keringmu terasa dingin kini. 
Aku juga masih ingat betapa ketika berak tadi terpikir judul di atas tidak pernah lucu, ya, seperti kelakar awful. Aku pun tidak tahu mengapa tak kunjung kusumpal telingaku dengan bunyi-bunyian penyaman jiwa. Mungkin karena organ tunggal di bawah memainkan melodi-melodi yang akrab dengan jiwa, dengan cukup bagus pula. Ini seperti Siauw Tung berkata: "orang Indonesia bagus". Kembali ke laptopnya dokter hewan tadi, bahkan dalam keadaan berbeda kuyakin takkan terjadi, karena takkan kulepas dirimu kekasih oh yeah eeyay eeyay hey; seperti kampret. 

Begitu organ tunggal memainkan lagu melayu a la perusahaan pelayaran mengenai hidup di bui, tanpa ragu segera kukenakan inti suara A20i. Tatapku nanar berusaha keras menghilangkan bayang-bayang sarang laba-laba yang agak tebal, padahal laba-labanya aku sendiri yang membesarkan. Jika saja aku tahu menunggang kuda pada punggungnya, mungkin tak kukenakan jubah panjang sampai menutupi pantat kudanya. Bisa jadi Shalahuddin al-Ayyubi tidak bersuara dalam dan berat, tetapi renyah ringan sepertiku. Jangan-jangan beliau seorang qori andal pula. 

Perut bengkak ini bukan baru-baru ini saja. Entah sudah sejak kapan kurasakan. Jika mengingat ada waktu-waktu perut rata dan nyaman, tetapi justru kepala atau dada yang terasa sesak menyakitkan, maka kuelus-elus saja perut bengkakku, seperti kumengelus seekor kucing jantan yang sudah bagong garong pula. Itulah menurut istriku sayang, yang kepalanya bisa membagong jika tidak ulat ya kucing. Uah, album menyek yang disusun sepanjang Uilenstede sampai NDSM memang nyaman. Terbukti tidak melodinya benar, tetapi suasana hati yang menimbulkan dan ditimbulkannya, meski itu pun tidak benar-benar ada. 

Jika kauputuskan ini tidak diretroaksi, mengapa yang sebelumnya begitu. Entahlah, mungkin karena euforia malam Sabtu. Tahu lah kau, malam Sabtu bagi muda-mudi. Apa benar arti malam Sabtu bagiku ketika masih muda selaku juru mudi kapal latih taruna atau setelah-setelahnya. Hanya berjalan di sepanjang sawo ke arah utara, ke mulutnya di samping restoran padang siang malam, sekadar untuk menyeberang. Rantai emas menguntai di antara gumpalan lemak justru menurunkan selera, atau tatapan dan senyum dari samping sekarung gelas dan botol plastik bekas. 

Keseruan seruakan dingin dan gelombang panas berganti-ganti sepanjang tahun, dari tahun ke tahun. Tahun berganti tahun tidak perlu divisualisasikan dengan awan-awan bergerak cepat melintasi bentang kosong. Memang menyek bagusnya dicampur-aduk dengan jijik sampai berbaur-padu, sampai hitam warnanya seperti tahi yang mengandung cernaan darah dari luka lambung. Seikat gila dengan segelas sinting adalah keseharian yang memasung atau kebebasan yang memeriahkan suasana hati. Apapun, aku tidak bisa membela diri dengannya: Pemalas.

Tidak. Sudah cukup kemarin itu diretroaksi, karena memang ada niat untuk mengabadikan betapa tahannya kebab besar sampai dua porsi untuk sarapan. Jika yang pertama cukup dengan air dalam kemasan, keduanya dengan teh manis hangat dalam termos sampai kopi sareng dingin dan terasa aduhai manisnya. Apa aku terlalu sering menggunakan kata mabuk dan jijik di sini, itu karena minum sampai mabuk jadi muntah. Muntahan minuman beralkohol, terlebih bila sampai tercampur nasi goreng kebun sirih setengah dicerna, tentu jijik 'kali; berceceran di mobil.

No comments: