Tuesday, August 29, 2023

Balada Cakra Kusuma 507 Dilanjut Sinar Jaya 97 RD


Ketika entri ini ditayangkan, entah sudah masuk wilayah Cirebon atau belum. Jelasnya, sekitar dua puluh empat jam yang lalu aku mungkin sudah terlelap di nyamannya kasur pegas yang mantap menyangga tubuhku. Kumiringkan ke kanan dan ke kiri tidak membuat tulang belakangku tertekuk terpaksa. Bantalnya pun nyaman menopang kepala pada telinga kanan atau kiri, dengan jarak yang pas sampai ke lengan bertelekan kasur, membuat tulang leherku nyaman. Namun aku terbangun kegerahan sekitar jam dua tiga puluhan. Kunyalakan pun pendingin udara.
Itupun sekitar jam empat kurang aku tertidur lagi dalam sejuknya ruangan berpendingin udara. Dalam sekitar satu setengah jam itu tidak ada yang kuhasilkan, satu entri pun tidak kecuali mungkin judul, pemegang tempat, dan gambarnya. Apakah ketika itu aku justru menonton konser atas-atapnya The Beatles atau rendisi REO Brothers dari Tlacoban terhadap Sirius dan Eye in the Sky-nya Alan Parson Project, aku tak ingat pasti. Tertidur lagi sampai sekitar jam tujuh aku langsung menuju ke Joglo Bugenvil. Supnya kali ini berolade dan gorengannya pun tempe bertepung.

Cantik tidak mau sarapan karena kuponnya direncanakan untuk Ququq, namun ia mengeluh lapar. Maka kubelikan nasi gudeg telur dan ayam sayap di Bu Darto. Tak lama Ququq datang dan minta diantarkan mengambil sarapan. Cantik tidak habis maka aku kena menghabiskan. Setelah itu ibu dan anak perempuannya ini tidur sedang aku berjaga mendengarkan percakapan pasien-pasien sang spiritualis Pak Joko di sebelah. Setelah mandi dan bersiap-siap, kami pun meninggalkan Cakra Kusuma 507, seraya memesan taksi daring menuju McDonald's Jombor.

Di McD Jombor makan siang kecil-kecilan sambil menunggu waktu Ququq masuk kelas jam dua, sedang kami berjalan ke Terminal Jombor setelahnya. Sebelum masuk terminal, Cantik mampir ke kedai bakpia kukus Tugu membeli oleh-oleh untuk tetangga-tetangga. Setelah menunggu agak setengah jam di kursi beton belepotan debu dan abu rokok dilanjut kursi plastik agen, datanglah Sinar Jaya 97 RD. Kami segera naik menduduki kursi masing-masing; aku di 3 samping lorong, Cantik di 4 samping Jendela. Tak lama tertidur, sampai tak sadar bertolak ke utara.

Ketika kesadaran sepenuhnya kembali, ternyata sudah sampai Grand Artos. Menyusuri sisi selatan dan barat Kota Magelang, mampir sebentar di Terminal Magelang, membeli koran dari seorang tua yang setengah mengemis untuk sekadar makan, perjalanan dilanjutkan sampai Terminal Secang. Di sinilah aku baru sadar bahwa rute yang akan ditempuh adalah Magelang, Temanggung, Wellery, baru bablas tol ke Jakarta. Seandainya perjalanan dimulai pagi hari, mungkin pemandangan sungguh sangat bisa dinikmati. Namun karena mulainya petang, maka kelok-kelok saja terasa. 

Layanan makan di Restoran Sari Rasa Wellery Kendal milik Perusahaan Otobis Sinar Jaya sekitar jam dua puluh tiga puluh, tanpa banyak cakap kupilih nasi soto dengan sambal tabur yang bahkan lebih segar dari yang kumakan kemarin di Pusat Jajan Lembah seberang Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Modhot. Masih sempat sholat maghrib dijama' takhir disambung isya' diqashar, bahkan masih sempat selfie-selfie dengan latar belakang armada 97 RD, sekitar jam dua puluh satu perjalanan pun dilanjutkanlah. Kapten  mengambil-alih kemudi dari perwira pertamanya.

Meski sudah waktu tidurku, aku terus terjaga. Berhubung porsi nasi sotonya bercanda, kulahap burger sapi dan goreng-gorengannya yang tadi sempat dirambati kecoa bayi. Kuakui, aku memang tidak selalu terjaga. pasti ada waktu-waktunya aku terlelap, namun itu tentu sebentar-sebentar dan membuat pusing. Terlebih setelah memasuki Cikampek, aku nyaris tidak pernah terlelap, maka kutahu ada pemuda bingung, tidak paham mau turun di mana. Oleh Kapten diturunkan di Karawang, dan disuruh naik angkot balik ke arah Cikampek. Aku juga subuh baru sampai Jatijajar.

Menggeleng-gelengkan Kepala dengan Muka Memelas

No comments: