Monday, January 06, 2014

Kemayoran itu Semakin Dekat, Sudah Sangat Dekat


Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, namun melihat wajah Bapak begitu kuyu terakhir kali aku pulang, hati tak ayal terasa seperti diremas-remas. Tidak perlu khawatir, Bu. Insya Allah segala sesuatunya akan baik-baik saja; jauh lebih hebat, malah, dari yang mampu dibayangkan. Sudah saya niatkan sejak lama, sudah saya suwunkan kepada Gusti Allah. Kapan datangnya saya tidak tahu, siapa juga yang bisa tahu. Biarlah hidup perkawinan saya saja yang aneh-aneh, itu pun karena kelakuan saya sendiri, tetapi yang lainnya, Insya Allah, akan gilang-gemilang. Insya Allah, Bapak dan Ibu tidak akan pirsa yang lain selain segala sesuatu yang menyenangkan hati, nyaman dipirsani. Aamiin. Seindah berbagai lagu yang telah Bapak Ibu perkenalkan kepada saya, satu-satunya keindahan yang saya kenal di dunia ini. Lamplight dari Bapak, banyak sekali dari Ibu. Insya Allah akan seindah itu semua. Seindah suaranya Tante Connie, seperti itulah hari-hari Bapak dan Ibu, yang ada hanya rasa nyaman, rasa senang, rasa tenang di hati. Ringan dan menggembirakan. Memang begitulah niat saya dari awal mula sekali, tidak pernah yang lain. Semoga Allah mengabulkan semua harapan hamba, terlebih penting lagi, apa-apa yang membuat sesak dada ini, tak terucapkan, Ya, Allah Gusti hamba. Aamiin. Aamiin. Yaa Rabbal alamin.


Sekarang tinggal lagi aku; mampukah memaksa diri shalat tepat ketika masuk waktunya, seperti sekarang ini? Mampukah memberantas semua kesia-siaan yang membelit diri? Mampukah meluangkan waktu untuk berbagai kesalehan? Sekadar untuk memotivasi diri, yang tidak mampu berarti kalau tidak kurang ajar, lemah, ya bodoh. Aku jelas tidak bodoh. Alhamdulillah, takdirku lahir dari Bapak Ibu yang cerdas-cerdas. Jika aku sampai meninggalkan ketaatan dan kesalehan, justru menumpuk kesia-siaan bahkan dosa dan kedurhakaan, berarti kalau tidak lemah ya kurang ajar. Sedangkan aku yakin nenek-moyangku, leluhur-leluhurku bukan orang-orang yang lemah pada dirinya sendiri, berarti ya tinggal satu: kurang ajar! Tidak tahu malu! Sejak kapan kau diajari nglamak begini? Hamba yang tahu diri kepada Majikannya pasti tidak akan melakukan yang seperti itu, padahal ini adalah Majikan Maha Majikan, Pelindung Maha Pelindung, yang memenuhi segala kebutuhan, yang melindungi dari segala marabahaya, yang dengan NamaNya, tiada sesuatu pun dari bumi maupun langit yang sanggup memberi manfaat maupun mudharat. Hanya kepadaMu, Ya Mawla, hamba bersandar. Engkau tidak membutuhkan apa pun dari hamba; apalah hamba ini, sedang bagi bumi dan langit saja hamba tak berarti, sedang dari jasad renik hamba tak kuasa membela diri. Hambalah yang membutuhkanMu, Ya Pencipta, Pemberi dan Pencabut hidup dan kehidupan.

Kemayoran itu, meski begitu, semakin dekat. Sudah sangat dekat, sampai terasa pada pori-poriku, tercium oleh lapisan lendir dalam hidungku. Kemayoran itu, tempat segala kenyamanan, tenang dan aman, di bawah lindungan pohonan kelapa hanggar Mandala, tempat penjual gado-gado. Mengintip ke depan dari bawah sofa boleh beli di Galur, memandang ke langit sebelah selatan, terkadang gelap terkadang terang, dalem Jalan radio, daleme Akung Uti. Keluar pagar, menoleh ke kanan, di sanalah pintu besi dua tangkup yang mudah dipanjat. Memanjatnya, maka terbentanglah ke arah barat hijau rumputan di sisi timur landasan pacu utama, dengan bangunan-bangunan batu yang sangat aneh berjajar sampai ke ujungnya. Indah. Nyaman. Terlebih jika ke belakang rumah, memanjat pohon jambu kluthuk yang dahan dan cabangnya berjalin berkelindan dengan pohon asam. Ada satu dahan favorit yang melintang, cocok untuk bertengger, ke arah utara sana terlihatlah layar drive-in di Ancol dan belakangan ferris wheel Bianglala. Indah. Nyaman menenangkan. Silir anginnya, tenang jika F-28 atau DC-9 sudah lepas landas, atau taxiing ke tarmac... pada titik ini aku sudah tidak mampu lagi menahannya, Ya Allah... katakanlah, bisikkanlah, ilhamkanlah, jelangkanlah dalam impian, bahwa Kemayoran memang benar sudah dekat... sangat, sangat dekat... Ya Allah... desingan mixer Ibu, bunyi talenan atau piring tempat Ibu mencacah daging... Ya Allah... Ya Allah...

No comments: