Saturday, January 18, 2014

Baru! Indomie Mi Goreng Rasa Iya Ngepet.


Sepanjang pagi dari sekitar tengah malam tadi hujan terus. Setelah menonton siaran ulang Stoke City melawan Liverpool, tepatnya setelah gol Sturridge yang dahsyat, Cantik memintaku memijat betis dan telapak kakinya. Sakit, katanya. [Astaghfirullah, aku tidak shalat Shubuh!] Maka kuurutlah dengan Minyak GPU. "Subhanallah, Suami sayang banget sama Istri. enak banget dipijetin Suami Sayang," begitu gumam Cantik. Setelah itu kami bobo. Namun ternyata malam tadi cuma aku yang tertidur cukup pulas, sedangkan Cantik terus terjaga. Katanya, gara-gara minum Toxtea yang gak enak. Maka hampir semalaman itu ia memantau berita mengenai banjir. Bahkan ketika aku benar-benar terbangun sekitar jam setengah sembilan (?!) pagi ini, Cantik tertidur sementara tivi dipanteng di TV One menyiarkan laporan-laporan banjir. Oh ya, aku benar-benar terbangun tadi gara-gara Cantik beruluk salam pada Mama melalui telepon, dan aku yang tengah tidur-tidur ayam secara refleks menjawab salam itu hahaha. Alhamdulillah, meski dikepung banjir, Kodamar tidak banjir. Cantik berkeluh-kesah karena harus berangkat mengajar pagi ini. Alhamdulillah, sekitar jam sembilan lebih hujan berhenti, maka ia menguatkan hati untuk pergi; meski tidak pakai mandi. Sebelum berangkat Cantik minta dibuatkan mie, maka kutunjukkan padanya tiga macam: mie goreng biasa, mie goreng pedas dan mie goreng iya ngepet. Ia pilih yang terakhir.

Gambar dari sini. Trims Mbak Dian KP.
Setelah mengantar Cantik ke Stadela, aku terus mencongklang VarioSty ke kampus. Setelah menambatkannya, aku melangkah menuju Barel. Sampai di pengkolan aku sempat bingung, ke kanan atau ke kiri. Banyak kali pun warung nasi, di pengkolan itu saja lebih dari lima. Akhirnya kuputuskan untuk membungkus nasi di Sasari klasik. "Bungkus. Karedok," kataku pendek-pendek, yang mungkin membuat si Eneng yang melayani bete. Setelah telor ceplok pedes, lalu tahu sayur, lalu otak-otak, ditambah tahu goreng alot, semua duabelas ribu. Bahkah ketika aku minta sendok plastik, si Eneng mengangsurkannya tanpa memandang ke arahku hehehe. Namun yang agak mengganggu, sudah dua kali aku minta sendok plastik, dan sudah dua kali itu pula mereka memberikannya dengan memegang tempat menyuap, alih-alih gagangnya. Yah, biar saja. Kembali ke kampus, aku makan sambil menonton Day of Days, episode kedua Band of Brothers. Sebelum itu aku sempat ingin membuat teh, maka kuambillah air panas dari pengser yang kata Mbak Etje milik UPMA; yang ternyata belum dicolok! Itulah sebabnya aku makan dulu sambil menunggu airnya panas. Baru setelah selesai aku membuat teh. Setelah tehnya hampir habis sambil brosing-brosing cari suasana hati, aku merasa seperti ingin ngopi; yang mana ternyata kopi di kabinetku habis. Maka pergilah aku ke Alfamart Psiko membeli Nescafe Pas dan Indocafe Coffeemix dan... Champ Sosis Siap Pakai eh Makan [iseng 'kali pun].

Begitulah maka kini aku menghadapi workstationku lagi, di hari-hari terakhirnya, [terakhir 'mulu, kapan benar-benar berakhirnya? Kata Pak Wardi, besok... besoknya orang Jawa] di Sabtu favoritku karena sepi belaka, sepoi-sepoi sahaja; meski ada gangguan sedikit berupa Dipa Nugraha Aidit dan temannya, Yohanes "Sawan" Gunadi. Tersedia beberapa pilihan kegiatan. Janjiku pada Andio Kasyfi belum kupenuhi. Aku juga bisa mengutak-atik pos anggaran "Revitalisasi Humas dan Media." Selain itu, tentu saja, janjiku sejak setengah tahun lalu yang mana clock sudah makin tickling, BBP-DJI! Sepertinya akan kuprioritaskan janji-janji dulu. Pertama mungkin Andio Kasyfi karena lebih mudah, baru kemudian BBP-DJI. Namun, terlebih mendasar lagi, kurasa aku harus mengucap syukur Alhamdulillah karena mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ini hatiku terasa baik-baik saja, ringan-ringan saja. Ada masa-masanya ketika aku membuat janji yang sungguh sangat berat untuk ditepati; bukan karena sulit mengerjakannya, melainkan karena sambil mengerjakan itu aku harus menyeret-nyeret hatiku yang enggan ikut. Hatiku memang tidak bungah apalagi sampai antusias menyeret-nyeretku, [...hampir sih...] tetapi setidaknya ia berjalan santai kadang mengikuti di belakang kadang malah di sampingku; jadi aman. Itulah sebabnya, tawaran Arie untuk mengajar orang asing berkoperasi dan tawaran Nadia untuk mengajar PHI orang-orang OJK dengan senang hati kutolak.

No comments: