Monday, July 10, 2023

Daugaard Vajpayee dari Tendangan Ho Chi Minh


Memang perlunya mengecek ensiklopedia daring hanya untuk membuat judul, yang seperti biasa tidak ada hubungannya dengan isi tulisan. Judul itu harus begini, begitu, memang siapa engkau memberitahuku bagaimana aku harus membuat judulku. Apa kau memenangkan perlombaan mirip-miripan lebih banyak dari Katon Bagaskara. Jika tulisan ini 'ku teruskan, sekadar agar ada sesuatu yang 'ku hasilkan sebelum memejamkan mata. Bahkan sekadar tulisan seperti ini, seperti naik Veolia jurusan stasiun-Malberg. Aku bahkan punya karcis langganan entah untuk berapa lama.
Bertubi-tubi yang kau berikan, sampai-sampai aku tidak berani membuat kata-kata baru yang tidak bermakna, seperti tubir diberi awalan ber- lalu diulang. Hendak pergi ke mana aku, hendak pulang ke mana. Badan paruh-bayaku sudah tentu tidak seperkasa ketika muda, meski aku tidak pernah benar-benar perkasa seperti yang 'ku khayalkan. Bahkan sekadar meneguk kopi hitam kental panas saja aku tidak berani, apalagi minuman beralkohol. Rokok jelas tolol apalagi jika cita-citanya agar kurus. Lihatlah Jack Daniels menyapa musim dingin dari etalase toko minuman keras itu.

'Ku sangka kesabaranku akan habis. Namun ternyata, setelah melihat hasilnya, hatiku terasa lega. Dadaku lapang meski aku tidak pernah tertarik pada bidadari turun dari kahyangan. Di mana pun turunnya, mau di halte atau stasiun manapun silakan saja. Aku tidak akan melirik apalagi sampai menengok. Aku tidak suka pernak-pernik hias-hiasan. Aku suka hahaha tembikar serbaguna. Sungguh, karena lampu kristal mustahil serbaguna. Tembikar jikapun pecah masih bisa digunakan untuk berbagai-bagai keperluan, bahkan sekadar menggaruk pantat gatal berbisul-bisul.

Jikapun ingin rumit, penuh dengan pernak-pernik dan berbagai hias-hiasan, maka lakukanlah pada pendengaranku. Aku tidak pernah berkeberatan dengan kecanggihan ensembel alat gesek yang berlapis-lapis mengalun-alun seperti gemericik air terjun kecil bertingkat-tingkat. Aku menyukainya sama dengan kesederhanaan kombo dua gitar, satu melodi satu ritem, satu bass dan satu set dram. Selebihnya aku suka ketelanjangan. Ah, alinea ini banyak kata-kata panjang. Aku khawatir sulit diratakan kanan-kirinya. Keindahan temaram lampu bohlam pun nyaman.

Cinta kepada Cinta, jatuh cinta hanya kepadaNya tidak akan pernah salah; bahkan selalu benar dan merupakan satu-satunya kebenaran yang menghilangkan semua keberadaan. Jika cinta sampai bersatu dengan Cinta, maka cinta tiada; yang ada hanya Cinta. Ini seperti rastafari mengatakan aku dan Aku. Ini suatu kejujuran. KehendakNyalah aku ada, maka aku harus berusaha keras untuk menjadi tiada; karena tiada aku kecuali Aku. Maka mengalirlah dengan sejuk, seperti aliran sungai di bawah taman. Mencintalah, bercinta banyak-banyak agar cintamu Cinta. 

Bahkan segala makna tak berdaya apatah lagi kata-kata. Ini seperti ketika aku membawa Brondby menjuarai Liga Champions entah berapa tahun berturut-turut. Waktu itu pasti asap berbatang-batang rokok mengepul-ngepul entah di ruang senat atau ruang tamu kontrakan ulat. Apa benar yang 'ku makan saat itu, adakah Mpok Mideh atau Sasari. Dari mana uangnya sungguh memalukan. Memang pantaslah jika aku ini semacam kotoran unggas yang bertampang paling bodoh, yang membuat malu dinosaurus ornitopoda nenek-moyangnya; maka digeprek diberi sambal.

Martabat itulah yang aku tak punya. Harga diri itulah yang sudah ludes tergadai. Terasa betul bedanya cerita yang dituturkan oleh pelaku asli, terlebih jika mereka adalah prajurit sungguh-sungguh, perwira tulen yang baik dan benar; dibandingkan dengan yang dituturkan oleh pembual sepertiku ini. Tinggal lagi diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, entah mengapa itu yang dicari. Sampai-sampai mempengaruhi gaya bertutur, sampai mengekang kreativitas. Tidak seperti kekangan seorang dominatrix menyumpal mulut, tetapi tali jelek butut pengikat leher bandot nan kurus.

No comments: