Sunday, October 07, 2012

Sarapan Suasana Hati Lauk Renungan Pagi


kibedjo.wordpress.com suwun nggih
Baiklah, maafkan aku Tante Rita, lain waktu aku pasti akan mendengarkanmu. Janji. Namun baru saja aku mengundi nasib dan yang kudapatkan adalah Emma! Baguslah itu. Sekarang pukul sepuluh pagi, aku bertelanjang dada di hadapan HP 520 dan aku agak berkeringat. Dari tadi pagi aku ingin menulis sesuatu tentang membeli, berbelanja. Berbelanja adalah bentuk ketidakberdayaan. [adakah padanannya? ini panjang sekali...] Ketika aku merasa tidak berdaya, maka yang kulakukan adalah pergi ke Alfamart atau Indomaret terdekat, padahal jelas aku tidak sedang membutuhkan apapun, dan tidak tahu pun apa yang akan kubeli. Apa lagi yang dapat dilakukan manusia modern seperti aku ketika sedang merasa tak berdaya? Kurasa begitulah juga para penggila belanja. Aku ingin tahu mereka kerja apa. Mungkin mereka benar menyukai pekerjaan mereka. Namun, mungkin, hidup dan hati mereka tetap terasa kosong, dan mereka tidak mampu mengisinya. Maka belanjalah mereka, seperti aku belanja. Yang kubeli biasanya Sozzis Ikan Ayam, atau Qtela Tempe, atau Smax Ring Rasa Keju, kadang ditemani susu baik sapi maupun kedelai, atau teh-teh botolan, lebih jarang lagi permen-permen mahal seperti Fisherman's Friend dan Ricola.

Semalam perutku sakit. Bukan berita. Namun itu membuatku ragu-ragu untuk minum kopi sekarang. Ngopi gak ya... Bismillah, ngopi ah. Sekarang di sisi HP 520 ada segelas seduhan Lipton Chamomile dan secangkir Nescafe Pas, dan aku sudah berkali-kali menguap sedangkan Nat King Cole begitu saja ber-fantastico. Dari entri-entriku terakhir, bahkan dari beberapa tahun belakangan, segera saja terlihat bahwa aku tidak sereligius dulu; terlebih bila dibandingkan dengan entri-entri pertama. Sekarang aku terbiasa menunda-nunda shalat sampai hampir habis waktunya, bahkan tidak jarang terlewat. Dahulu aku biasa terbangun di pagi hari dengan kalimat-kalimat yang baik terngiang-ngiang di kepalaku. Bahkan dulu aku otomatis mengucap basmalah begitu bangkit dari pembaringan. Sekarang aku terbangun dengan lagu-lagu atau kata-kata entah apa dalam kepalaku, dan itu pun sudah hampir bisa dipastikan kesiangan. [Uh, Nescafe Pas ini asam sekali... semoga lambungku baik-baik saja] Biarlah itu menjadi satu-satunya kekhawatiranku. Aku menolak khawatir karena yang lain-lain. Aku, Insya Allah, terbebas dari semua saja yang lainnya semenjak aku berkata, pada diriku sendiri, tiada Ilah selain Allah, dan adalah Muhammad yang membawa berita gembira ini bagi kita semua umatnya.

Ho, baru tahu kalau Christina Aguilera ternyata tidak lebih tinggi dari Tante Connie, yaitu 156 cm. Kalau Tante Doris Day itu setinggi aku. Dari yang kurasakan sekarang, sepertinya aku sangat-sangat tidak ingin menulis mengenai perdagangan bebas. Terlebih lagi, aku sudah buat janji dengan kawan-kawan DRC dan LK2 untuk menulis mengenai jual-beli pulau. Halah, apa tidak ada topik lain yang lebih menarik ya, atau lebih tepatnya, lebih serius? Ini diskusi ilmiah, kawan-kawan. Coba dibuat yang lebih serius bisa tidak? Contohnya apa yang lebih serius? Contohnya... Pancasila, Wawasan Nusantara... capek ya serius melulu. Apalagi kalau berpendirian bahwa hidup ini cuma main-main saja, cuma senda-gurau. Hidup ini, lho, tentang hidup ini, cuma kelakar. Hah! Aku lelah dan frustrasi harus menoleransi medioker-medioker ini! Dan siapa juga yang membuat aturan bahwa p, k, s dan t harus lesap ketika bertemu awalan me-? Untung saja, rendisi atau tafsir Luis Miguel terhadap Sabor a Mi sungguh indahnya, jadi agak berkuranglah emosiku. Aku harus memenuhi janjiku [entah mengapa aku berjanji kemarin itu...]

No comments: