Saturday, June 10, 2017

Di Purnamanya 15 Ramadhan 1438 H Aku Duduk...


...dan menangis. Biarlah untuk sementara begitu, karena aku pun lupa bagaimana kemarin itu. Hanya saja baru kuingat, betapa oh yeah Asus X450C ini dengan sandaran tangannya. Cukup tarik ia sedekat mungkin dengan tubuhmu, letakkan pergelangan tangan padanya, dan biarkan jari-jarimu rampak mengetiki. Berarti sudah cukup lama aku mengetik menggunakan HP Stream sampai lupa rasa mengetik dengan Asus X450C. Ini alat produksi mantabp, Mayor Taruna! Apa yang kau produksi? Pengetahuan, katamu? Pengetahuan 'pale lo amsyong!


Alhamdulillah, kalau aku sampai masih bisa ngomyang begini, berarti aku tengah diliputi nikmatNya, sedangkan mustahil aku pernah tidak diliputi nikmatNya. Aku ini apa? Aku ini belum pernah tarawih sekalipun Ramadhan ini. Semuanya serba standar, tidak ada ekstra. Padahal ini Ramadhan. Ya, aku memang Alhamdulillah mengkhatamkan Rahasia al-Fatihah. Selebihnya tidak ada yang istimewa. Semua standar saja. Hari ini, meski demikian, luar biasa! Aku selalu takut kalau aku tidak mensyukuri nikmatNya dengan patut. Aku takut nikmat itu dicabut!

Ramadhan itu sedikit loh. Nyaris tidak ada bedanya dengan menunggu gajian berikutnya, ketika gaji bulan ini sudah habis bahkan di hari-hari pertamanya. Apa mungkin ini sekadar latihan untuk membenarkan yang kuterima? Apa bisa dibenarkan dengan tulisan-tulisan entah apa? Tidakkah seharusnya aku datang lebih teratur? Hei, siapa tahu dalam hari-hari ke depan ini kekuatanku pulih untuk ulang-alik Cikumpa-Kenanga! Yah, meski Kenanga bukan Mesjid al-Barkah, entah mengapa begitu terikat hati ini padanya. Meski Kenanga terasa kurang enak... Apa karena baru beberapa kali?

Kenanga, Sayang, kenanga! Cananga odorata alias ylang-ylang. Bentuknya memang tiada seberapa cantik. Cenderung aneh bahkan. Namun harumnya! Harumnya Masya Allah! Harumnya adalah lemari Uti Allah yarham. Semoga demikianlah harumnya tempat peristirahatan sementara Uti Akung, sambil menunggu waktunya berkumpul kembali dengan semua yang dicintai di Surga Firdaus. Aamiin. Kata Rasulullah berdoa itu harus optimis, maka begitulah doaku. Mana tahu, ketika kami tengah bercengkerama di rerumputan nyaman, beliau menghampiri dan menyapa. Aamiin.

Apa yang akan kulakukan? Menubruk tangan beliau dan menciumnya, seperti biasa kulakukan pada Pak Bakti? Apapun itu, kurasa ini benar yang kuinginkan. Apa dari dunia ini yang masih kuinginkan? Aku harus doktor, meski ada juga inginnya. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan, harus kuselesaikan selama hayat masih dikandung badan. Untukku sendiri? Aku ingin bertemu dengan Kanjeng Nabi! Bagaimana caraku menyapanya, ya? Aku ingin bersama beliau memandangi WajahNya. Masya Allah! Apa tidak terlalu muluk? Tapi 'kan harus optimis. Apa lagi yang lebih tinggi dari itu?

Yuli Rachmawati saja sudah mendahului meninggalkan dunia ini. Tidak, aku tidak benci dunia yang ditinggalkan Yuli. Nyatanya, di sinilah ladang penggarapan. Di sinilah tempat menyemai apa yang akan kelak dituai. Mana mungkin menuai jika tidak menyemai, bukan? Semoga semua penderitaanmu menghapus semua dosamu tanpa bekas, Yul, sehingga tersisa hanya ampunan dan kasih-sayangNya. Semoga semua saja yang masih hidup diijinkan untuk terus dan terus menambah bekal berupa perbuatan yang patut, sesuai dengan adab. Semoga semua kita menemui akhir yang baik. Aamiin.

Jadi Kenanga bagaimana? Rutin kesana? Jika aku harus menulis memang sebaiknya di sana, karena di Ampera tidak kondusif. Sedang bisaku hanya menulis. Ya Allah, sungguh hamba malu dan gundah. Hamba mohon pertolongan. Hamba memang hanya dapat memohon pertolongan, hanya kepadaMu. Bahkan ketika seharusnya aku kembali ke dunia ini, aku kembali kepadaMu. Apakah ini kelemahan? Apakah ini kemalasan? Hamba sungguh tidak tahu, Ya Allah. Hamba mohon dibimbing ke arah jalan yang lurus, yakni jalannya mereka yang Engkau beri nikmat.

Bukan mereka yang dimurkai dan tersesat. Naudzubillah! Terlebih jaman seperti ini. Jadi ingat kata Bapak Supir Gokar tempo hari, bukan hanya akhir-akhir ini saja. Manusia dari dulu memang selalu seperti ini. Sudah sifat bawaannya! Entahlah. Rasaku, akhir-akhir ini semakin hebat saja. Allah selalu andalanku. Hasbunallah wa ni'mal wakil, ni'mal maula wa ni'man nasir. Tidak ada yang terlalu penting dari dunia ini yang membutuhkan curahan segala perhatian, kecuali perintah-perintahNya agar selalu dijalankan, dan larangan-laranganNya agar jangan sampai dilanggar.

Sabar dan syukur. Sudah.

No comments: