Sunday, September 20, 2015

Judi Judi Judi Aku Cinta Padamu


Sebagaimana telah diperkirakan, hasilnya adalah... entri hahaha. Namun bukan sembarang entri. Insya Allah selain entri-entri mutakhir, Kemacangondrongan mulai sekarang akan juga melakukan retroaksi, yaitu, menulis bahkan pada ketika blog ini belum tayang! Dalam kesempatan perdana ini maka ditayangkanlah serial “2000-an Dekade Kita Melihat Semuanya.” Sebagaimana maklum, Kemacangondrongan mulai tayang pada 2006, yaitu paruh kedua dekade 2000-an. Oleh itu, paruh pertamanya akan disajikan secara retroaksi, sehingga dari 2005 terus mundur sampai 2000 akan ada satu entri setiap tahunnya.


Sebelum terlampau jauh, haruslah buru-buru disusulkan di sini bahwa judul serial itu memang sama sekali tidak orisinil, karena merupakan terjemahan semata dari program televisi National Geographic “The 2000s: The Decade We Saw It All.” Programnya sendiri ngeselin, terutama karena sangat Amerika-sentris. [Lhah kenapa sewot, Kemacangondrongan juga Bono-sentris?] Tentu saja, National Geographic Society juga didirikan di Amerika Serikat. Namun agak lumayanlah pertunjukan itu karena membantu mengingat-ingat peristiwa apa saja yang terjadi padaku sepanjang tahun-tahun yang dikenang itu.

Sebenarnya—gara-gara acara itu—ada juga sedikit godaan untuk berkomentar mengenai perubahan dan pergeseran fundamental yang terjadi pada bentang sosial budaya dalam dekade 2000-an. Namun karena ternyata akhir minggu ini hanya entri yang kuhasilkan, kurasa tidak pada tempatnya aku menyiksa hatiku sendiri seraya membuang-buang energi mental yang sangat berharga. Lebih penting kucatat di sini, hari ini aku agak brutal karena menyikat mie instan banyak-banyak. Kini ketika kutimpa bandrek, langsung lambungku berontak membuatku bersendawa.

Masih mau bicara mengenai kemarau? Pagi ini aku mengumpulkan daun-daun bambu kering, kutumpuk jadi satu dan kubakar. Cepat sekali mereka menjadi arang saking keringnya. Tidak hanya itu, tumpukan di seberang jalan pun kusulut, mengakibatkan pemandangan menghitam yang menyedihkan dan terkesan misterius. Sambil aku menulis ini, Sopuyan sibuk aja mainan BBM mencoba mengajakku mengobrol mengenai proposal disertasi. Sebenarnya kasihan juga dia. Siapa tahu kalau aku berbuat baik dengan menanggapinya, aku akan mendapat balasan yang baik pula.

Sebaliknya, aku sedang merasa seperti ingin bertekad untuk mainan Kemacangondrongan hahaha. Jadi ini semua mainan? Apalagi kalau bukan? Ada yang berkata anak laki-laki tidak pernah beranjak dewasa, mereka hanya beranjak tua. Aku yang selalu sok serius ini sebenarnya agak tersinggung pada kata-kata ini, meski—berbicara mengenai serius—kurasa Herbert jauh lebih mengerikan. Uah, mengingatnya saja sudah seperti sakit kepalaku, sedangkan ia sudah gondrong di samping-samping dan belakangnya, berkeringat begini. Atasnya sudah tidak ada, yang mana sebenarnya alasan yang cukup kuat untuk serius berdoktor.

Malam ini aku tidak mau sok serius atau yang semacamnya. Malam ini aku ingin bermain, bersenang-senang, meski itu harus kulakukan seorang diri. Aku sudah cukup terlatih melakukannya. Bermain, bersenang-senang seorang diri—biasanya berdua saja dengan diriku sendiri, terkadang bertiga dengan masa laluku, atau berempat dengan masa lalu kami. Masa depan sangat jarang kami ajak, karena ia sebenarnya TIDAK ADA! Itu seperti memutar kepala! Itu seperti menghadapkan kepala searah dengan menghadapnya bongkah-bongkah pantat—dan itu menyeramkan!

Malam ini, aku tidak mau ada apapun yang menyeramkan, bahkan selintas pikiran sekalipun. Sungguh remeh dan patut dilecehkan siapapun yang terpikir mengenai limbo dan menerapkan pada situasinya sendiri. Daripada limbo lebih baik Limbong—semacam David Limbong begitu dengan barel-barelnya, nongkrong-nongkrongnya, seperti yang biasa kulakukan dahulu. Aku memang berada dalam bisnis yang sepi. Sepi bagiku ibarat air akuarium bagi ikan mas koki. Aku hidup di dalamnya sampai aku tidak tahu bahwa ia ada, sampai kusangka yang ada hanya aku dan diriku sendiri.

No comments: