Thursday, November 01, 2012

You're So Beautiful Tonight, Cantik


Entri ini, tadinya, akan kuberi judul "Kurikulum Berbasis Kompetensi." Eh, ngeri kali pun! Idenya muncul begitu saja di kepalaku ketika aku melintasi jembatan antara Gedung C dan Gedung Dekanat FHUI sambil memandang ke bawah, ke depan Ruang S&T. Begitu banyak mahasiswa! Sebagian besar dari mereka akan menjadi Sarjana Hukum. Bahkan aku pun yang sangat enggan akhirnya menjadi Sarjana Hukum. Tidakkah itu mengerikan?! Apa sesungguhnya kompetensi sarjana hukum? Bagaimana caraku menekankan ini... Kompetensi seorang Sarjana Hukum adalah MENGGALI RASA KEADILAN MASYARAKAT BANGSANYA! To be able to dig into her People's sense of justice. Dengan demikian, masukan pendidikan tinggi hukum haruslah orang-orang yang tidak saja cerdas tetapi bernurani. Bagaimana cara memastikannya? Tidak akan mudah, tetapi harus diusahakan. Fakultas Hukum harus elitis. Tidak sembarang orang boleh masuk.

Cape deh. Akhirnya kuberi saja judul You're So Beautiful Tonight, yaitu judul lagunya Kenny Nolan. Akhirnya kutemukan juga lagu ini, setelah begitu lama menghilang. Sebenarnya, entri ini direncanakan untuk menjadi entri kelimabelas dalam Oktober 2012. Akan tetapi, kemarin sore aku sangat malas menulis, entah kenapa. Ketika ideku mentok, Abdul "Doel" Salam mengetok-ngetok pintu Sesfak, maka kubukakan. Ia bercerita bahwa dalam dua minggu ini ia merasa kurang sabar dalam mengajar. Ia marah pada anak KKI '11 karena sudahlah tidak membawa buku, tidak membawa BW, main-main saja di kelas. Well, ini sebenarnya sangat berhubungan dengan tema entri ini, setidaknya sampai kemarin sore. Intinya, it's all in a day's work. FHUI adalah tempat kita sama-sama mencari nafkah, menafkahi keluarga kita masing-masing. Tidak lebih, tidak kurang. Masa tidak boleh lebih? Hey, mana kita tahu mana yang lebih baik atau lebih buruk untuk kita sendiri?

Tadi malam, aku makan malam di ATLHW Margonda bersama Cantik. Aku makan tahu telor. Cantik makan bebek goreng krispi. Tidak istimewa. Biasa saja, kecuali bahwa makan malamnya bersama Cantik. Ini selalu istimewa. Berhubung aku sangat berminat dengan sejarah masyarakat manusia, maka kenyataan bahwa aku merasa sangat terikat pada Cantik menjadi lucu. Inilah yang kusebut keluarga. Isinya cuma dua. Aku dan Cantik. Namun, Cantik punya anak-anak yang tidak mungkin terlepas darinya, tetapi tidak bisa juga menjadi anak-anakku. Jadi, tetap saja, keluargaku isinya dua. Aku dan Cantik... meski Cantik sangat terikat pada anak-anaknya. Jadi teringat cerita Farrel meniru kebiasaan Doel main game komputer... Jika aku boleh jujur, ya, aku cemburu karena Kikin bisa naik sepeda motor, misalnya, dan sebagainya, karena diajari bapaknya, Janus. Aku tidak pernah tahu rasanya punya anak, atau, kalaupun pernah, aku sudah tidak ingat. Kini, tidak ada lagi keinginan padaku untuk "punya" anak. Punya? 'emang punya siapa?

Pagi ini, aku memulainya dengan beli nasi merah dengan lauk krecek dan telor dadar, sayurnya terong balado. Baru mau kubawa ke atas datanglah Mang Untus, Mas Iwan dan Mas Wirok. Jadilah aku sarapan di kantin saja bersama mereka. Dibuka dengan obrolan mengenai motor-motoran di jalan, lalu Mang Untus menjelaskan mengenai sebuah pekerjaan dalam mana aku akan (atau sudah?) dilibatkan. Ya, itulah gerombolan JHP. Mereka mencari hidup bersama-sama. Dari sekian banyak itu, yang belum berkeluarga tinggal Mas Wirok, yang gak jadi-jadi zuad juga; Mulyono Sujadi, karena masih kecil; dan, John Gunadi, itu pun ia punya bini dan anak-anak, yang kemarin mau dibelikannya boneka besar. Dahulu, aku hampir saja menjadi anggota gerombolan ini, gerombolan djembel moedlarat a.k.a Banpol PP, seandainya Bang Fred tidak mencabutku untuk ditanam di Cimanggis di akhir 2005 awal 2006 itu.

This paragraph is added after Civics session, and Jang Jin Su have this to say: "President Park had no choice but to take basic human rights for guaranteeing safety, better social welfare and prosperity of future sons and daughters of South Korea." I like it when he addresses Park Chung Hee as President Park, and the way he refers to future generation as "future sons and daughters." Just for this I want to give him a straight A harharhar... Kalau semua sasaran harus tercapai dengan tujuan tunggal, maka siapapun tidak perlu dibayar mahal. Bagaimana kamu tahu kalau tujuan pembelajaran Civics ini tercapai? Well, that line of Jin Su really makes my day. I do hope its genuine. Kalau tidak bisa semua, setidaknya beberapa. Kalau tidak bisa banyak, setidaknya satu. Bagaimana dengan selebihnya? Well, these kids are almost like my own kids. I'll see to it that they get the best outcome being educated here. Being educated? For God's sake, please... Get ahold of yourself.

November duapuluh satu?
Oktober empatbelas
September tujuh 
Maret tujuh 

No comments: