Saturday, December 10, 2022

Isandhlwana Tidak Lebih Sulit dari Matswapati


Mengitikiku disela oleh mendidihnya air mandi, padahal milo hangat baru habis seperempat cangkir. Maka 'kuputuskan untuk terus mengitiki, dengan risiko air mandi mendingin, dan itu berarti membuang gas. Aku sudah lelah mengikuti perjalanan trio Wildan, Andriawan, dan Arkan mengelilingi Kalimantan. Melihatnya saja sudah lelah apalagi menjalani sendiri. Belum lagi Nugroho bermotor dari Margonda sampai Ujung Genteng. Edan bocah-bocah ini. Lebih edan lagi aku yang menyiapkan paparan tentang Kembali ke UUD 1945 'tuk disampaikan pada Pandusakti.
Mana lebih gila, aku yang sangat terganggu kalau sampai tidak rata kanan-kiri, atau orang yang menatah jenggot Prabu Matswapati pada kulit kambing. Ukurannya adalah secangkir milo. Jika habis ia, maka mandi aku. Jadi ternyata guna entri-entri sekadar membuat Togar tertawa-tawa jika ia sedang bosan selesai giliran bicara. Lagipula goblog harian apa yang diumbar-umbar bagi publik meski tetap saja tidak ada yang baca kecuali Togar. Ini semacam antologi cerita pendek yang tiap-tiapnya sekitar 500-an kata: Cerita mengenai dunia dari sudut kebat-berkebitnya pikiranku.

Di sini milo habis. Aku mandi.

Selesai mandi, sambil mengeringkan badan, aku membatin: Dunia telah mengecewakan Papa dan Bapak. Bapak jelas-jelas berdoa agar dunia tidak mengecewakanku. Namun apa yang bisa diharapkan dari orang-orang yang ribut saja masalah harus pakai baju apa agar tidak canggung karena perbedaan pangkat. Hahaha aku memang badut, tidak pantas mengenakan baju-baju berpangkat itu. Aku, seperti kata Leonard, hanya menunggu satu kecelakaan laboratorium untuk menjadi penjahat super; karena, menurut Nex Carlos, lemak jahat adalah lemak baik yang tersakiti.

Lebih baik 'kubaca-baca lagi surat-surat cinta Forrest Gump yang kembali lagi kepadanya, berlembar-lembar, karena Jennifer Curran memang tidak pernah ada di Greenbow. Ia berkelana meluaskan pikirannya. Sebuah entri yang penuh menyebut nama-nama, kejadian-kejadian di seantero dunia. Lantas apa maunya, memamerkan keluasan pengetahuan umum seperti kelakuan Gunawan Baphomet. Jih, tidak sudi! Nah, ini tadi terpikir ketika masih telanjang, mungkin masih menggosok-gosok badan dengan busa sabun. Seks, sastra, kita. Najis! Manusia, budaya, dan masyarakat. Itu dia.

Kembali kepada pengirim. Alamat tidak diketahui. Tidak ada nomor begitu/orang itu. Tidak ada lagu begitu. Gus Dut merasa lucu dengan baris terakhir itu, dari sekitar dua puluh tahunan lalu. Seperti halnya Gus Dut dan Togar, aku pun merasa bisa menyanyi. Bahkan dulu jika ditanya hobi biasanya akan 'kukatakan menggambar, menyanyi, bermain musik. Aku merasa hanya bisa membaca dan menulis, meski uangku kini terutama terkait dengan dongenganku pada bocil-bocil. Hidupku sungguh mengerikan dan aku tidak punya harga diri. Aku memalukan. Menjijikkan.

Maka biar 'kucatat di sini pertemuanku dengan Dr. Dexter pagi hingga siang tadi, karena ini mengenai harga diri. "Semakin menderita kau, semakin menunjukkan betapa pedulinya kau", begitu katanya. Kau memang koprofil, koprofagis, tiada lain. Ini kata-kataku sendiri, favorit malah. Artinya, Dexter menyelesaikan doktoralnya pada umur 52 tahun. Namun ia telah menorehkan karya-karyanya dengan tinta emas dalam jagad punk rock, selain juga berjualan saos pedas. Jadi tidak ada alasan bagimu, koprofil. Kau memang koprofagis celaka. Tutup mulut baumu itu. 

No comments: