Sunday, February 26, 2023

Separatos dari Bahasa Marka Peramban Internet


Apa jadinya jika di suatu Minggu pagi bermendung sistemmu dipaksa mencerna sekitar 200 ml es krim vanilla diberi bersaus cokelat, setelah sebelumnya menggiling setangkap muffin Inggris berisi dua potong sosis ayam asin mengapit selembar keju cheddar Amerika dan roti tipis kecil gulung berisi orak-arik telur ayam, sekerat daging asap tipis dan selembar juga keju cheddar Amerika. Jadinya engkau mungkin sedang berada di Albany, Atlanta, atau Augusta, yaitu kampung halaman JChosen, Avery, dan James, orang Afro-Amerikan semua. Mari, pergi terbang bersamaku!
Jika tidak 'ku buka lagi profil paling sialan ini, mungkin aku 'kan lupa bahwa Sang Suara pernah berduet dengan Si Tolol Bono yang tentu membuatku jengkel dari waktu-waktu yang tak terperi. Sedang belum lama ini hampir-hampir saja aku mengirim pesan instan kepada Bu Eti menanyakan resor apa yang dipakai untuk rapat kerja manajemen pada sekitar awal 2012. Semua ini bisa terjadi kapanpun, pada Minggu pagi bermendung yang manapun, meski Karen selalu saja mendamba kemarin sekali lagi, seperti halnya 'ku. Segelas lagi air panas 200 ml boleh 'lah pula.

Uah, meminta kembali pulang ke rumah bisa menjadi mengerikan ketika cinta sudah sama-sekali menguap, yang biasanya disebabkan karena adanya cinta yang baru. Bau selangkangan sudah menguar karena memang sudah tiga hari tidak mandi, membuatku mengingat tempat-tempat yang biasa 'ku anggap rumah. Suatu waktu larut malam kau kata cinta padaku. Cuih, apa cinta. Kasihan kambing kebanyakan makan ayam suntik sedang kurang gerak sehingga pikirannya istri tok. Kambing begini memang sebaiknya disembelih timbang keburu kawak, tak enak dimakan.

Sudah masuk alinea baru sedang gambaran audio akhirnya berganti menjadi burung malam. Ah, ini lebih menyedihkan lagi. Seorang gadis kecil, mungkin baru empat belas tahun, terpaksa minta dibelikan teh Saigon pada tentara Amerika umur dua puluhan awal, karena keluarganya habis dibunuh Viet Cong. Tinggal ia dan ibunya yang sakit, mungkin karena luka-luka yang dideritanya akibat Viet Cong memorak-porandakan kampungnya. Ada lagi lebih kecil dari itu berjualan sate nanas, sedang tentara Amerika lain ingin membuat jarinya bau. Membuat sesak dada.

Bisa saja 'ku lindungi mereka dengan mengatakan: "gadis-gadis ini milikku". Namun ini jauh lebih mengerikan lagi. Anak laki-laki yang entah mengalami apa di masa kecil dan remajanya, sampai ia menimpakan apa yang pernah menimpanya pada anak laki-laki lain ketika ia seharusnya dewasa. Ini menunjukkan bahwa kanak-kanak, remaja, dewasa benar-benar tidak berarti apa-apa. Sangatlah bisa dipahami jika Rasulullah, kedamaian semoga selalu atas beliau, mewanti-wanti umatnya mengenai si anggur busuk untuk sebelah mata; harus memohon perlindunganNya.

Di titik ini aku menyerah, dan itu sama sekali bukan berita karena aku memang jadi orang gampang menyerah. Tepatnya aku tidak pedulian, meski hujan menerpa wajahku sedang badanku tiada seberapa enak rasanya. Ini, 'ku akui, bukan sebuah entri yang bagus; sekadar 'ku kitiki karena aku ingin mengitiki. Apa harus 'kukitiki Ratu Bilqis dari negeri Saba. Adakah dia akhirnya menjadi Muslim karena diperistri Nabi Sulaiman alaihissalam. Keinginan membuat kaus juga masih ada, mengapa tidak beli kaus polo polos saja; atau dibordir agak apalah begitu.

Baru di alinea terakhir ini Penelope menjelang padaku, tapi untuk apa. Ia menguap begitu saja, bahkan tidak seperti asap dupa setanggi. Ia lebih seperti hembusan uap air dalam nafasku yang terperangkap masker dan mengembun di kaca mata hitamku. Aku bahkan tidak akan menyamakannya dengan uap air dalam nafasku ketika musim dingin di Belanda, karena aku tidak suka Belanda apalagi Siberia. Sungguh sedih jika seperti Mbak Dina yang sebenarnya lebih suka di sini tapi sedang harus melarikan diri ke Jerman. Untukku sendiri, sungguh aku tak peduli. 

No comments: