Sunday, January 28, 2018

Entri Kelima yang Ditulis di Bagasnami


Mumpung masih ada kesempatan, maka ditulislah entri kelima meski tidak precies di Bagasnami. Ini adalah entri mengenai Bagasnami. Insya Allah, agak setahun ke depan vrij dulu menulis topik ini, meski tidak menutup kemungkinan masih ada satu lagi untuk tahun ini. Bisa jadi, sepanjang 2018 ini justru mengenai Kees Broekmanstraat seperti halnya Laathofpad dulu. Insya Allah namun lebih baik segala-galanya. Amin. Aneh juga menulis mengenai Bagasnami ditemani Lionel Richie menyanyikan lagu puji-pujian untuk cinta dan kebebasan.


Bagaimanapun ada benang merahnya. Ini memang mengenai rumah-rumah, Laathofpad Zes dan Bagasnami. Enam dan Tujuh Belas. Ini bukan mengenai kegilaan maupun cocoklogi, meski Kristiyono yang marinier overste begitu saja menghubungiku. Ya, karena aku tidak pernah jadi marinir apalagi Lutung Kasarung. Membanggakan dongenganku juga tidak mungkin, karena jelas yang mungkin berpendapat ia lebih keren hanya diriku sendiri. Kodamar Sunter Kelapa Gading bagaimanapun kompleks Angkatan Laut. Mungkin memang beginilah suratanku.

Berbicara mengenai suratan, jelas tidak terlalu buruk, bahkan cenderung sangat baik. Meski rasa sakit seperti kemasukan kerap mengganggu, namun gudeg dan krecek berkatan ulang tahun perkawinan Pak dan Bu Midjo sungguh nyamlengnya. Tentu saja, teri, tahu dari gulai ayam masih ditambah sambel tempenya sekali. Sekali lagi, yang penting adalah suasana hati yang diciptakannya. Betapalah tidak Maha Kasih Ianya, Maha Penyayang. Betapa nyamannya diselimuti kasih-sayang begitu, masih dibelai-belai pula penuh dengan kelembutan. Mumpung masih di sini.

Akan halnya ada kemungkinan menjalankan ibadah puasa di entah bagian mana Amsterdam maupun sekitarnya, toh Ramadhan adalah Bulan Kasih Sayang, Bulan Penuh Ampunan. Tepat ketika inilah aku teringat buku yang kubeli pada 2010, yang belum pernah kubaca, berjudul "Merindukan Bulan Ramadhan." Insya Allah, inilah yang akan kubaca di GA 88, jika Kees Broekmanstraat belum dapat dipastikan sekarang. Di manapun, Insya Allah ini yang akan kubaca dan kutamatkan! Semoga sebelum 'Idul Fitri 1 Syawal 1439 H. Amin. [Dapatkah kucicil dari sekarang juga...?]

Uah, kurasa kini pun aku berada dalam limbo, seperti pertengahan tahun lalu. [siakle Adrianus Eryan, gara-garanya aku mengasosiasikan kemacangondronganku dengan limbo] Namun tidak kalah siaulnya skema LPDP ini jika dibandingkan dengan StuNed. Seingatku, aku tidak repot ngapa-ngapain tau-tau berangkat, tau-tau colok ATM banyak duit. Sudahlah. Tidak ada pula yang dapat dilakukan, maka nikmati saja limbuk ini. [Cantik begitu saja memelukku, mengatakan "I love you so much," dan betapa ia takut kehilanganku. Aku milikmu seutuhnya, selalu, selamanya]

Ramadhan, itu saja yang kuharap-harapkan. Insya Allah sekarang Jumadil Awal. Insya Allah jika Ramadhan kupersiapkan dan kujalankan dengan sebaik-baiknya, maka yang lain pun akan baik-baik saja. Aku yang sekarang sepele sekali dengan waktu shalat, cuek bebek dengan seruan Bilal yang tidak lain sesungguhnya seruan Allah... astaghfirullah, gaya-gayaan merindukan Ramadhan? Lebih baik gaya-gayaan daripada tidak sama-sekali. Mana tahu lama-lama menjadi betulan. Ramadhan. Apa lagi yang dapat diharapkan pendosa sepertiku? Sekali lagi kesempatan.

Jadi ini bukan limbo. Ini adalah kesempatanmu mempersiapkan datangnya Ramadhan, atau setidaknya ingatlah 24 Februari 2018. Siapkan sebaik-baiknya agar kabarnya pun sebaik-baiknya. Intinya, persiapkan. Sedangkan yang lainnya sekadar harus dijalani, maka yang dapat kaukendalikan, kendalikan supaya baik jalannya! Begini inilah entri kelima, yang meski ngakunya mengenai Bagasnami, malah nyaris tidak ada mengenainya. Bukan begitu. Justru inilah Bagasnami, tempat Mama selalu menonton Damai Indonesiaku. Semoga Allah menolongku. Amin.

Estetik. Seperti Cantik.

No comments: