Tuesday, February 06, 2018

Kuabadikan Untuk Februari 2019, Insya Allah


Tidak seperti Saleh yang mengaji antara Maghrib dan Isya', aku malah tidur-tiduran sambil tiba-tiba teringat, "seperti apa Februari 2017?" Ketika kuperiksa apakah sempat kuabadikan di sini, ternyata retroaksi. Begitulah maka aku menulis entri ini. Insya Allah, ini justru lebih krusial. Mana tahu, sesampainya di Februari 2019 kelak, seperti sekarang ini, suhu melorot sampai di bawah nol derajat Celsius. Pada saat itu Insya Allah akan kurasakan kehangatan demi mengingat malam hangat dua puluh empat derajat Celsius, ditingkahi celoteh kodok sawah.


Jadi ini adalah hari kedua mulai mengajar kembali di Semester Genap 2017/2018. Pagi tadi aku membuka kelas Hukum Adat, sebagaimana kemarin aku juga sudah membuka kelas Hukum dan Pengelolaan Sumberdaya Alam. Siangnya bahkan aku juga membuka kelas Hukum Administrasi Negara Sektoral di Kelas Khusus Internasional. Bertahun-tahun ini sudah seperti monotoni bagiku, berulang-ulang seakan putaran jarum jam. Akan halnya Semester ini terasa spesial, tentu saja. Seberapa spesial? Insya Allah harus sangat istimewa! Makanya kayak Saleh, dong.

Yang edan 'kan, aku menulis manual Hukum Adat untuk KKI seperti aku menulis entri hahaha. Benar-benar aku membutuhkan pelatihan menulis. Adakah nanti akan tersedia? Yeah, ada English Academic Writing Course! Uah, hari-hari penuh antisipasi, semoga menjadi yang terbaik. Semoga tidak terulang pengalaman yang lalu-lalu. Amin. Sampai malam ini manualnya belum selesai. Mengenai UUPA belum selesai. Besok? Uah, banyak sekali yang harus dikerjakan. Alhamdulillah, sudah lama sekali kurasa aku tidak begini. Bahkan seingatku 2008 juga tidak begini amat.

Inilah L'Avventura! [sudah berapa banyak kugunakan tanda seru?] Mari kita tahan sedikit. Kegairahan ini harus dikelola. Apa tidak lebih baik jika kuhabiskan dulu kerinduan agar tidak bersisa sama sekali? Ah, bahkan aku tidak berani membayangkannya. Akankah panggilan video dapat mengatasi, seperti Sopiwan dulu dengan Hana Sophia? Gilaks, bahkan Sopiwan membuatku bergairah hahaha. Soup, jadilah kau Dr. M. Sofyan Pulungan, S.H., M.A. [Amin] Biar kayak Brian dan Doel 'gitu. Semoga Mas Rangga pun segera. Semua sajalah! [Hei, katanya kendalikan?]

Baik. Kendalikan. Pemirsah! Sekarang jam menunjukkan pukul 22.43 waktu Depok pinggir Cikumpa. Udara lumayan sejuk dan aku terkena bawasir, mungkin karena menghabiskan mango habanero. Ya Allah, aku seperti muda. Aku tidak terlalu suka sebenarnya begini, meski aku tidak juga membenci; sedang Raihan TN23 sampai minta keluar padahal sudah sersan taruna. Amboi! Ada-ada saja dunia. Aku menyesal lupa nama veteran Fikom Unpad yang alasannya jauh lebih absurd lagi. Adakah aku ngelecein anak bocah? [Uah, semata karena membela Donbangi Dontiba.]

Lalu makan mie ayam sedangkan Mbak Wiwiek gado-gado pedas masih tambah sambelku lagi. Mbak Itch dan Dik Savit keduanya makan tongseng sedangkan Bu Tjitjiek dan Mbak Wiew bawa bekal dari rumah. Begitulah suasana di HAN. Kemarin lebih brutal lagi. Bangun-bangun siesta ada dua loyang martabak San Fransisco satu manis satu gurih. Parah memang. Aku hanya bisa berharap sehari hampir satu kilo tiap hari bisa menyehatkan dan melangsingkanku. Mana tahu? Jangan-jangan bersepeda sepuluh kiloan sehari kelak tidak menjadi masalah. [dulu sih sanggup seingatku]

Tentu aku mengantuk. Sudah hampir jam sebelas malam. Tidur malam juga nyaman. Alhamdulillah. Cantik ingin tiba di kampus jam sembilan besok pagi. Aku tidak ada jadwal besok, kecuali harus menyelesaikan manual, atau dokter gigi! Yah, cucok lah Je pense a toi menutup perjumpaan kita malam ini. Aku akan selalu merindukanmu. Memang begitulah sakinah, mawaddah wa rahmah. Semoga Pak Asri juga cepat beres urusannya. Semua persiapan ini semoga lancar dan dimudahkan. Amin. Efraim juga menanyakan. Ya, 'Im, Insya Allah Amsterdam.

No comments: