Thursday, January 18, 2018

Kamis Berhujan yang Sudah Tidak Terlalu Pagi


Di Kamis berhujan yang sudah tidak terlalu pagi ini, aku justru mengetik-ngetik. Sebenarnya aku sudah siap berpakaian dengan kaus golf Paradua dan celana Gabs krem mbladus. Dompet, hape dan kunci motor pun sudah siap di tempat masing-masing, ketika kudengar bisikan lembut gerimis yang disusul teriakan tetangga: "Bude, hujan!" Kuurungkan niatku mencongklang Parioh Sty, karena ini memang seharusnya liburan, yang berarti mencuri-curi waktu sepanjang hari tidak melakukan apa-apa. Itulah sebabnya aku tidak bergegas mengenakan mantel hujan Assio yang ribet itu.


Lain halnya jika ini hari kerja, tentu tiada pilihan lain. Dengan baju rapi kududuk di belakang X450C, setelah sebelumnya menyeduh Singabera rasa kayu manis yang lebih cocok dengan seleraku dibandingkan rasa sereh. Jika diurut maka kayu manis nomor satu, sereh nomor dua dan paling buncit yang rasa jahe saja. Winamp memutar hembusan saksofon Opa Billy memainkan irama-irama latin, dan dengan ini semualah aku mulai mengetiki. Jadi mengetik-ngetik adalah sesungguhnya bagian dari liburan, selain membangun dan menghancurkan peradaban tentunya. [bagaimana dengan membaca?]

Lebih pagi lagi tadi aku sesungguhnya sudah mencongklang Parioh, seperti biasa, ke arah prapatan PLN beli sarapan nasi uduk, lengkap dengan bihun orek tempe dan telor dadar beserta tahu pedasnya sekali. Seorang laki-laki mengemis di belakangku, kubelikan nasi uduk saja. Ia memesan hanya dengan tahu. Kutawari telur ia tidak mau. Begitulah maka aku pulang dan sarapan di depan tivi setelah sebelumnya menyeduh teh melati Tong Tji, seperti biasa. Sebelumnya sempat terpikir menonton berita-berita terkini, lhah koq cerita tentang orang nyolong duit mesjid, maka kuganti.

Setelah sebentar di Natgeo, acaranya Morgan Freeman tentang perang di Guatemala dan pembantaian suku Indian turunan Maya, kugeser sampai acaranya Roger Mooking main bakar-bakaran. Dengan acara inilah kunikmati nasi udukku. Banyak acara masak-masakan yang tidak membuatku berselera. Roger Mooking ini entah bagaimana selalu berhasil membuatku berselera makan meski yang dimasaknya hampir selalu daging bahkan babi. Tentu saja yang terbaik adalah Adam Richman dengan burger-burger dan hotdog-hotdognya, meski, seperti biasa, tentu saja, kebanyakan babi.

Sedang Opa Billy menyenandungkan Perfidia, hujan di luar kedengarannya sudah mereda. Seperti sudah kuduga, kemarin pun tiada produktif sama sekali; malah berakhir pesta pizza di HAN. Susah memang kalau suasana liburan begini. Sendirian bengong akhirnya mengerjakan yang tidak-tidak. Ramai orang tidak bisa berpikir malah ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul. Okelah kalau aku masih mau liburan sampai akhir minggu ini, tetapi minggu depan sudah tidak bisa begini lagi karena bahkan 23 Januari saja sudah rapat staf pengajar. Itu artinya semester baru sudah menjelang!

Berapa banyak bocah yang mengambil peminatan lingkungan dan sumberdaya alam semester ini, tanpa aku melancar-gencarkan kampanye hitam terhadap peminatan lain? Jika ternyata sama saja, berarti usahaku kemarin-kemarin sia-sia saja, malah jangan-jangan menambah dosa karena mengolok-olok. Lingkungan memang menjadi bagian dari perhatianku, tetapi bukan porsi utama; karena---meski ada kecenderungan fasis---aku bukan ekofasis. Setidaknya kalau mau fasis tentu tidak dari varian itu. Betapa tidak, selalu berat hatiku untuk tidak memilih ideologi otokrasi hahaha...

Hujan tampaknya sudah benar-benar reda. Dengan prakiraan mengenai hujan dan badai petir, jika mau ke kampus memang sebaiknya kulakukan sekarang juga. Besok, Insya Allah, untuk sampai di Menara Peninsula sebelum jam 13.00 berarti aku harus berangkat setidaknya jam 10.00 dari Stasiun Depok menuju Tanah Abang agar sempat shalat Jumat di dekat-dekat sana dulu. Pencemaran air? Tahu apa aku mengenainya...? Ah, sudahlah. Sudah terlalu banyak undangan tidak kupenuhi, terutama undangan kawinan. Masa undangan seminar juga tidak mau datang, terlebih ketika dihubungi secara pribadi?

No comments: