Friday, October 02, 2015

Entri Pertama pada Oktober 2015 ini


Insya Allah, 2015 yang ber-el-Niño Osilasi Selatan ini akan menjadi tahun pertama di Kemacangondrongan dengan entri di setiap bulannya. [Wuih, aku sampai kagum sendiri dengan kalimatku ini. Strukturnya begitu rapi dan bersih. Neat and clean] Oleh itu, biarlah aku dituduh sudah kekeringan kreativitas jika judul entri ini seperti di atas itu. Biar saja. Terlebih jika engkau baru makan tahu halo boleh dimagnetron lagi. Yassalam rasa boraxnya makin kentara, meski tidak sampai merusak kenangan akan nikmatnya separuh roti moka Italia boleh dimagnetron lagi juga.

Bahkan malam-malam akan menjadi lebih baik horor dengan zitje yang rapi dan bersih ini
Neat and clean itu tidak pernah terjadi baik dahulu maupun sekarang apalagi di masa depan, karena masa depan TIDAK ADA! [ga usah pake kepslok keleus] Biar saja begitu karena beberapa kali Maghrib kemarin aku mendengarkan Mesjid Gema Pesona menyambutnya dengan al-Waqiah yang ada mata hurhurnya. Sehingga neat and clean di dunia ini sudah tidak perlu lagi. Di masa remaja tidak pernah ada, apalagi di masa-masa menjelang ajal begini—sedangkan Santiago sudah menghadap Penciptanya, mungkin tanpa pernah meneriakkan SANTIAGO!

Engga! Meski di jendela sebelah aku sedang membuka-buka leptop 10 inci, tetap saja Transformer tidak enak dipakai dengan cara apapun. Dibawa kibornya bikin berat bikin tengkuk kaku, tidak dibawa kibornya bikin ribet. Layar sentuh buat apa?! Sedikit sekali gunanya. Memang sebaiknya dikembalikan saja. Sebaliknya, ini X450C eh mantabp betul diketuk-ketuk meski di atas meja goyang meski Bing Crosby meratap-ratap soal anak Danny. Masalahnya... dikau berat kali pun. [Harusnya di sini ada emotikon meweknya]

Memang masalah, masalah tidak akan pernah ada henti dan habisnya. Apa gardu belajar akan menyelesaikan masalah? Uhu, namun aku membayangkannya begitu saja, baru terbayang begini saja, sudah nyaman. Apa ini bukan melarikan diri dari kenyataan bahwa aku sudah tidak di Jang Gobay lagi atau di Babeh Tafran atau di Pintu Merah Sint Antoniuslaan atau bahkan di lantai dua Laathofpad Zes? Nyatanya, aku di tepian Cikumpa. Nyatanya, cuma ini yang kupunya, adaku. [mengapa pula lengan atas kiriku terasa pegal?]

Apa aku tahu ke mana aku akan menuju? Terlebih ditambah ramai-ramai tolol kemarin masalah siapa minta maaf kepada siapa, aku semakin tidak tahu ke mana menuju. Apa yang akan terjadi pada Guswandi, setidaknya ia sudah ada Gustejo. Aku, sementara itu, masih saja berhati-hati untuk tidak terlalu banyak menggunakan "meski" dan "sedangkan." Mengapa aku suka sekali membuat kalimat majemuk? Terkadang yang seperti ini menggangguku seperti... keinginan untuk... yang diselesaikan dengan patut di... apalagi ini kalimat-kalimat tidak selesai begini?!

Jangan tanya apa alasannya. Seandainya cinta dapat mengalir sebegitu selesa di antara bebatuan licin, seperti es serut atau es cukur yang meluncur melalui gigi-geligi gadis yang tidak nyaman dipandang wajahnya, yang tidak berhenti bicara ini. Bisa jadi ia yang membayari makan semua pemuda yang mengelilinginya, membayar untuk mendengarnya bicara dan bicara dan bicara. Untuk menyembunyikan sepinya hidup, hampanya hati? Memang hanya es cukur itu saja yang tampak di meja mereka, bahkan satu piring berdua. Ya tidak apa-apa juga ‘kan?

Jangan salahkan aku. Nah, ini sulit karena aku sudah terlalu terbiasa menyalahkan diri sendiri, terlebih untuk segala ketololan yang kulakukan sendiri. Tidak ada itu kemalangan, yang ada selalu saja ketololan diri sendiri. Jangan kau tatap dalam-dalam danau itu, permukaan airnya, jika tidak ada keinginan padamu untuk menyelami kedalamannya. Permukaan danau selalu saja menarik nyamuk-nyamuk dan ikan cucut. Kakap tentu tahu diri untuk tidak cibang-cibung di permukaan danau. Itu Kakap, apalagi Paus.

No comments: