Friday, January 04, 2013

Buku Tidak Mungkin Menggantikan Seorang Guru


Aku selalu punya perasaan itu, merasa seperti dipandang sinis oleh orang-orang dengan siapa sungguh aku ingin bergabung. [ini jelas tata-bahasa Inggris] Kurasa aku ingin bergabung sejak lama, sejak dibukanya pendaftaran mentor Studi Tentang Islam (STI) di FHUI pada 1999; dan lamaranku mending cuma ditolak, dibuang oleh Taufik Riyadi hiks. Dia kawan baikku, tapi mungkin ia berpikir aku bercanda ketika itu. Tentu sajalah. Jika benar aku ingin bergabung, seharusnya semenjak 1996 itu aku mengikuti STI dengan baik dan benar --sebagai peserta; dan setelah itu mengikuti follow-up-nya. Alih-alih demikian, entah apa yang kulakukan selama itu. Aku lupa apakah aku pernah berpuasa dengan benar dalam kurun itu; yang jelas, seingatku, aku tidak pernah shalat. Namun pada 1999 itu setidaknya, setelah anakku lahir, aku merasakana kekosongan jiwa. Aku merasa ingin diisi. Aku masih ingat, dulu agak senang memperhatikan Evelyn Nadeak dan Rev. John Hartman. Salahnya, di suatu Minggu siang.aku menonton acara ceramah mereka di tivi di sebuah warung Padang. Jelaslah segera diganti salurannya oleh yang punya warung hahaha. Pada saat itu juga, seingatku, aku pernah mencoba shalat Jumat. Namun ketika itu rasaku khutbahnya terlalu kental nuansa politis, maka begitu saja aku walkout dari tengah-tengah jamaah; di tengah-tengah khutbah pula (naudzubillah) ...dan seterusnya sampai suatu Kamis yang sangat menentukan itu, 10 Oktober 2002. Besoknya aku langsung shalat Jumat dengan khusyu'-nya. Masa harus begitu lagi? (naudzubillah tsumma naudzubillah)


Sejak itu, sampai hari ini, Insya Allah, kecuali sangat mendesak sekali aku tidak pernah tinggal shalat Jumat.; setidaknya, alasannya tidak pernah karena malas. Kini aku tinggal di Qoryatussalam Sani. Perasaan seperti dipandang sinis itu masih ada. Apakah aku saja yang terlalu perasa, atau memang demikian? Entahlah. Aku memang kurang keras berusaha. Aku sudah pernah muncul di mesjid pada shubuh, ashar dan maghrib; masing-masing sekali, seingatku. Ternyata sangat tidak mudah mencoba istiqomah. Tidak mudah juga mempraktekkan Allahuma paksakeun. Insya Allah, Ahad, 6 Januari 2013 akan datang kesempatan berikutnya. Dalam rangka meningkatkan keimanan dan taqwa  kepada Allah SWT, begitu katanya, aku diundang untuk menghadiri Kuliah Dhuha di Mesjid Qoryatussalam [oh, begitu pun nama mesjidnya] dengan tema "Pentingnya Menjaga Hati" yang akan dibawakan oleh Ustadz Muhsinin Fauzi Lc. Dalam undangan itu, aku juga didoakan agar dimudahkan langkahku untuk datang ke Majelis Ilmu. Aamiin. Aamiin. Kemarin aku membaca dari status teman dari temanku di pesbuk, suatu argumentasi yang telak terhadap orang yang hanya mengandalkan buku dalam belajar. AKU. Kata bapak itu kurang lebih begini: Buku tidak dapat menegur kalau pemahaman kita salah. Teguran itu hanya dapat diberikan oleh seorang GURU. Sungguh aku jadi kecut dibuatnya. Aku sedih Bapak sudah patah semangat mencari guru. Semoga Bapak dipertemukan dengan seseorang yang dapat membimbingnya. Tinggal di Qoryatussalam ini, harapanku besar sekali akan bertemu dengan seorang guru. Hey, mungkin bukan hanya seorang! Insya Allah, banyak yang dapat kupelajari dari tetangga-tetanggaku di sini. Aku tidak pernah berkeberatan hidup bertetangga. Bahkan, sejujurnya, itu adalah bagian dari khayalanku mengenai 'hidup normal'.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puja dan puji hanya bagiMu Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah pada junjungan hamba  Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga, para sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai di akhir jaman. AamiinInsya Allah, besar harapan hamba Ya Allah, akan suatu kemajuan dalam menghamba padaMu. Disini Ya Allah, di Qoryatussalam, berkahilah, kabulkanlah. Inilah mungkin kemajuan yang hamba damba-dambakan selama ini. Ya Allah, masih banyak urusan yang mengganjal di hati hamba. Hamba mohon agar ditunjukkan penyelesaiannya bagi semua, Ya Allah, sebaik-baiknya sekehendakMu. Aamiin. Umurku memang belum terlalu banyak, hampir 37 tahun menurut perhitungan surya. Namun, di satu sisi, itu sudah banyak. Aku sudah terlalu tua untuk terus melakukan kebodohan dan kedurhakaan. Aku sudah terlalu tua untuk bermalas-malasan, tidak bersegera menuju satu-satunya tujuan yang patut diperjuangkan. Akan tetapi, di lain sisi, umurku yang 'baru' segitu memberi banyak harapan untuk memperbanyak amal taat dan amal soleh, untuk meningkatkan iman dan taqwa dengan terus meningkatkan mutu sebagai seorang hamba. Ya Allah, hamba mohon dengan teramat-sangat, permudahlah hamba untuk bangun shubuh. Hamba mohon ditunjukkan jalan menuju perbaikan ritme harian, sehingga ringan bagi hamba menjalankan berbagai ibadah itu. Terutama shubuh, Ya Allah, hamba mohon... Tolonglah hamba, kasihani, Ya Allah. Hamba mohon kembalikan karunia shubuh pada hamba. Kabulkanlah permohonan hamba ini, Ya Allah. Aamiin.

No comments: