Thursday, April 20, 2017

Malam Jumat, Sudah Tua, Masa Berolok-olok?


Ada masa-masanya, Kemacangondrongan ini seperti buku harian benar, yang ditulis adalah apa yang sebenarnya terjadi dalam sepanjang hari itu. Kemudian, mungkin aku bosan atau entah mengapa. Tulisannya pun menjadi entah-entah. Sudah lama juga, selain tidak menulis buku harian, aku tidak menulis selarut ini. Apakah ini berarti malam ini aku menulis buku harian? Bisa jadi. Mengapa tidak? Ah, tapi mungkin kuurungkan saja. Hari ini aku sedang tidak ingin eksibisionis, atau memang ada yang ingin kututupi?


Demikianlah sudah berhari-hari ini aku memulai hari dengan nasi kuning menu agak lengkap, bahkan dengan telurnya sekali. Sudah agak beberapa bulan ini padahal aku membatasi makan telur. Beberapa hari terakhir ini sepertinya kendur. Setelah makan aku pergi ke bengkel untuk memeriksakan Parioh. Dengan kemalu-maluan kukatakan kepada montirnya tadi, "Pak, yang penting-penting saja. Anggaran sedang cekak, maklum tanggal tua." Pak Montir sudah mencurigai CVT, atau bahkan belt. Alhamdulillah, ternyata cuma kena Rp. 150,000.

Lantas, aku berbicara, di satu alinea ini saja, tentang kelemahan manusia. [bilakah digunakan "tentang," bilakah "mengenai"?] Ternyata memang lebih mudah mendokumentasikan apa yang kukerjakan sepanjang hari daripada bicara mengenai kelemahan manusia. Lantas apa hubungannya dengan musim dingin dan apartemen Kak Yolan dan Makcik Yufitriana dan Teh Ita yang jauh dan kuno itu? Entah. Begitu saja melintas dalam ingatanku; mungkin karena malam ini aduhai panasnya sedangkan rambutku gondrong.

Sempat terasa tidak nyaman, sempat berbaring di siang hari yang panas sambil berobat hidung. Setelah agak enakan maka shalat Dhuhur dan mencongklang Parioh. Di tengah jalan, sudah hampir sampai tempat bude pakai lupa, tadi pagi sudah minum Canderin belum ya. Sempat putar balik arah, lalu menghitung dengan jari-jari tangan kiri, lalu yakin sendiri, berbalik arah lagi menuju kampus. Hari ini aku ke kampus hanya demi Dwaskoro Syahbanu, meski sempat juga mengurus HAN Blok dengan Once dan SP dengan Sofyan.

Staatsrecht belum beranjak banyak, perut terasa lapar, namun tanggung sebentar lagi Ashar. Sambil menunggu, ngobrol dengan Mas Jo. Selesai shalat langsung beranjak, meski sempat bingung, ke tempatnya Sitok buka kios Bakso Rudal baru di Barel. Semangkuk mie ayam baso tanpa minum, disambung pepaya, total Rp. 15,000. Bergegas kembali ke kampus karena hujan sudah turun. Mencoba menambah Staatsrecht dapat agak satu alinea. Pak Jon sedang mengajari Pak Mono menggunakan MS Excel.

Pamit sama Mbak Itch dan Savit, aku pulang mencongklang Parioh lewat jalan belakang. Sampai rumah langsung mendoktrin diri dengan Tubapi sampai shalat Maghrib. Selesai shalat bergolek-golek sambil terus mendoktrin diri sampai terasa lapar, akhirnya makan nasi kuning yang sedianya kubelikan untuk Cantik. Siap itu, mencongklang Parioh lagi membelikan ketoprak dan Teh Botol 350 ml untuk Cantik. Aku sendiri Liang Teh. Entah mengapa petang ini Indomaret ramai betul sampai agak mengantri.

Sambil Cantik makan, aku ungkep-ungkep di depan pintu belakang mainan medsos. Cantik makan sambil nonton dan mainan medsos. Di situlah aku ragu, apa benar yang ingin kubuat di sisa waktu sebelum tidur malam ini. Entah bagaimana, begitu saja aku menyeduh teh hijau dan mengunyah beberapa butir Cha Cha kacang sambil membaca-baca entri lama. Malam sudah cukup larut ketika aku memutuskan untuk menulis entri ini. Takut tidak bisa tidur, teh hijau yang keras masih agak setengah gelas kubuang di wasbak.

Sudah. Sekarang aku sedang menyelesaikan entri ini. Dehaman saksofon Fausto Papetti menyumpal telingaku. Setengah gelas air hangat di sampingku, dan waktu menunjukkan pukul sepuluh lewat seperempat malam. Illahi Rabbi panas sekali udara malam ini. Mungkin setelah mengunggah entri ini aku akan keluar mendinginkan badan. Seperti biasa, mungkin akan kubawa serta HPku. Mungkin akan kuminum dulu setengah gelas air hangat ini. Ternyata memang mendokumentasikan kegiatan sepanjang hari jauh lebih mudah, meski membosankan.

Seperti halnya hidupku. Membosankan

No comments: