Sunday, April 30, 2017

Ibu-ibu Muda Berdaster Bahkan Belum Bunting?


Nah, sudah. Sebelumnya aku sempat ragu, adakah judul entri ini Ahok Keren tapi Oke Oce, atau mengenai IMB4. Entah bagaimana, aku merasa terdorong untuk memeriksa Balada Layangan Putus; dan ketika itulah hatiku tetap. Ini entri mengenainya. Tambahan lagi, entah mengapa, dari beberapa hari yang lalu aku merasa ingin mendengarkan radio. Artinya, aku harus siap mendengarkan entah-entah, termasuk selamanya takkan berhenti ini. Rileks dengan seratus persen lagu enak 'pala lo adem! Delta FM 99.5 itu the Best Oldies Station in Town!


Ini Torabika Cappuccino, Bung! Ini numero uno! Ini bukan kopi hitam pahit-pahit jantan. Ini bukan menunggu kelahiran manusia, karena manusiaku tiada akan pernah terlahir, kecuali satu! Sudah, sudah, pagi-pagi jangan marah-marah. Lebih baik dinikmati dulu nasi gudegnya, yang seadanya ini, dengan botok mlandingannya sekali. Ini bukan pelas! Lagu enak sembilanpuluhan yang bikin rileks? Mungkin aku memang harus mencoba rileks. Pengalamanku, kalau pikiranku tidak santai maka kemaluan pun tidak membantai. [Jiah, masih tidak menyimpang dari kekentuan!]

Mbak Anggun ini. Ya, keren. Jauh lebih keren dibanding ketika ia masih gadis kecil bertopi pet besar. Lalu buat apa kalian, gadis-gadis kecil, menjadi ibu-ibu muda berdaster yang ingin bunting?! Ini Jakarta dan pinggir-pinggirannya, Bung! Banyak bukan buatan manusia di sini beserta kemalu-maluannya sekali! [aduh, Pak, mengapa banyak sekali tanda seru?] Sukak-sukak aku, lah! Lalu siapa yang akan menghampiriku, melendotkan lembut badannya padaku sambil membelai kepala saringan airku, seraya berkata: "aku mengerti perasaanmu."

Tidak ada! Tahu lah ini seratus persen lagu enak. Rasanya seperti sedang naik Go-car atau Uber, dan aku tidak suka jalan-jalan! Aduhai, bagaimana meredam perasaan ini sedangkan tidak satupun yang 'kan mengerti. Terkadang aku merasa seperti ingin berteriak, namun berteriak membuat tenggorokanku perih. Belum lagi sakitnya kepala; kepala saringan air yang ada rambut-rambutnya, terkadang karet gelangnya sekali. Artinya, aku harus berdamai dengan kesakitan ini, asalkan jangan dengan kemaluannya sekali. 'Tuh 'kan, betapatah aku tidak memaki "tahu!" jika begini terus?

Sungguh, bukan kamar mandi benar yang kubutuhkan, bukan kakus jamban apapun bentuknya. Aku... tidak tahu lagi apa yang sebenarnya kubutuhkan. Aku hanya menjalani hari-hariku, sampai mana mereka 'kan membawaku, di mana 'ku berakhir. Radio sekarang tidak ada iklannya; sebagaimana tidak ada gunanya terus menengok ke belakang, jika menoleh melalui bahu. Hadapilah masa lalu sepenuh badan. Balik kanan, grak! Kemudian, seperti air panas membasuh sisa-sisa cappuccino, basuhlah masa lalumu. Perlahan atau sekali teguk, sama saja.

Lalu, songsong masa depan! Hahaha, bagaimana mungkin aku berpikir menasihati orang mengenai ini, sedangkan aku selalu berjalan dengan punggung menghadap arah tujuanku? Tampaknya, yang lampau memang identik dengan yang mati, yang ditinggalkan. Tidak usah baper, jangan lebay, merasa ditelantarkan jika lampau, karena memang itulah kodrat, itulah fitrah dari yang lampau. Harumnya aroma tubuh dan lengking nada suara yang lebih tinggi memang semua bagian dari kodrat, dari fitrah. Mungpung sudah Sya'ban, Insya Allah segera Ramadhan, lalu 'Idul Fitri.

Nah, kalau begini 'kan terasa lebih rileks. Ikan apa yang paling tidak bisa dibilangin? Ikan kembung. Kena'apa? Sudah tahu kembung masih saja berenang. [Ini lagi, ada cooking show di radio] Biasanya, yang suka goreng ikan kembung adalah... Ibu-ibu Muda Berdaster, tidak peduli sudah bunting atau belum. [Lhah koq ke sini lagi. Nanti baper lagi...] Biarin! Harum aroma ikan kembung goreng, bercampur harum aroma tengkuk yang dihiasi beberapa helai rambut, karena sisanya digelung seadanya, itulah kenikmatan dunia. Wewangian dan wanita, itulah dia! [terkekeh dan terkikik]

Lalu kau pikir kau melukis? Apa, ikan-ikan koi, atau pemandangan sekali? Gunung-gemunung, sawah terhampar, sungai kecil lengkap dengan gubuknya sekali? Balai-balai bambu? 'Kurasa kau memang koprofil sejati! [ini pujian] Apa? Kau ingin diduduki muka menjijikkanmu? Mulutmu yang kakus jamban itu? Lalu ingin dipukuli perutmu? Pantas saja Daud Santoso meraung sampai muntah-muntah cecek di pagi hari. "Suheeeng!!!" hahaha, antara murka dan muntah-muntah. Lantas kau pecahkan gelas, beling-belingnya kau masukkan dalam kaus tangannya? Kau suka darah?

No comments: