Sunday, January 18, 2015

Bagaimana Mau Sedikit Kalau Berkobar?


Pagi-pagi sekali aku sudah menyongklang Vario menuju Gedung Granadi. Sempat terpikir beberapa kali untuk sarapan, mampir dulu di salah satu warteg sepanjang jalan. Akan tetapi niat itu urung juga. Maka sampailah aku di pangkal Rasuna Said dari arah Mampang. Seperti biasa aku selalu ragu mau ambil putaran yang mana. Akhirnya kulalap habis Rasuna Said sampai ujungnya di mana ada putaran untuk sepeda motor. Dari situ perlahan menyusuri sisi kiri ke arah timur. Masih pakai tanya, padahal jika berkeras hati pasti bertemu.

Begitulah maka tampak olehku Gedung Granadi. Seperti biasa parkir motor berada di basemen paling bawah. Untunglah hanya dua lantai. Setelah naik lift dan sedikit celingukan, tampaklah olehku Yosep Sudarso sedang menempelkan x-banner Think and Act for National Defense. (Tandef) Tidak jauh darinya ada Pak Jaka Santos Direks Tandef. Sebenarnya tidak jauh dari situ ada juga Pak Suprapto Ketua Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Kehidupan Bernegara, (LPPKB) namun aku justru mengobrol dengan Pak Jaka. Sempat juga berfoto bersama dengannya. Sampai di situ aku belum sepenuhnya sadar bahwa kami akan dipanel.

ki-ka Letjen Purn. Kiki Syahnakri, Bono Budi P, SH. MSc. dan Dr. Jaka Santos, SH. LL.M.
Patut juga dicatat di sini, aku bertemu dengan Khairil Azmi, mantan Direks Tandef. Kaz adalah Kaz dari 20 tahun yang lalu. Mungkin aku pun begitu, meski bentuk gendut-gendutnya saja yang menurut Kaz tidak berubah. Obrolan-obrolan biasa jika bertemu alumni, karena tidak lama datang juga Takwa, lalu ada Rahmat Kaimuddin Ketua Ikastara, sampai tiba-tiba acara sudah begitu saja dimulai. Padahal aku tengah menyantap arem-arem yang enak. Di dalam kotak kudapan ada juga telur gabus keju yang belum sempat kunikmati karena acara keburu dimulai.

Kejutan utamanya, Letjen Purn. Kiki Syahnakri, mertua Toar, menjadi moderator kami, aku dan Pak Jaka Santos! Belakangan baru kusadari ada satu panelis lagi yaitu Pak Bambang Utoro dari LPPKB. Jadi aku Ikastara, Pak Jaka Tandef, Pak Bambang Utoro LPPKB. Acara dimulai dengan paparan Letjen Purn. Sayidiman Suryohadiprojo mengenai Restorasi Pancasila. Cukup panjang dan cukup lebar. Kesempatan kedua diberikan padaku, baru Pak Jaka, terakhir Pak Bambang Utoro. Pak Bambang ini tesisnya yang mengenai Wawasan Nusantara sempat kudonlot.

Salah satu hal penting yang harus dicatat adalah Dik Muthmainnah hadir bersama dua orang temannya, yang aku lupa namanya padahal sudah kutanyakan. Lalu para penanggap adalah Ibu Sis, Pak Idris dan Mbak Galuh. Terkait dengan presentasi Pak Sayidiman, ternyata aku mendapat kudapan sekotak lagi. Selama itulah kurasa satu kotak tersebut habis, sehingga aku akhirnya tahu rasa telur gabus keju bahkan pai buah mini yang tidak pernah terlalu kusuka. Selebihnya, ini adalah suatu olahraga berkata-kata di pagi hari Sabtu yang mendung.

Lalu Pak Bambang Utoro lucu, karena ia selalu meminta konfirmasi Pak Sayidiman dengan “leres mboten, menawi mboten nyuwun didukani.” Jadi, dari empat pembicara sepagi sampai siang itu, hanya akulah yang tidak menyiapkan presentasi. Aku hanya melakukan apa yang mungkin merupakan satu-satunya kebisaanku. Takwa mengatakan bahwa aku berbakat menulis. Suwardi Suryaningrat juga, meski kolomnya yang paling terkenal “Als Ik een Nederlander was” dicurigai tidak luput dari campur-tangan Edward Douwes Dekker. Aku ada juga mencampuri tulisan kawan-kawanku dengan kalimat-kalimatku yang ruwet.

Kemudian nasi gudeg dengan opor ayam, tahu bacem dan sambel goreng krecek. Kami lupa bawa air minum ketika turun ke lobi, sampai-sampai Takwa mengambil dua botol Aqua dari mobilnya. Di sebuah kafe kecil yang tutup di lobi Gedung Granadi itulah aku menyadari bahwa ada sesuatu yang lain yang harus kukerjakan. Sesuatu ini menghendaki aku belajar lagi. Mungkin harus diawali dengan membeli buku mengenai hukum maritim dan hukum pengangkutan laut. Belajar itu memang tidak pernah salah, bahkan membuat otak selalu muda.

Pulangnya, aku terpaksa berponco karena gerimisnya lumayan deras sampai menyakiti wajahku yang tidak bervisor. Gerimis itu ternyata berhenti ketika sampai Duren Tiga. Aku baru sadar bensinku tiris ketika sudah sampai Lenteng Agung yang macet. Baru di pom bensin sebelum Pusaka lama itu kukuwel-kuwel poncoku masuk ke bawah jok lagi. Menyongklang lagi, menyidang Ega W. Nurhidayat, S.H. sampai menjadi M.Kn. bersama Mbak Yetty dan Mbak Heni. Begitulah Ega dengan Antonio Fici mengenai mutual purpose yang merupakan tujuan badan usaha koperasi.

No comments: