Wednesday, June 04, 2014

Saroso Ber Harsanto, Kenangan Akan Beliau


Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk. Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Keselamatan semoga atas Para Sanak sekalian, demikian juga kasih-sayang Allah, barokah dan ampunanNya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad s.a.w beserta keluarganya dan para pengikutnya sampai akhir jaman. Amma ba'du.

Di pagi hari yang berbahagia ini, entah mengapa, ada dorongan yang begitu kuat dalam hati patik untuk membagi kepada Para Sanak sekalian dua buah kisah yang sangat ajaib, yang selalu terngiang dan memukau sanubari patik. Tiada lain maksud patik kecuali mengeluarkannya dari dada patik, seraya memohon ampun kepada Allah, semoga dijauhkan kiranya dari segala niat buruk dan perbuatan cela. Semoga kita semua terutama patik dapat mengambil ibrah pelajaran dari kisah ini.

Sesungguhnyalah ini bukan kisah patik sendiri. Patik mendengarnya dari guru agama patik ketika bersekolah di Magelang. Beliau bernama Saroso Ber Harsanto, terbaca dari papan nama yang beliau kenakan di dada kanan, sebagaimana diwajibkan atas para guru, termasuk kami para murid, di sekolah itu. Ketika itu patik memang punya satu kebiasaan membaca-baca papan nama dan mengingat-ingatnya. Betapatah tiada teringat selalu akan nama yang demikian uniknya: Saroso Ber Harsanto.

Monumen Kresek, Madiun (sumber)
Sebelum menuturkan kisah, ingin patik sedikit mengenang pelajaran agama jaman sekolah. Sayang, bukan isi pelajarannya itu sendiri yang terkenang, melainkan suasana belajarnya. Ini pun teringat oleh patik karena tempo hari bertemu adik-adik kelas dan mereka tertawa-tawa mengenangkan pengalaman belajar agama di sekolah. Demikianlah kata adik-adik patik, suara guru-guru agama ini laksana hipnotis sangking lemah-lembutnya, mengakibatkan kantuk yang tiada tertahankan. Kurang ajarnya, mereka tiada ingat siapa nama guru agama kami. Patiklah yang mengingatkan: Saroso Ber Harsanto.

Jika mengajar, Pak Saroso selalu rapi jali. Meski di usianya yang sudah cukup senja di awal '90-an itu, beliau tampak jauh lebih muda. Berdirinya masih tegap dan gagah. Rambutnya selalu disemir hitam dan mengilat oleh minyak rambut. Kemejanya rapi terseterika, bahkan tampak kaku pula seperti dikanji. Tampaknya, Pak Saroso suka tampil dandy. Paling terkenang oleh patik adalah sepatu beliau yang selalu mengilat dan... berhak agak tinggi. Sepertinya bukan sepatu jatah atau sepatu dinas, melainkan pantofel yang lumayan bagusnya.

Seraya menulis ini patik juga jadi terkenang, betapa Pak Saroso dulu, di tengah suara beliau yang lembut mendayu-dayu, bercerita entah tentang kisah nabi-nabi ataupun rukun iman, suaranya bisa tiba-tiba keras, membuat kawan-kawan patik yang tengah lelap mendengkur, sampai tertunduk-tunduk kepalanya, menggeragap terbangun sambil menghirup dan menjilat liur sendiri yang terlanjur menetes. Dalam pada ketika seperti inilah, mungkin maksud beliau untuk mengusir kantuk, Pak Saroso menceritakan kisah yang patik tidak dapat lupa sehingga kini.

Sebelumnya, patik mohon maaf jika rincian cerita ini tidak sesuai dengan aslinya, sebagaimana terkenang oleh kawan-kawan yang lain. Namun Insya Allah, inti ceritanya tiadalah terlampau jauh berbeda. Alkisah suatu ketika di masa Pak Saroso masih muda perkasa, nun di suatu tempat di Madiun, di tengah berkecamuknya revolusi fisik, Pak Saroso bersama beberapa belas atau puluh kawannya ditangkap dan ditawan oleh tentara yang bersimpati pada PKI Muso. Mereka diikat dan dikurung dalam suatu kurungan yang sangat tidak berperikemanusiaan; Seingat patik bahkan hanya cukup untuk berjongkok berhimpitan di antara para tawanan.

Pada ketika itulah kawan-kawan Pak Saroso ada yang meradang memaki-maki, ada pula yang menangis meratap-ratap, demi menyadari tiada lama lagi hidup mereka akan diakhiri, entah dengan cara bagaimana, oleh simpatisan PKI yang saat itu terkenal kejam. Lapar. Haus. Sakit. Penat. Pak Saroso pun tiada terkecuali merasakan hal yang sama. Akan tetapi beliau memilih untuk berdzikir menyebut namaNya, memasrahkan segala sesuatu kepada Yang Maha Kuasa. Sebenarnya patik lupa dzikir apa, atau bahkan Pak Saroso memang tidak merincinya. Hanya saja yang patik ingat, Pak Saroso ketika itu entah berdoa entah berdzikir.

Ajaib! Entah bagaimana caranya, seraya tenggelam dalam dzikir, Pak Saroso mendapati dirinya berada di luar kurungan! Beliau dapat melihat kawan-kawannya, bahkan dirinya sendiri, dikurung, sedangkan beliau berjalan-jalan bebas di luar kurungan. Namun, orang-orang seakan tiada dapat melihat atau mengetahui keberadaan beliau. Tidak para penjaga, tidak kawan-kawan sesama tawanan, tidak pula diri sendiri dalam kurungan. Pada ketika itulah Pak Saroso pergi ke tempat kedudukan tentara Republik terdekat untuk mengadukan keadaannya beserta kawan-kawannya yang tertawan.

Demikianlah kata cerita, tentara Republik datang mengusir tentara PKI dan membebaskan para tawanan. Dapatlah dibayangkan betapa terkejutnya tentara-tentara itu demi mendapati salah satu tawanan yang dibebaskan itu adalah orang yang memberitahu mereka tentang keberadaan tentara PKI dan tawanannya; sedangkan ia, sama seperti tawanan selebihnya, sama berjongkok, sama terikat, sama menyedihkan keadaannya, tidak seperti orang yang barusan melapor. Wallahua'lam bisshawab.

Maha Suci Allah. Tiada daya dan upaya kecuali denganNya. Semoga Allah berbelas-kasihan pada kita, mengampuni semua dosa kita yang mana saja tanpa terkecuali, menggantinya dengan kasih-sayang,  anugrah hidayah dan barokah berupa berdekat-dekat denganNya. Amin.

5 comments:

Patik bukan Macan Gondrong said...

Subhanallah...saya sependapat dengan Patik Macan Gondrong.

Menurut saya, beliau adalah manusia yang keluhuran akhlaknya sdh mendekati sempurna.

Masih banyak cerita "keajaiban" yg seperti disampaikan Patik Macan Gondrong di atas. Diantaranya : dengan mengucap doa tertentu, beliau pernah merubah daun2 menjadi uang kertas. Kemudian pada saat beliau & anggota pasukan kelaparan, beliau berdoa agar diberikan jalan keluar....dan segera dijawab dengan batang pohon yg diduduki beliau ternyata seekor ular raksasa! Seketika ular itu pun ditangkap dan dijadikan santapan sampai seminggu.

Dua cerita tsb merupakan sekelumit kisah pada saat beliau melaksanakan tugas2 operasi militer guna mempertahankan kemerdekaan negeri ini.

Subhanallah!

Patik sendiri menganggap Beliau sekarang ini bukan sekedar Guru Agama namun sebagai Pembimbing Hidup...mengingat betapa ada ajaran beliau (yg diambil dari Al Qur'an) yg sering beliau ulang hingga sampai sekarang Patik pegang terus :
"...Wala taiasu mirraukhillah
Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah..."

Kalimat yang ternyata telah membawa hidup Patik survive sampai sekarang.

Saat ini Patik sdg menahan air mata karena betapa dulu Patik juga termasuk kurang menghargai beliau pada saat mengajar.

Saya pernah berusaha mencari beliau pada tahun 2000-an, namun pada saat itu saya mendapat info bahwa beliau sudah meninggal. Innalilahi wa inna ilaihi rajiun...

Saya selalu mendoakan Beliau agar mendapatkan tempat yang terbaik bersama dengan orang2 yang dimuliakan ALLAH...aamiin ya Rabbal alamiin..

Ada keinginan kuat utk berziarah ke makam beliau, tapi Patik tidak tahu dimana beliau dimakamkan.

Mungkin Patik Macan Gondrong tahu?

Anonymous said...

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Allahumaghfirlahu warhamhu wafuanhu.

Sahaya juga tidak tahu beliau dimakamkan di mana, Ki Sanak.

Terima kasih sudah sudi mampir di lapak sahaya.

bukan macan dan tidak gondrong said...

kalau tidak salah, beliau pernah bercerita tentang kejadian saat menunaikan ibadah haji. Seusai sholat di Masjidil Haram, tiba-tib beliau namanya dipanggil untuk naik keatas mimbar untuk menyampaikan khutbah...
(apakah ki macan pernah didongengin cerita ini juga? atau mungkin lebih ingat detailnya....)

Djoendoe said...

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Saya membaca ini jadi terharu... apapun...
mau cerita bagus atau cerita kurang bagus terhadap beliau.

Karena saya pribadi malah belum pernah dengar cerita di atas......

Mudah-mudahan jadi pelajaran bagi kita semua..
Yang baik kita petik yang buruk kita jauhi...

Kalau ada cerita-cerita tentang beliau, silahkan di share, sehingga kamipun bisa mengetahuinya dan bisa cross cek dengan cerita atau kisah di keluarga besar kami.

Dan kalau berkenan, siapa saja.. kami mohonkan maaf sebesar besarnya.. atas kesalahan Bapak Saroso Ber Harsanto, mudah-mudahan Almarhum Bapak, Dilapangkan Kuburnya, dan diampuni segala dosa-dosanya. Aamiin.

Bapak Saroso Ber Harsanto
Wafat, 14-Februari-2010.
Dan dimakamkan di Desa Mojopurno (Masjid Mojopurno), Magetan.

Mudah-mudahan saya tidak salah tafsir, yang dimaksud Bapak Saroso Ber Harsanto di sini adalah bapak saya.

Mohon maaf lahir dan bathin
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Putra ke 4
Dudun
djundu.rosanto@yahoo.co.id

NB. Kalau Bapak berpenampilan Necis.. hehehe.. itu memang sifat beliau.. prepare sendiri setrika sendiri nyemir sendiri.. sampai saat sakitpun (Stroke 2001 sehingga tidak lanjut untuk mengajar lagi) sampai tubuh sebelah kanan sudah gak bisa aktif... masih bisa melipat dan menata tempat tidur dan baju dengan rapi jail... (alfatehah)

Anonymous said...

wala tai'asu
tai asu
tai asu