Tuesday, June 03, 2014

Meditasi Indomie Goreng Jumbo yang Asli


Sekitar ba'da Ashar aku berjalan dengan langkah agak lebar-lebar memotong tegak lurus pelataran depan kampus FHUI, tepat menentang arah pandang Pak Djokosutono, sambil menenteng nasi bungkus boleh beli di Sasari dan mulut penuh mengunyah cireng isi. Komandan Aris komentar, pantes jadi tembem. Kemarinnya, Hadi mengomentari leherku yang, katanya, lebih gemuk dari biasanya. Lebih pagi, Bu Riga juga memergokiku dengan mulut penuh roti isi kelapa boleh dapet jatah ngawas ujian, seraya berkomentar mengenai betapa aku gemuk. Inilah akibat meditasi dengan metode super speisyal ekstra jumbo dengan menggunakan Indomie Goreng. Kemarin, sepulang dari kampus, aku mampir dulu di Indomaret depan QS untuk membeli benda itu, sekaligus 5 (lima) bungkus. Ya, dengan itulah aku bermeditasi, karena cinta adalah hal tersedih jika ia pergi. Begitu saja suara sok berat Frank diganti dengan suara empuk Stan Getz ber-Garota da Ipanema.

Mangkuk Oranye Indomaret Kober dan Mangkuk Hijau Jang Gobay di Atas Bedong Faw

Mengetik juga semacam meditasi, ketika ada sedikit rasa kecewa di hati karena tidak bertemu dengan delegasi Leiden. Namun suasana hatiku memang tidak sedang ke situ tadi pagi, saking tidak-ke-situ-nya sampai-sampai ketinggalan HP. Demi menyadari bahwa topan sudah datang karena badai telah berlalu, dengan segala permohonan pencairan dana dan semacam laporan hasil pelaksanaan kegiatan, sungguh perut gendutku rasa meleleh; meski aku makan cinlok sudah lebih dulu sebelum mengingatnya. Memang ajakan Frank Lampard itu hampir selalu tidak benar. Jarang sekali sesi Frank Lampard berlangsung kurang dari setengah jam; bahkan yang paling asyik bisa sampai dua jam. [aah... suara Tante Astrud ini terasa seperti belaian kekasih yang memberahikan...] Ngomong-ngomong birahi, meski mungkin berhubungan, Frank Lampard ga ada apa-apanya jika dibandingkan Peabo Bryson; yang satu ini memang laknat! Gagal total semuanya. Makan, perang dan gejala ikutan Peabo Bryson adalah perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkan hal-hal yang mengakibatkan.

Soal perang ini, benar juga kata Mas Mils. Ekspansi Peradaban Kelima terlalu rumit untuk diajak santai. Terlalu banyak aspek yang harus dieksplorasi, yang tidak mungkin dilakukan sambil melengkapi dokumen pencairan dana, apalagi untuk menggenapi sumpah setia bela Pancasila. Semalam kukatakan pada Cantik, aku tidak punya hobi kecuali yang satu ini, dan hobi yang satu ini sungguh-sungguh murah karena tidak menghabiskan uang sepeser pun. Namun ada satu yang dihabiskannya sampai habis-habisan: Waktu! Hahaha... ini mah lebih parrah! Insya Allah dua hari lagi akan ada selingan bagi rutinitasku. Ibu akan tindak dan menginap di M14 bersama Adjie dan Ibunya. Ya hanya ini yang dapat kuharap-harap. Jika dipikir-pikir, sebenarnya yang mampu mengubah rutinitasku ya hanya aku sendiri. Seperti sekarang ini. Entah sudah berapa hari jadi terbiasa begini. Jika Togar shalat, dan syukurnya tidak pernah terlalu jauh dari awal waktu, hal terkecil yang dapat kulakukan adalah segera menyusulnya. [Isya' dulu, ah]

No comments: