Saturday, January 01, 2022

Selamat Tahun Baru 2022, Yang Terpelajar


Ini harus segera disusul dengan Insya Allah, karena kaus oblong cina tua yang kukenakan ini sudah tidak karuan baunya. Berkeringat, dijemur, berkeringat lagi, dijemur lagi, entah berapa kali. Hahaha aku mengitiki beralas tempat tisu wajah dari kayu jati masih diganjal wadah plakat boleh main juri-jurian NACE Competition. Dahulu, wadah begini cukup keras untuk digunakan sebagai makura. Sekarang ini, jika kugunakan begitu, pasti akan langsung ringsek. Jadi untuk alas mengitiki saja. Aku ditemani oleh sebotol 450 ml Teh Botol Sosro kurang gula, yang warna putih abu-abu itu. 

Mungkin lebih dari sebelum-sebelumnya, 2022 ini benar-benar harus diselamati, atau diselamatkan. Dalam suasana begini, aku benar-benar tidak habis pikir mengapa membiarkan Fadly Arifuddin meratap-ratap sok sufistik begitu dibuat si Dul Jaelani. Ini benar-benar gara-gara terbawa suasana terharu-biru gimik Berhala Indonesia 2020. Asaptaga, dari dua tahun yang lalu. Entah mengapa, aku jadi teringat pada bengkel gitar di dekat stasiun metro Vijzelgracht. Aku, ketika itu, masih sanggup melangkah gagah dan cepat, sekitar akhir September 2020. Belum ada Gregorius maupun Gerardus kala itu.

Dengan mata kepala sendiri kusaksikan Plasa Qoryatussalam Sani pada sekitar pukul setengah sepuluh malam, lengang. Biasanya di situ setidaknya ada gerobak batagor, bahkan gerobak pempek, dan, yang paling kurindukan, susu jahe merah (sujamer). Maka biarlah aku terlempar ke Sint Antoniuslaan, Maastricht, yang sudah dekat Paralelweg, dengan meja dan kursi kantor boleh beli di Kringloop. Di Amsterdam ini aku malah tiada mainan kringloop sama sekali, meski kemarin di dekat Uilenstede itu sebenarnya ada. Pernah sih aku lihat-lihat yang di Insulindeweg ke sana lagi, tapi tak ada yang menarik. 

Sementara kupandang dupa lingkar yang semakin panjang, lama-kelamaan ia tidak akan melingkar lagi, tetapi memanjang. Di sini aku tidak akan mengabadikan sei sapi apalagi sekadar jagung bakar-bakaran, meski, seperti dahulu pada 2019, aku memulai api juga dengan celana dalam bekasku. Aku bukan lagi remaja yang sedang dimabuk asmara. Kalaupun dimabuk, kumis tipisku yang impresif ini, yang menghias muka dan kepala bulat ini, jelas bukan milik seorang remaja. Aku, karena itu, hanya dapat menelannya, melewati kerongkonganku, membiarkannya dihancurkan asam lambung bergolak-golak.

Dupa lingkar semakin memanjang mendekati lantai, akankah kupindahkan ke bagian atas daun jendela. Itu lebih baik jika aku harus mengembalikan kasur biru ke tempat biasanya, dari kamar anak perempuan kesayangan. Kamu bilang aku tak sama, tak seperti saat pertama. Memangnya kapan. Tidak pernah. Aku yang bercita-cita menjadi nelayan yang menulis buku, atau apalah entah yang semacam itu, jelas gagal total. Semua ini pada akhirnya sekadar gaya-gayaan jika untukku sendiri. Takkan kulanjutkan pula dari titik ini, maka tugas Bali pun pernah terjadi di Jang Gobay. Apa hendak dikata.

Terlebih ketika masih dua begini, ketika sungguh aku enggan berbicara mengenai 2022 yang baru berumur beberapa jam ini. Tidak lama lagi dupa lingkar akan menyentuh lantai. Akankah salah satu dari ketiga tempat obat nyamuk kaleng dapat mengatasi masalah itu, atau haruskah kupindah ke atas. Dalam benakku timbul tanya, halah mana ada. Benakmu isinya mesum menjijikkan, bau pula. Bagaimana malaikat rahmat mau mampir, sedang malaikat pencatat amal terus saja mencatat. Aku sudah tidak siap untuk jatuh cinta lagi, setua ini. Celakanya, omonganku mengenai cinta sedangkal Sindhunata.

Ketika Ajla dan adik-adiknya dibuat Pak Insan berteriak-teriak mendukung yang merah-merah, itu sama saja dengan Kambing gila-gilaan mengenakan kaus bertuliskan Kau Tidak Akan Pernah Berjalan Sekarang! Horor, 'kan? Itu adalah bagian dari kenyataan hidup, sesuai dengan berbagai reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh manusia. Gaya sih terdengarnya seorang dokter berbicara mengenai ribuan reaksi kimia dan hasilnya dalam tubuh manusia. Ujung-ujungnya kita semua sudah tahu, tinggal lagi masalahnya berapa kali kita akan mati. Demikianlah aku memulai 2022, aduhai banyak betul bilangannya.

No comments: