Monday, July 20, 2015

Lagi-lagi Aku Masuk Angin Lagi. Lagi?!


Beginilah kejadiannya, tidak diberi kesempatan aku berlengah-lengah. Setelah lengah sampai gila-gilaan kemarin sesorean, hari ini aku masuk angin lagi! Oh Allah, sungguh tidak nyaman rasanya. Ini mungkin karena semalam aku kepedean tidur di tikar rotan tanpa dialasi bedkaver tebal seperti biasa. Aku memang terbangun sahur dan makan sahur. Setelah itu—seingatku ketika akan kembali tidur setelah shubuh—barulah kugelar itu bedkaver. Demikianlah maka sebangunnya aku setengah sepuluh tadi pagi, badanku tidak enak lagi.

Lebih dari sekadar tidur beralaskan tikar rotan saja, aku lebih cenderung menyalahkan kelengahanku sendiri, ingkarnya aku, mangkirnya aku dari janji pada diriku sendiri. Oh Allah, hamba mohon tangguh, hamba mohon diberi kesempatan untuk memperbaiki dan terus memperbaiki diri. Ini diri rendah masih terus berkubang dalam kerendahannya, ampuni hamba, Ya Allah, kasihanilah hamba. Sebenarnya dapat saja kulakukan sekarang juga, mumpung sedang tercolok ia di situ. Ya, mari kita habisi sekarang juga! Bismillah.

Habis. Tamat. Semoga menjadi awal bagi suatu perbaikan, seperti hari ketika aku berhenti merokok, berhenti ngopi. Semua saja yang mengotori jiwa dan raga, hamba mohon Ya Allah, dibantu, diringankan, dimudahkan, ditunjukkan jalan, untuk membersihkannya, untuk menjauhinya. Sedangkan hamba sudah tidak muda lagi, Ya Allah. Biarkanlah orang berkata hamba masih muda untuk berlemah-lemah begini. Jika semua kelemahan raga ini sekadar sarana untuk membersihkan jiwa, hamba ikhlas ridha, lega lila, Ya Allah.

Memang banyak sekali dosa dan durhaka hamba. Itu pun yang hamba tahu dan sadari, sedangkan apalah arti pengetahuan dan kesadaran hamba. Sungguh, yang sangat hamba takutkan, jika ternyata semua ini sia-sia belaka, tidak ada artinya, sedangkan Engkau lebih tahu, hamba tidak dapat mengharapkan apapun dan siapapun untuk menolong hamba. Siapa pula yang mampu menghapus dan memaafkan dosa-dosa kecuali Engkau, Rabb. Hamba takut jika perasaan takut ini ternyata pura-pura belaka, ternyata Engkau tiada menerima ketakutan hamba ini, Rabb.

Sungguh hamba takut kalau ternyata ini semua sia-sia. Memang hamba akui, tobat hamba compang-camping bentuknya, apalagi ibadah hamba, sungguh memalukan. Namun bisa apa hamba, Ya Allah, sedangkan doa hamba pun Engkau yang menggerakkan hati hamba untuk berdoa, Ya Yang Mengabulkan permohonan. Engkau lebih tahu betapa hamba tidak lagi punya banyak keinginan. Engkau lebih tahu betapa durhakanya hamba, merasa bersalah dan segera mengulanginya sejenak kemudian—seakan-akan perasaan nyaman di badan ini datang dengan sendirinya.

Seakan kesehatan adalah sesuatu yang sudah semestinya, bukan nikmatMu yang harus senantiasa disyukuri dengan cara mematuhi perintah-perintahMu, menjauhi larangan-laranganMu, dan bersabar atas cobaanMu. Oh, semua itu aku tahu, namun aku tidak pernah tahu sudahkah kuamalkan semua pengetahuan itu. Hanya Engkau yang dapat memberi tahu, Ya Allah Maha Tahu. Itu jugalah yang sangat hamba inginkan lebih dari apapun, dari hidup di dunia ini, di atas bumiMu ini. Pengetahuan bahwa semua salah dan dosa hamba telah Engkau maafkan lagi dihapus.

Ampun Ya Allah, ampuuun. Sungguh pongah, sungguh pandir, sungguh tidak tahu diri hamba menginginkan yang seperti itu. Hanya Engkau yang dapat mengampuninya, Rabb. Hanya Engkau yang dapat mengubah kepongahan dan kepandiran itu menjadi ketawadluan yang didasari ilmu dari sisiMu, mengubah ketidaktahudirian menjadi... diri yang tenang... Ampuun Ya Allah ampuun. Jangan biarkan hamba tertipu oleh harapan dan ketakutan kosong akibat terlalu panjang angan-angan. Ampuni hamba Ya Allah, kasihanilah, Ya Pengiba, Penolong peminta-minta tolong.

No comments: