Monday, September 14, 2009

Setengah Mati Kehilanganmu


Seperti biasa, aku harus menyembunyikannya di balik permainan kata-kata. Namun malam ini tenaga mentalku sudah sangat terkuras. Hanya "Manja"-nya Ada Band saja yang terus menyeret-nyeret jari-jariku untuk menyentuhi papan kunci. Kini interlude "Rahasia Perempuan"-nya Ari Lasso dengan seksi kuningan (brass section) yang atraktif mencoba memompakan sedikit hasrat ke dalam benakku yang lelah. Aku merasa seperti seorang pecinta renta yang kepadanya dihidangkan gadis belia.

Beruntunglah aku gadis kecil ini tidak memencongkan bibir mungilnya demi melihat kejantananku yang kisut mengerut. Ini pasti pengaruh fantasinya Dan Brown tentang Hashishiyyin yang alih-alih mengonsumsi hashish justru melahap daging mentah. Kenapa lelah? Biasalah. Sudah bertahun-tahun aku begini. Kalaupun ingin sekali kuakhiri, itu karena susahnya hatiku demi melihat mereka yang kusayangi bersusah hati. Untukku sendiri... sudah bertahun-tahun. Aku sendiri sudah tidak tahu lagi kalau ada keadaan lain lagi selain yang ini.

Arif Satria menipuku dengan "Ekologi Politik Nelayan" yang dibungkus plastik. Aku sudah menduga ketika akhirnya memutuskan untuk membelinya. Ini pasti kumpulan tulisan pendek yang di-awur di koran-koran (seperti pakan lele-nya Pak Sawira yang kupancing bersama adikku dan si Tompel). Tebakan itu terkonfirmasi di Pizza Hut Margo City ketika aku benar-benar membuka bungkus plastiknya. Si kampret benar saja! Aku sudah hampir lemas ketika melihat Salim H.S. dari Universitas Mataram menulis satu volume tentang hukum pertambangan.

Berarti sudah dua, dia dan Abrar Salleng. Dua-duanya memang tidak mencapai taraf kecanggihan yang kubayangkan. Namun aku jadi ragu sendiri, kecanggihan seperti apa yang aku sasar? Kurasa masih perlu membadai-otak dengan Rendy lagi. Sore ini lagi di Menara Karya? Mari kita lihat! Setidaknya satu disertasi mantap dari Peter Burns berjudul "The Leiden Legacy. Concepts of Law in Indonesia" membuat seratus ribu menjadi pantas. Ya, dua-duanya memang kubutuhkan. Semoga (seperti Bang Andhika).

Dari hari yang satu ke hari berikutnya, sesungguhnya aku semakin tidak yakin. Sungguh aku menjadi semakin tidak yakin saja dari hari ke hari. Kuulangikah kalimat ini untuk kedua kalinya? Karena memang aku semakin tidak yakin. Untuk yang ini aku benar-benar membutuhkan kepala yang baru bangun tidur, bukan yang baru mau berangkat tidur. Apalagi dengan Johnny meratap-ratap memohon gadis kecil itu untuk segera angkat kaki. Setidaknya dua kali aku meratapkan hal yang sama. Mengapa malam ini aku memandanginya dengan penuh kengerian?

Sederhana saja. Karena aku baru mau berangkat tidur. Tunggu sampai aku bangun tidur. Keyakinanku akan pulih. Malam ini, jangankan menyaingi Mario Teguh, menulis entri bermutu saja sudah tidak mampu. Adakah aku jujur di sini? Tidak! Aku tidak berani telanjang. Itu berarti tidak jujur. Entah apa yang kuperbuat di sini. Seperti model sensual yang masih mengenakan secarik tekstil untuk membiarkan bagian-bagian komersial dari tubuhnya terpapar kilat lampu kamera. Ayo telanjang! Berani?! Tidak.... (kisut mengerut)

I said a koprol sama lo semua! Ngepot, ngepot sama lo semua!

1 comment:

Ayudewi said...

haha.. dat last red quote was
a funny blast! oia..welcome back from ur hiatus Mr.Bono.. selalu..posting an yg menyegarkan.. even kadang penuh hal beratt ..haha.. tapii.. ttp dgn sisi yg segar..mampu menyindir nurani sy sekaligus tertawa fun.. jg termenung sejenak. what a whole package :-)