Friday, November 28, 2008

Jika Dibawa Tidak Dipergunjingkan (Aku Jahat!)


Setelah nonton the Flag of our Fathers yang bercerita tentang marinir Amerika Serikat, kemudian dilanjutkan dengan menghancurkan Bonn, Vienna, dan Berlin, terus memaki-maki, aku mendengarkan harmoni Phil dan Don Everly, yang mantan marinir Amerika Serikat juga. Sekarang jam dua tiga tiga enam waktu Limburg Selatan, dan suhu di luar ruangan, kata Yahoo, sekitar empat derajat celsius. Langit agak berawan dan udara sedikit berangin. Sudah seharian ini aku menunggu untuk ngobrol dengan Macan Gondrong, karena aku tidak suka jika dalam satu hari sampai ada dua atau lebih entri. Terlihat sangat tidak rapi, seperti tidak ada disiplin militernya.

Anacani Montoya was a singer in US ABC's Lawrence Welk Variety Show, that was very famous during '60s, '70s, and early '80s. She used to sing Spanish songs.

Dulu, Pak Priyo Waspodo pernah menunjukkan kepada kami, siswa kelas I-2 TN-2, sebuah kliping koran atau majalah --seingatku dari majalah Forum ketika namanya masih Forum Keadilan-- dengan judul "Fenomena Pahalawan-Dosawan." Aku tidak ingat betul mengenai apa artikel itu, namun aku ingat pada kesempatan yang sama ia mengatakan bahwa Soekarno, Semaun, dan Kartosoewirjo pernah tinggal satu atap di rumah HOS Tjokroaminoto di Surabaya. Cerita selanjutnya sudah menjadi bagian dari sejarah, dan semua pun maklum kiranya. Ada yang tidak maklum? Aku hanya tahu yang dari Soekarno, dia mengingatkan kita semua agar jangan meninggalkan sejarah. Jadi, jangan tinggalkan mereka. Aktiflah mencari tahu, begitu kata Teddy Rusdi!

Aku bukan sejarahwan, dan aku tidak terlalu berminat pada akurasi fakta historis. Namun, kurasa aku adalah salah satu penutur "sejarah", karena kesukaanku pada topik ini. Entah sudah berapa orang saja yang kubombardir dengan "fakta-fakta" sejarah sebagaimana kusuka dan ingin kupercaya. Sialnya, aku adalah pendongeng yang baik, bahkan seringkali terlalu baik. Kutanamkan dalam-dalam berbagai fakta sejarah jadi-jadian ke dalam kepala siapa saja yang mau mendengarkan dongenganku. Meski begitu, aku tidak perlu terlalu cemas, karena mereka yang mau mendengarkan dongengku biasanya orang-orang kebanyakan yang tidak punya hasrat berkuasa. Sebaliknya, orang yang berhasrat akan kekuasaan biasanya menjauhi dongeng-dongengku. Jadi, aku tidak perlu khawatir dongengku kelak berubah menjadi "sejarah".

Malam ini, aku bertanya pada Ki Macan Gondrong, mengapa banyak orang begitu yakin pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Apanya yang "kesatuan" dari subyek hukum internasional ini? Apa makna "republik" dalam selarik mantra ini? Apa pula makna nama "indonesia", yang memang terdengar modern ini? Ki Macan mengibas-ngibaskan perutnya yang gondrong sambil berdehem. "Apapun itu, ia terkutuk," sahutnya. Kita semua memang harus hidup dalam kutukan ini, sementara ini, sampai waktu yang dijanjikan tiba. Serumpun padi tidak akan selamanya hidup nista, meski waktu beratus-ratus tahun tentu saja terasa seperti Keabadian itu sendiri. Betapa tidak terasa abadi ketika yang diingat tentang bapak, dan bapaknya lagi, dan bapaknya lagi, adalah kemudlaratan hidup? Tidak semua pemangku kepentingan NKRI dahulu sepakat pada pengakhiran keabadian ini sebagai satu-satunya tujuan.

Gila juga kita membicarakan hal ini sembari mendengarkan "musik-musikan ngak-ngik-ngek gila-gilaan" --istilah Soekarno dalam Manipol atau Djarek, ya... Ki Macan menyeringai, kemudian melanjutkan, "Ketika segala macam konsep ultramodern dituangkan ke dalam kenangan dan kerinduan akan kejayaan masa lalu, inilah jadinya." Bukan macam-macam yang diinginkan rakyat djembel mudlarat dari generasi ke generasi, hanya cukup makan, tutup yang patut bagi auratnya, dan tempat berteduh dari panas dan hujan. Itulah kejayaan! Bukan sebuah imperium, bukan kekuasaan seluas dunia, bukan dominasi, bukan hegemoni, bukan keserakahan, hanya hidup yang patut bagi semua, sementara berada di bumi-Nya. Itulah kejayaan! Tantrayana, bhairawa, bhinneka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa! Namun, jika kekuasaan seluas dunia dibutuhkan untuk mencapai tujuan itu, kita berpantang surut!

Wuih, serius sekali entri malam ini. Ini pasti gara-gara ada Ki Macan Gondrong di sini he he he... Baiklah, terima kasih Ki Macan sudah sudi hadir di tempat sahaya malam ini. Ia pun menghilang di kegelapan. Kini tinggallah kusendiri di kamar lantai dua Laathofpad 6, memandang ke luar jendela, ke arah perbatasan Belanda-Belgia di ufuk barat. Seharian ini aku makan pisang, mie cup ABC rasa seafood, gebakken mosselen, nasi goreng gak jelas... kurasa aku kehilangan kreatifitas. Yah, mau bagaimana lagi, PPA merusak segalanya, dan memang konyol bila bergantung hanya pada satu sumber saja. Memang harus ada diversifikasi, khususnya untuk saat-saat seperti ini. Lagipula, yang benar saja... coba kau lihat dari jarak setidaknya sepuluh meter... Gila apa?!

No comments: