Thursday, October 11, 2007

Gambar-di-Kanan Pertama


Manusia adalah binatang yang jahat. Tepatnya, hanya manusia yang boleh dikatakan sebagai binatang yang jahat. Nanti dulu, seharusnya hal ini kukaitkan dengan volume otak yang semakin besar, sehingga membutuhkan pasokan gula yang lebih besar daripada mahluk-mahluk lainnya. Tetapi aku sedang ngegantung gara-gara Lasagna Beef keparat! Hah! Teruslah memaki-maki makanan! Teruslah memaki-maki segala sesuatu!

Aku ingat dahulu kesadaran seperti ini pernah datang padaku, di suatu hari. Suasananya pun masih ingat. Rasanya mirip seperti sekarang ini. Aku hanya mengenakan kaus dalam. Berkeringat. Masih bercelana panjang. Itu pasti kelas 2, karena rasanya relatif bebas. Kenapa aku terus memaki, begitu batinku waktu itu. Waktu itu ada Catur tidak ya? karena seingatku aku mengajaknya. 'Tur, begitu kataku, mari kita berhenti memaki. Ayo, kata Catur.

Harus seperti itu lagi! Aku butuh pencapaian besar! Aku butuh melompat sangat jauh, eh, jauh saja, deh, jangan berlebihan. Ingat kata Muthahari, moderasi! Tapi tetap aku butuh lagi yang seperti itu. Keteguhan. Ayo, kau pemburu! Tunjukkan keteguhanmu! Kau terlahir sebagai pemburu. Nalurimu terbentuk untuk selalu waspada. Berhubung tidak ada lagi yang mampu membahayakanmu dari persekitaranmu, maka hanya satu lagi yang masih tersedia untuk menyalurkan naluri kewaspadaan pemburumu: KAU!

Ya, kau sendiri! Sebentar... salah satu cara mewaspadai dirimu sendiri adalah membatasi asupan gula ke otakmu, yang mana sudah pasti menurunkan kewaspadaan... Hlah! Agar waspada maka menurunkan kewaspadaan? Ini paradoks! Ini sebuah paradoks untuk diolah oleh otakku yang sudah kebanyakan gula. Ayo olahlah! Olah! Tidak bisa... tidak sekarang mungkin, lain kali saja...

Agresifitas itu padanan katanya apa ya dalam Bahasa Indonesia? Kami Bangsa Indonesia, berbahasa satu, Bahasa Indonesia! Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa! Tiada yang lebih penting daripada persatuan dan kesatuan bangsa. Wawasan Kebangsaan. Wawasan Kejuangan. Wawasan Kebudayaan. GEMBEL! Padanan agresivitas saja tidak ada! Agresifitas atau Agresivitas? Rumput Biru! Glukosa, glikoken, adrenalin, insulin, testosteron... Ngapain aku masuk hukum ya? Ngapain aku sekolah ya?

Biru Kocok! Kasihan Bung Karno, musik-musikan ngak-ngik-ngek gila-gilaan. Yang begini koq bisa masuk pidato resmi kenegaraan ya? Pasti LBJ jijiq sekali mendengarnya, maka ia dibilang demagog, maka ia dibilang diktator. Bung, tapi apa lagi yang harus dilakukan selain itu, jika ingin - paling tidak - kata agresifitas ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Kini Bung sudah entah kemana. Eh, Bung, aku pernah jadi anggota GMNI lho, walau ga pakai PPAB, karena aku caretaker.

UUD 1945
Sosialisme Indonesia
Demokrasi Terpimpin
Ekonomi Terpimpin
Kepribadian Nasional

No comments: