Saturday, February 03, 2024

Hey Jude, You Don't K'now. Toiyewau Enak Sekali


Sangat bisa jadi seharian ini aku tidak menghasilkan apa-apa kecuali berhasil hanya(?!) makan siang dua potong kroket, atau bahkan mungkin juga gagal. Aku tak peduli, terlebih ketika telingaku disumpal entah bagaimana 'kan 'kusandi, pokoknya Chrisye yakin dia hanya untuknya, yang Cantik tidak suka. Maka terpaksalah setelah ini dilanjut ke kantor dokter Harmin ketika masih berpangkat mayor, suatu kenangan yang mengerikan, yang membuatku, seperti Agnes Triana, ingin makan. Namun sudah berhari-hari ini aku sulit terpikir sedang ingin apa. Ia selalu Cantik.
Naik perahu, suluk angin, goyang-goyang. Memangku pengisi daya, paha kiriku jadi hangat. Maka aku kembali ke jendelaku di ketinggian gang pepaya. Apakah itu pagi atau sore hari, atau malah malam hari, jelasnya semua tahu dalam waktu lampau kau seorang pembohong. Pada saat itu juga Sopuyan suka pada yang satunya, yang pasti bisa, sedang aku lebih suka memaki-maki Ega I said lo koprol, sama lo semua, ngepot, ngepot sama lo semua! Apa yang kurasa tolol-tololan ini mungkin bagi Sopuyan ternyata direncanakan dengan sangat baik. Dengan kata lain, Sopuyan memang paling pintar kalau disuruh tolol-tololan. Semacam itu saja 'lah.

Ini malah mundur lebih jauh lagi, ke suatu pagi, mungkin di awal 2008, di Starback. Matahari pagi membelai wajah, sedang hati ini lelah meyakinkanmu, cinta ini membunuhku. Sekitar itu juga mungkin aku memesan kantong biru untuk wadah Fujitsu dari Rina-Rini. Uah, segala petualangan yang tak pernah terjadi itu, seperti halnya korps tak-kelihatan, pesawat terbang ultra-ringan, balon udara bertenaga biogas. Sekitar awal 1990 itu mungkin kali pertama aku tahu mengenai Tan Son Nhut. Waktu itu terasa aneh sekali bunyinya. Sekarang aku bahkan lupa.

Tahun-tahun yang tak berdaya, hanya bertambah dan bertambah terus bilangannya seakan menandakan sesuatu yang penting. Musim berganti musim, kemarau yang menerbangkan debu, penghujan yang mengaduk tanah lumpur, melompatlah aku ke pertengahan 1993. Gagah kurasa aku waktu itu. Belum lagi 17 tahun. Hahaha belum gagah 'lah. Namun aku masih ingat rasanya. Waktunya mungkin tidak akurat, namun rasa di stasiun Cirebon itu tak terlupakan, demikian pula kembalinya. Ah, aku memang tidak pernah berhenti tolol kecuali baru-baru ini saja. Sore-sore.

Tiba-tiba dilemparkan aku ke awal 1997, di bawah televisi di ruang bersama merangkap kantin asrama. Namun aku tidak makan di sana. Udara pagi yang cerah namun nyaman tak menyengat, mungkin karena badan muda, baru 20 tahun. Aku makan di warteg di sebalik pagar kuning, di pintu masuk Kukusan kelurahan. Sayur dan lauknya aku tak ingat, hanya tahu dibelah dua digoreng tepung yang selalu kuingat. Rokoknya apa, kopinya mungkin kapal api campuran pagi, bau apak sedikit lembab, sejuk di dalam rumah petakan satu ruang itu. Suatu ketololan yang hakiki.

Sekarang langsung terlempar ke musim dingin awal 2009, apakah sengaja dimatikan listrik tempatku mengisi daya, karena paha kiriku tak lagi hangat. Ruangan bergaya lama dengan nuansa kuning merah. Kepala tolol yang menekur, tangan yang ragu-ragu membelai. Ibu jari dan telunjuk yang tanpa ragu memilin-milin. Tembok-tembok benteng yang dibangun berkeliling dan berlapis-lapis sampai tidak mandi-mandi, diangkat untuk diendus. Baguslah semua ini diakhiri olehmu yang segalanya bagiku, melemparkanku jauh kembali ke 1986, SD Pulo 01 pagi jembatan selatan.

Kurasa memang ada yang sengaja mematikan. Baiklah jika demikian. Selesainya entri ini mungkin aku akan segera menyingkir. Padahal dua tabung kanan-kiri masih penuh, masing-masing berisi teh panas dan air dingin. Asal jangan sampai pengisi dayanya saja yang menyerah. Asaptaga, kemarin sudah keluar Rp 375 ribu mengganti speaker/buzzer Infinix boNOTE. Amit-amit jangan sampai terjadi lagi yang seperti itu. Dapatkah aku menyelesaikan satu dogengan hukum adat di tiap-tiap akhir minggu, seperti aneka ria anak seluruh nusantara untuk kita semua. Malas 'nonton.

No comments: