Tuesday, April 04, 2023

Hari Empat Bulan Empat Padahal Tiga Belas


Uah, mantap hentakan MK160EP ini. Jika disebut begini rasanya seperti penamaan pasokan militer, padahal jelas bukan. Apa benar yang 'ku rasakan di siang hari bulan Ramadhan begini, pada hari yang ketigabelasnya. Terlebih jika Nurafni sampai bersenandung tepat pada rongga-rongga telinga begini. Dapatkah kau mengenali wajah siapa dalam gambar di bawah? Ya, itulah wajah Pangeran Indrajit Sang Megananda, yang tercipta dari pemujaan terhadap kumulonimbus oleh pamannya Pangeran Gunawan Wibisana. Mengapa pun minatku pada yang bagai ini.
Mengapa tidak pada bisnis teknologi. Mengapa pula aku merasa bergairah membayangkannya, sementara tiap kelebatan, tiap terkaman, tiap desiran harus 'ku tahankan. Jelas karena tidak ada yang benar-benar 'ku lakukan untuk menutupi jalan keluar masuknya hawa yang sembilan itu. Masih 'ku umbar 'ku buka lebar-lebar. Setelah sebelumnya terlempar ke Statensingel, kini 'ku terhempas di bilangan Barel tempat anak perempuanku satu-satunya berada. Satu kambing gibas dan tiga anak perempuan yang ada dalam foto kepunyaanku. Itu saja yang 'ku punya...

Sampai hari ini, sampai detik ini belum pernah benar-benar 'ku putuskan. Mana yang lebih membuat edan: Saban-saban memeriksa pratinjau atau membiarkannya tidak rata kanan kiri. Semakin tuaku semakin mengerikan kesepian itu. Semakin 'ku pikirkan, semakin ragu adakah yang benar-benar dapat 'ku kerjakan. Apa yang 'ku dapat, apa yang 'ku belanjakan, jelas tidak ada hubungannya dengan kebisaan dan pekerjaanku. Itu semua semata-mata belas kasihanNya. Tidak kepadaku, tetapi pada orang-orang yang 'ku sayangi. Ibu. Istri. Sepuhun kayu daunnya rimbun di pelupuk mata, kata Bang Tiyok.

Bagaimana dengan soto padang, dimsum, spaghetti bolognese, burger keju dobel, dan sundae cokelat. Bagaimana jika 'ku catat saja hari ini datang kasur baru untuk Awful yang membuat badannya lurus seribu tahun lamanya. Jika Arisya Arundati Pusponegoro mau mencintai Sofyan Pulungan, begitu dulu nyanyian waktu muda. Kemudaan yang sudah pergi entah ke mana, sama seperti teman-teman lama yang pernah begitu mengisi kehidupan. Bangun tidur bertemu, berangkat tidur bertemu yang itu-itu juga, sampai entah bagaimana berpisah dan tidak ingin bertemu lagi. Seperti ditinggal mati Bang Tiyok.

Bagiku sendiri, aku sudah lama menerima bahwa aku tercipta tidak untuk apa-apa. Aku ini orang yang tiada arti seperti lolongan anjing di malam sunyi auk auk auuung... Meski sinaran ini, hentak-hentakannya, tidak pernah tak memukau hati sanubari. Sama seperti dihentak Mentor Robby Boyke Manalu pada tulang dada dan rusuk agak beberapa kali, selalu menjadi kenangan manis bagai disinari mentari. Aku terima walau dipandang hina. Yang tidak bisa 'ku terima adalah jika Bapak dan Ibu sampai kagungan anak yang tercipta tidak untuk apa-apa sehingga terhina. Tidak akan 'ku biarkan ini.

Sudah jam dua seprapat dan Cantik belum pulang juga. Mengurus NIDK, katanya. Semoga. Siang hari begini dalam kehidupanku selalu nyaman menyenangkan. Seperti ketika aku terbangun ketika kawan-kawan sedang makan siang di Sarasan. Buru-buru aku berlari ke sisen mengembalikan senjata, padahal kawan-kawan masih makan siang belum ada yang mengembalikan senjata. Siang-siang di Gang Mesjid juga bisa nyaman ketika Anakku Sayang masih berusia beberapa bulan saja. Setiap kepul asap Djarum Super 'ku kutuki. Setiap kekukangan, sebagai yang 'ku lakukan sekarang ini, menjadi penyesalan mendalam.

Jangan percaya dunia. Tidak. Dunia tidak dapat memberimu firdaus. Engkaulah matahari, engkaulah hujan, kau membuat hidupku sekadar permainan tolol. Seperti itulah, begitulah akhir dari impian bodohmu mengenai dirimu bagaikan Senopati Indrajit. Tinggal goblog inilah temanmu, karena teman-teman adalah untuk waktu-waktu yang lebih muda. Seperti ketika panas terik meminum es teh super dingin di warung Banyumas, mengakibatkan sakit kepala sebelah. Sebenarnya bukan migren itu, melainkan masuk angin yang sampai hari ini pun tidak jelas itu apa. Kau tidak bisa memburu-buru cinta. 

2 comments:

Anonymous said...

My mama said, "You can't hurry love
No, you'll just have to wait"
She said, "Love don't come easy
Well it's a game of give and take"
You can't hurry love
No, you'll just have to wait
Just trust in the good time
No matter how long it takes

Macan Gondrong said...

Uphil Collins