Monday, August 06, 2018

Jatuh Cinta Lagi Setiap Saat, Boleh 'Gak Sih?


Meski rasanya aku kini seperti diterbangkan ke awang-awang, kurasa aku harus melupakanmu. Biarlah yang kuingat sekadar perasaannya, yang kurasakan kini. Dengan dingin-dinginnya kaki, dan dengan kaus polo merah ini, masih dengan celana Gabs meski telah berubah warna, kunikmati semua, namun tidak denganmu. Aku bersyukur dalam hidupku masih dapat merasakan yang seperti ini, dan ini akan kukenang selalu. Nyatanya, ketika aku terbang lagi yang mana jarang-jarang itu, tidak lagi kutemui perasaan ini, meski ada lagu-lagunya juga.


Jadi bukan lagunya benar, melainkan engkau. Tidakkah segala sesuatu akan selalu begitu, seperti dua potong kecil daging sedang sisanya sambal yang kumakan sebagai sarapan pagi ini. Selalu dengan Nama Tuhanku aku hidup dan aku mati, kapanpun itu, terlebih di tengah musim panas begini. [Uah, aku mengantuk. Akankah kopi mengatasi masalahku ini, atau akankah ia membawa masalah baru] Mari kita jatuh cinta, kulantangkan ini pada persekitaranku. Pada bungkus permen dan gelas plastik kesukaanku, apapun bentuknya itu.

Dan det deredet ini memang harus diakui cantik, angelic! Bukan kamu. Kalian saling jatuh cintalah. Aku masih ingat umur belasan, awal duapuluhan. Aduhai, waktu-waktu yang sangat berharga dalam hidup setiap orang. Maka jangan disia-siakan dengan perbuatan-perbuatan yang akan kausesali duapuluh tahun kemudian. Kudoakan kalian semua tidak pernah mengalami apa yang kualami, aku lelaki paruh baya begini. Masih bagus sekali di umur begini aku masih diijinkan mengecap berbagai kebahagiaan, terutama dalam bentuk Cantik, Istriku sendiri satu-satunya.

Aku pun berusaha menyukainya, menjadikannya pengganti musik, meski ternyata memang beda. Mungkin memang harus berbeda, entahlah. [Aku benar-benar akan mengambil kopi!] Dan entah mengapa aku menggoyang-goyangkan kepala seperti cara seseorang melakukannya. Suatu lelucon yang tragis. Untukku lelucon, untuknya? Entah mengapa pula prapatan Limau itu yang berkelebat, yang mana ternyata Nadia adalah anak Dos-Q. Aduhai, betapa tak hendak jatuh cinta dengan senandung mendayu begini di telinga. Benar belakalah Ustadz Khalid Basalamah. Musik dan lawan jenis, jauhilah!

Ya, kurasa bohong saja itu kalau ada yang mengatakan tidak percaya ada jatuh cinta pada pandangan pertama. Nyatanya aku berkali-kali mengalaminya, dan jatuh cinta pasti pada pandangan pertama ‘lah… kecuali satu itu, mungkin benar pada pandangan kedua. Bahkan ia sampai ada dalam daftarmainku kurasa benar gara-gara dia. Aduhai sekarang di da di da benar-benar cantik! Ini mungkin memang mengenai jatuh cinta yang bukan pada pandangan pertama, melainkan entah pada pandangan ke berapa. Amboi, namanya cinta…

…di mana-mana sama. Menggairahkan! Cinta di awang-awang ini, rasanya masih sama persis seperti kali pertamanya, sekitar setahun yang lalu. Meski kini aku tidak benar-benar mengambang di awang-awang, setidaknya aku berada di Lantai 5 Gedung B Universitas Amsterdam Kampus Roeterseiland. Coba kurang keren bagaimana lagi, apa mau main ranking-rankingan. Boleh! Lantas mengapa kantor pusat PLN yang di CSW itu, uah, memang kalau sedang mengambang begini kau bisa diterbangkan ke manapun. Mau ke panasnya Margonda juga bisa!

Beberapa teguk latte ini memang bolehlah efeknya. Meski aku kini jauh sangat dari Blok M, tidak lagi dalam jangkauan Parioh Sty, aku tidak pernah benar-benar jauh darinya. Di manapun aku, toh tetap di bumi Allah. Akan halnya aku benar-benar beli obat nyamuk elektrik sore ini tidak menjadi masalah, toh aku sudah beli bohlam bahkan pengharum ruangannya sekali. Padahal di kamar sudah ada lilin wangi, tapi itu ‘kan untuk musim dingin nanti. Jadi, sudah siap berkertas-delapan-bulan?

No comments: