Saturday, May 06, 2017

Melodi Bisu Tanpa Nama Bukan Lagu Cinta


Itu adalah judul tadi malam, sedangkan ini sudah terang benderang begini, menjelang tengah hari. Pelajarannya, jangan sampai salah memulai hari. Ingat-ingatlah itu selalu! Mulailah hari selalu dengan yang halal dan toyib, Insya Allah, harimu akan selalu penuh dengan kedamaian, kasih-sayang dan berkah. Semangkuk mie ayam Donoloyo mungkin sebenarnya tidak terlalu salah. Bapak itu tidak memberi micin banyak-banyak pun. Ditambah dengan sepotong risoles ragu ayam pun Insya Allah masih baik-baik saja, karena temannya toh teh melati madu.


Dari sekian banyak melodi dan syair cantik yang selalu merundung benakku sehari-harinya, masih ada beberapa yang bisu tanpa nama. Ini cilaka. Kalau aku masih tahu agak sepotong syairnya masih agak aman lah di jaman gugel begini. Namun kalau sampai sama sekali tidak ada syairnya, atau aku sama sekali tidak tahu, selesailah sudah. Meski demikian, mengingat beberapa kali aku berhasil menemukan yang seperti itu, [atau cuma tiga itu?] tidak pada tempatnya aku berputus asa. Insya Allah akan datang masa-masa di mana kita tak terpisahkan sampai akhir waktu, ya, Cantik.

Sampai hari ini aku belum berhasil menarik kesimpulan. Apakah sebabnya ada hari-hari di mana aku produktif sekali menghasilkan entri, sedangkan di waktu-waktu lainnya bisa sama sekali dorman. Untung saja ada teknologi retroaksi sehingga kemandulan masih bisa diperbaiki. Namun itu bukan jawabannya. Dugaan-dugaan ada, misalnya, ketika aku sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Berhubung pekerjaanku pun tidak jauh-jauh dari baca-membaca dan tulis-menulis, tentu saja ia akan menyandera waktu yang biasa kuhabiskan bersama dengan Kemacangondrongan.

Lalu, pertanyaan ini, yang sungguh aku enggan, cenderung takut, untuk menanyakannya. Kemanakah Ki Macan? Dugaan-dugaan yang ada justru lebih menakutkan. Adakah aku sudah menjadi Ki Macan, ataukah aku sendiri Ki Macan. [?!] Melihat kebotakanku, semakin lemahnya tubuhku, uban-uban rambutku, umurku yang sudah lewat lima windu dengan perhitungan apapun, dugaan-dugaan itu sungguh berdasar. Mengerikan! Itukah sebabnya Ki Macan tidak pernah muncul lagi? Haruskah aku kini menggantikan tugas Ki Macan, sedang aku masih membutuhkannya?

Ki Macan adalah mahluk Allah yang besar sekali tirakat dan prihatinnya, sesuai dengan yang selalu dijalani oleh leluhur-leluhurnya. Aku? Boro-boro tirakat dan prihatin, sedang entri-entriku masih terus penuh olok-olok begini. Ki Macan tidak pernah banyak cingcong, bahkan ia hampir selalu diam. Ia selalu mendekam di pojokannya. Mendeham seperlunya saja, menggeram hampir tidak pernah, apalagi mengaum. Jangan-jangan Ki Macan sudah termasuk dalam golongan hambaNya. Aku apa? Berlumur dosa dan kebodohan, ketololan tiada habis dan hentinya!

Siang ini aku sendirian di rumah yang sungguh kotor dan berantakan, dan sungguh aku enggan melakukan apapun terhadapnya. Ini kesedihan. Ya Allah, hamba mohon penyelesaian atas segala yang tidak nyaman, yang merundung baik lahir maupun batin. Berdoa tuh jangan di entri. Berdoa di atas sajadah, di heningnya kedalaman malam. Badanku sekarang terasa kurang enak. Sudah beberapa hari ini beberapa orang mengatakan aku kurus. Aku gendut tidak mau. Kurus takut. Lalu maunya apa? Maunya bermain-main saja, berolok-olok terus sepanjang hari?

Lalu mainan medsos. Illahi Rabbi, jaman apa ini. Sungguh aku selalu iri melihat orang yang berpakaian rapi, bersarung kadang berpecis atau berkopiah, melangkah menuju mesjid ketika waktu shalat sudah menjelang. Namun aku maunya Masjid al-Barkah. Masya Allah itu mesjid enak sekali. Apa karena jamaahnya sedikit maka terasa enak? Masjid Ukhuwah Islamiyah memang terasa kurang enak karena jamaahnya sering banyak. Masjid Qoryatussalam? Aku harus bagaimana? Salahkah aku jika aku tidak merasa nyaman di sana? Salahkah aku jika mencari kenyamanan beribadah?

Sekarang aku punya banyak sekali al-Hikam-nya Ibnu Atha'illah dari berbagai syarah dan versi. Apakah kubaca-baca? Apakah boleh jika alasannya karena harus menulis, meningkatkan publikasi ilmiah dosen? Ini entri kenapa jadi begini? Kena'apa aku? Mengapa tiap kali mengulang-ulang hafalan Yasin perutku bergolak dan kepalaku sakit? Ya Allah hamba mohon ampun. Hamba mohon pertolongan. Aku bisa apa? Aku harus bagaimana? Setelah ini mungkin aku akan berbaring saja, membaca tafsir al-Fatihah sambil memohon karunia kenyamanan lahir batin, dan ketetapan iman.

Amin Ya Rabbal'alamin

No comments: