Tuesday, May 06, 2014

Sekali Seumur Hidupmu, Bercintalah Berlama-lama


Widis, siang-siang begini aku masih di tepi hutan bambu menulis di sini. Barusan mataku tertumbuk pada secarik kain sasirangan dari Mbak Nunung, aku jadi merasa bersalah. [...tapi rasa bersalah tidak ada gunanya, 'le, kalau tidak diikuti dengan perbuatan untuk memperbaikinya. (ooh, tuts-tuts kibor Asus X450C ini Alhamdulillah enak sekali, membuatku dapat mengetik pada kecepatan penuh. Bilakah aku harus menggunakannya untuk keperluan yang serius?) Katakan itu pada dirimu sendiri!] Hehehe jika dahulu entri-entriku berisi Bang Andhika dan Mas Santo, sekarang Mbak Nunung. Baguslah. Insya Allah urusanku hari ini di STR lancar, dan seterusnya begitu selalu lancar, maka aku dapat kembali pada moda tidak-mengecewakan-orang, setidaknya, syukur-syukur kalau sampai mampu mencapai performa terbaikku sebagai speysialis-terima-beres. [Uah, menjelang tengah hari yang panas berangin, begitulah cuaca terus berganti menurut ketentuan Tuan Baik Hati.]

Lalu Icus. Ya, Icus bekas pacarnya Candace Anastasia Limbong. [seharusnya tidak begitu ia menulis 'Anastasia'-nya, tak apalah. Itu masih mendingan jika dibandingkan dengan Mary Margaretha Saragi.] Aku berjanji padanya untuk membuat catatan sedikit mengenai perkara pidana yang anotasinya dibuatkan oleh MaPPI, yang melibatkan seorang bendahara sebuah koperasi. [X450C ini speakernya mirip dengan 520-ku dahulu, lamat-lamat namun bersih bunyinya, membisikkan "My Love, My Love" oleh Tante Geri, kesenanganku.] Uah, jangan sampai tertangkap lagi olehnya di kantin, maka mungkin siang ini tanpa mampir aku akan langsung capcus ke STR, baru sore-sore nanti kembali ke kampus, atau lebih cepat lagi. [Takwa terdengar kurang suka... ah, perasaanku saja.] Lebih cepat lagi itu lebih baik, karena secepat mungkin aku merasa nyaman, secepat itu pulalah aku dapat menulis tambahan anotasi. [...atau sebenarnya dapat kulakukan sekarang juga, setelah ini, mengigat rampaknya jari-jariku mengetuk-ngetuk kibor? Siapa tahu? (Satu baris lagi mungkin, di paragraf ini, sekadar membuatnya imbang dengan yang di atasnya.)]

Mungkin aku harus mencari "The One You Love"-nya Glenn Frey ini yang lebih baik kualitas rekamannya. Ini, seperti biasa, adalah lagu adikku, sebenarnya. Mana aku bisa tahu lagu-lagu begini kalau bukan darinya? Sudah lama pula kami tidak bertemu muka. Koh Ah Jin, kata adikku kemarin, mengatakan bahwa aku semarga dengan Kyai Honggodrono, marga Ong, dan nama Tionghoaku Ong Pa Wang. Aku mustika raja, tetapi sekarang kelakuanku seperti badut. Tepat sekali. Persis, seperti kataku pada Ibunya Adjie (Tom) kemarin pagi. Sudah terlalu sering aku mendengarnya. Ini juga membuatku tidak nyaman, terlepas dari kenyataan Cantik tidak suka dengan idenya, mungkin ia sekadar orang baik yang mau menjalin silaturahim. Tentu saja begitu. Mungkin aku memang harus ke sana suatu hari nanti semata karena ia lebih tua dariku dan telah sudi memintaku untuk mengunjunginya. Namun, itu akan kulakukan jika aku sudah sampai rumah Kak Nova. Belum lagi Pakde Ganduk, Lik Mamiek, sepupu-sepupuku di sini. Itu silaturahim. [sekarang sudah Rajab, dan tidak juga aku melaksanakan apa yang pernah terlintas, apalagi silaturahim pada Bang Rajab...]

1 comment:

Anonymous said...

http://donotcallmegoddess.blogspot.com/2014/10/they-call-me-dewi.html