Wednesday, September 19, 2012

Dari Sekian Juta Keindahan Dunia


Mampukah aku menyelesaikannya dalam tiga jam...? Baru saja, setelah shalat Maghrib yang sangat tepat waktu, (...sungguh memalukan!) aku bergegas ke parkiran motor untuk memindahkan Vario ke depan Bagian SDM, daripada ia menginap lagi semalaman di sana dalam keadaan dirantai. Ketika aku keluar dari parkiran, kuperhatikan suasana senja yang sangat sedap. Langitnya mendung berwarna kekuningan. Ini membuatku ingin sekali mengabadikannya sebagai sebuah entri. Setelah selesai dengan yang ini langsung beresin proposal ya. [Whoah, sedap! Sekarang blogger berkelakuan seperti Word!] [Tapi] bagaimana dengan tawaran Bu Arie? Bukuku sendiri. Ikan untuk Nelayan, yang sudah demikian lama mangkrak sehingga semakin banyak saja rincian yang harus dimutakhirkan. Apakah aku punya waktu untuk itu semua? Punya dong. Insya Allah. Meski urusan membangun mood selalu saja memakan waktu sangat lama. Terlalu lama. Namun, menurut apa yang kurasakan saat ini, suasana hatiku tepat untuk menulis!

Purfect! Should've done this early on! Al Jarreau sedang mendendangkan Af telor di tabletku. Subhanallah Alhamdulillah wa Syukru lillah. Apalah yang kurang padaku sekarang ini? Masih ada. Satu yang sangat mengganjal. Semoga Allah memudahkan, melancarkan urusan yang satu itu. Ampuni hamba Ya Allah. Sekarang After the Love is Gone. Sedap betul! Gadget punya. Workstation yang nyaman juga punya. Kurang apa lagi? Tinggal yang satu itu. Bayu Handoko mengaplot sebuah foto dari masa yang telah lama berlalu. Masa yang, sedihnya, tidak ingin kuingat-ingat. Tak ayal aku pun memikirkannya. Lihatlah wajahku di foto itu. Muda... dan dungu! Baru saja ia melakukan suatu kedunguan besar, terus saja ditambahnya dengan berbagai kedunguan yang lebih besar lagi, tak henti-hentinya hingga kini... Ya Rabb... Itulah sebabnya, bertahun-tahun Si Dungu ini hanya mampu membatin jika melihat pasangan muda yang terlihat sakinah, terlebih bersama anak-anaknya... Ya... kedunguan-kedunguankulah yang membuatku tidak berhak merasakannya. Sering aku mendoa untuk mereka. Ikhlaskah? Atau muncul dari hati yang sakit penuh iri dengki?

Almarhumah Withney Houston menyanyikan All at Once, berkumandang dari ZTE LightTab V9 Plus-ku. Dalam foto itu ada Bobby Akuba Gani di sebelah kananku, dan Bayu Handoko di sebelah kiriku. Bayu memberi kepsyen foto ini "Penguasa B1". Menurutku kurang tepat. Jika harus begitu judulnya, maka aku tidak boleh ada di foto itu. Justru Iwan Sofyan-lah yang harus berada di situ, karena ia adalah penguasa Koridor Selatan B1. Bobby dalam foto ini lantas adalah penguasa Koridor Utara, Bayu Koridor Barat... Lhah, siapa penghuni Koridor Timur yaa...? Menurut Adikku, aku mirip sekali dengan Bapak di foto ini. Baguslah itu. Aku anak tertuanya. Pantaslah aku sangat mirip dengannya. Kembali ke masalah penguasa, aku dahulu adalah PTG (Penghuni Terang-terangan Gelap). Maksudnya, sudah jelas penghuni gelap, gaul lagi! Sungguh, suatu masa yang sangat tidak enak jika sampai terkenang. Bahkan episode AAL yang jelas memalukan itu saja lebih tertahankan. Seorang tolol akan kehilangan esok dan justru menggapai kemarin, begitu kata Tante Dionne Warwick. Sekitar sepuluh menit menuju pukul tujuh. Jika aku tidak segera mengakhiri ini, mungkin aku akan kehilangan esok.

Selalu dan selamanya
setiap saat bersamamu
bagiku seakan mimpi
yang menjadi nyata

No comments: