Sunday, September 16, 2012

Berani Sumpah tapi Takut Mati


Aku sedang berada dalam suatu krisis yang bolehlah disebut sebagai "berani sumpah tapi takut mati." Artinya, jangan percaya omongan lelaki, meski sampai beberapa menit yang lalu aku masih laki-laki. Ya Allah, ampunilah hamba. Ketika orang seperti hamba ini disebut guru, pengajar dan dikatakan mengilhami, membangkitkan, mengilhamkan, mengobarkan... Ya Allah apa jadinya dunia ini... Seandainya saja aku bisa membangkitkan dan atau mengobarkan nafsu syahwat alias birahi mungkin urusannya jauh lebih sederhana. Hamba adalah pemalas dan pendosa. Sedangkan malas itu saja sudah sebuah dosa yang mematikan, masih saja hamba menambahnya dengan dosa-dosa dari berbagai jenisnya. Ya Allah... ampun Illahi Rabbi Ya Ghafur ar-Rahiim ampuni hamba. Langkah menuju taubat an-nasuha harus segera diayun, dan itu Insya Allah adalah besok! Ya Allah, jangan biarkan hamba terus berkubang dalam dosa. Engkau lebih tahu bukan itu yang hamba inginkan. Hamba ingin menjadi hambaMu yang suka mengingatMu, bersyukur padaMu dan menjadi hambaMu yang lebih baik lagi. Kasihanilah hamba Ya Maha Berbelas Kasih, Pencipta Iba dan Belas Kasih itu sendiri...

Terima kasih, Dik, atas perhatianmu. Aku hanya bisa berterima kasih dan berdoa, memohon ampun untuk kita dan terutama untukku. Dalam kesempatan ini perlu juga kucatat bahwa kemarin, Sabtu 15 September 2012, Parlindungan Harahap, kawanku seangkatan FHUI '96 telah berpulang ke hadiratNya pada usia yang belum genap 35 tahun, kabarnya karena menderita sakit ginjal. Semoga Allah menerima semua amalnya, melipatgandakan pahalanya, mengampuni dan menghapuskan semua dosanya, melapangkan kuburnya, sedangkan seluruh keluarga sanak kerabat yang ditinggalkan olehnya dikaruniai ketabahan. Tidak banyak yang kuingat mengenai kawanku ini, kecuali bahwa ia dan teman-teman dekatnya Geng Homo itu Insya Allah adalah orang-orang yang lebih baik akhlaqnya dan lebih baik agamanya dibandingkan denganku. Seingatku, Parlin selalu bertutur kata lembut, dan aku tidak pernah mendengarnya memaki. Semoga berpulangnya Parlin ini menjadi nasihat bagiku, menjadi pemicu dan pemacu untuk lebih cerdik hidup di dunia fana ini. Katakan, beruntunglah orang yang membersihkan diri dan mengingat nama Tuhannya kemudian shalat. Akan tetapi, kebanyakan lebih memilih kehidupan dunia, padahal akhirat lebih baik dan kekal.

Di paragraf ketiga ini, kepalang kuaminkan juga doamu, Dik, setidaknya pada bagian yang ada doktornya. Sampai hari ini, setelah pada 9 Juli 2012 lalu aku bertemu muka dengan Adriaan Bedner, aku belum lagi menghubunginya. Sama-sekali. Sampai hari ini, bahkan melirik apa yang harus kutulis untuk Mbak Emmy pun belum kulakukan. Get busy yang kutulis seminggu yang lalu ternyata belum juga menjadi kenyataan. Dapatkah aku melakukannya setelah ini juga? Memang ada juga aku berharap, siapa tahu, dengan menyusun disertasi, aku bisa memiliki sesuatu yang cukup berguna untuk kusebut sebagai keahlian. Siapa tahu, meski segala sesuatu yang membuat hati merasa senang adalah nikmat sedangkan yang sebaliknya adalah dosa. Hati hanya akan merasa tidak senang jika kita berdosa, itu yang kutahu. Keahlian... Sungguh pekerjaan mengajar ini menyiksaku. Tidak lebih dan tidak kurang, yang kulakukan adalah cingcong. Aku berharap, jika aku sampai berhasil meraih gelar doktor, dan itu tentu saja karena aku meneliti sesuatu, ada sesuatu yang kusampaikan, yang berguna, yang benar dan baik, jika pun harus aku mengajar. Ini juga selayaknya menjadi motivasiku. Aku malu cingcong terus, tapi mau bagaimana lagi, aku dibayar karena itu... dan duit membuat hatiku senang.

Wallahua'lam

No comments: