Friday, March 30, 2012

Anak Anjing Agar Mengibing


Dengan ini, terlampauilah 2009 dengan 5 entrinya!
Masih ada 2011 dengan 8 entri...


Judul entri ini ada beberapa versi. Versi pertama adalah "Anak Bajing Menggiring Angan." Ini yang paling biasa. Bahkan tidak orisinal, karena Shawn juga pernah menggunakannya, kalau tidak salah. Kemudian terlintas olehku "Anak Anjing Mengiba Garing." Ini saja sudah membuatku tertawa senang. "Anak Anjing Agar Mengibing"-lah yang terpikir terakhir, dengan tertawa-tawa riang. Itulah yang kupakai untuk judul entri ini. Setelah kupikir-pikir, dua yang terakhir itu sebenarnya sama lucunya. Dulu, entah bagaimana caranya, membaca karya Romo Sindhu yang judulnya kuanagram ini rasanya menyenangkan. Kini sedang kubaca lagi, ternyata melelahkan. Ia terlalu banyak berpuisi! Namun terus kubaca juga, setidaknya setiap perut mulas.

Dalam entri ini, aku ingin bercerita mengenai The Winds of War, yang novelnya ditulis oleh Herman Wouk, demikian juga skrip filmnya. Aku berkenalan kali pertama dengan mini serinya, diputar di TVRI sekitar 1986. Waktu itu aku masih kelas 4 atau 5 SD. Cukup larut lah jika aku menonton film ini, karena biasanya diputar pada jam 22.30. Aku lupa setiap hari apa. Seingatku, aku pernah bercerita, entah di mana, entah kepada siapa, bahwa di situlah aku pertama kali jatuh cinta. Jatuh cinta yang aneh. Sampai hari ini pun, tiap kutonton lagi dan lagi, tiap kali itulah aku jatuh cinta pada kisah cinta Byron Henry dan Natalie Jastrow, dihidupkan dengan sangat hidup oleh Jan-Michel Vincent dan Ali McGraw. Kurasa, sejak itu pulalah aku ngefans pada Jan Michel Vincent. Yang kuingat kini, Baby Blue Marine dan, tentu saja, Airwolf.

Di Maastricht-lah aku temukan lagi film ini, melalui Internet. Di kota ini pulalah kutemukan novelnya versi paperback. Hidup di kota itu... HP 520-ku inilah teman sejatiku. Ia selalu bersamaku di kala senang dan susah. Film itu kudapat melalui file torrent. Aku lupa aplikasi apa dulu yang biasa kugunakan untuk mendonlot torrent. Seingatku, kudapat dari Frederik Marmann waktu mencari salinan Stata di Internet. Belakangan kusadari, aplikasi ini dapat digunakan untuk bersenang-senang juga. Entah sudah berapa ratus musik, berapa puluh film kudonlot dengannya. Dan novelnya... kutemukan ketika di sekolahku dijual buku bekas, di ruang bawah tanah. Berapa harganya? Satu Euro? Aku lupa, tetapi yang jelas tidak sampai EUR 5. Kubaca novelnya sambil melepas mulas juga, meski belakangan aku lebih suka menonton filmnya. Novelnya, tentu saja, lebih detil ketimbang filmnya.

Kembali pada jatuh cinta... Aku tidak secara khusus jatuh cinta pada Natalie Jastrow apalagi Ali McGraw. Mungkin Ali McGraw lebih terkenal ketika ia main di Love Story, waktu itu juga masih lebih muda. Aku tidak tahu dan tidak berusaha tahu, karena memang aku tidak secara khusus jatuh cinta padanya. Aku jatuh cinta, seperti telah kukatakan, pada kisah cintanya sebagai Natalie Jastrow dengan Byron Henry. Tidak ada film yang lebih berkesan dari masa kecilku, kurasa, daripada film ini. Mungkin karena latarnya. Heman Wouk menggunakan hari-hari pertama Perang Dunia Kedua sampai Penyerbuan Pearl Harbour sebagai latar bagi ceritanya mengenai dua keluarga, Henrys dan Jastrows. Orang bilang, The Winds of War adalah untuk Perang Dunia Kedua sebagaimana Gone with the Wind untuk Perang Saudara. Aku belum pernah membaca Gone with the Wind, jadi percaya saja.

Ndikane Ibu dulu, Ali McGraw koyo wong lanang. Ketika aku menontonnya, aku tidak pernah memperhatikannya. Ndikane Ibu juga, Ibu wegah nonton, sing main tuwo-tuwo. Waktu itu aku juga tidak seberapa memperhatikan. Entah bagaimana caranya, sepertinya film ini benar-benar membentuk persepsiku mengenai perempuan, dalam bawah sadarku. Sejujurnya, aku selalu tertarik pada bad girls, seperti bahagianya aku ketika menemukan lagu Neil Sedaka lainnya yang juga berjudul Bad Girl. Aku tidak pernah begitu tertarik pada perempuan yang lemah lembut, medoki... mungkin juga karena ibuku tidak begitu. Begitu bertambah dewasa, aku suka perempuan yang... bagaimana caraku menggambarkannya... Aku suka yang 'liar'! Ah, lihatlah sendiri Natalie Jastrow. Seperti itulah! Namun, sekali lagi, bukan karena Natalie Jastrow-nya semata. Kisah cintanya dengan Byron Henry-lah yang membuatku jatuh cinta.

Kemudian... jelas aku menyukai tema-tema perang dan keprajuritan. Namun, sepanjang yang kuingat, aku tidak pernah membayangkan diri menjadi... sniper, misalnya, atau penerbang tempur... The Winds of War membuatku tertarik pada... perang itu sendiri, Perang Eropa 1939-1945 khususnya. Kepada penyebabnya. Kepada... Adolf Hitler. Kepada... Nazi. Kurasa, dalam hal ini, Swargi Akung R. Talkoeto berperan penting. Aku tidak pernah bisa benar-benar mengingat detilnya, tapi samar-samar terlintas Akung beberapa kali menemaniku, atau kami, bersama adikku, menonton film ini. Sama-samar dalam ingatanku, aku ngobrol dengan Akung mengenai topik-topik dalam film ini. Aku ingat dulu kami punya komik seri Perang Dunia Dua. Ada Dari Stalingrad ke Berlin, lalu ada kisah Rommel si Rubah Gurun; pastilah Akung yang membelikan.

Demikianlah, pendek kata, The Winds of War sangat berarti bagiku. Dan bukan suatu kebetulan. Ia kembali padaku justru ketika aku berada di Eropa, tempat itu semua terjadi. Kini topik kualihkan pada masa depanku. Entah bagaimana, siang ini terlintas padaku, Leiden. Dengan tenggat yang sangat ketat, kurasa sulit Selandia Baru diusahakan. Lagipula, Selandia Baru. Apa itu? Tidak ada hubungan sesuatu apa dengan apapun! Leiden. Ya, mungkin Leiden juga akhirnya. Kedua pendorong hidupku menginginkannya. Insya Allah, Leiden juga akhirnya... seperti dahulu Maastricht. Namun, sebelum itu, masih ada yang harus dibereskan. Pusaka! Tadi juga sempat terlintas, apakah karena kubagi semua rahasia perusahaan, maka selalu kusut urusannya? Jadi, sistemnya penggajian? Wallahu'alam. Kita coba Insya Allah besok, meski kalau yang ini juga tidak, sejujurnya, aku tidak terbayang harus bagaimana lagi...

2 comments:

Anonymous said...

Anak Bajang Menggiring Angin ;)

Anonymous said...

jangan mengira k ingin bangga
anjir gak ingin menganga bang
jaringan agak bngngin gimane
giman njaga angkringan bengi