Thursday, March 29, 2012

Teh Hijau Gelombang-mikro dan Cinta Kirik


Yah
, akhirnya inilah idenya. Gelombang-mikro datang terlebih dahulu, gara-gara melihat setumpuk wadah pizza hut yang dapat digunakan di maikrowev. Aku jadi ingat ingin membeli benda itu. Tidak perlu yang besar-besar. Sudah kulihat-lihat harganya, masih di bawah satu setengah juta. Selain itu, ada juga teh hijau. Ternyata white koffie tidak cukup memberikan tendangan, dan aku masih menginginkan minuman hangat. Tapi apa? Teh hijau jawabannya! Sebelum white koffie, aku sudah minum teh hitam Sari Wangi pakai gula sedikit. White koffie pasti banyak gulanya. Maka sekarang, teh hijau. Lionel Richie bernyanyi, "Kaulah matahari, kaulah hujan. Kau membuat hidupku seperti permainan tolol!" Sedap betul memang lagu ini. Sejak kecil kusuka.

Maikrowev, alias Microwave, alias Magnetron, alias gelombang -mikro. Sangat tolol! Kenapa aku merasa membutuhkan benda ini? Yang jelas, kulkasku kosong. Aku tidak pernah memasak. Keinginan memasak itu hilang begitu saja. Satu tomat sudah mulai berjamur. Berkantong-kantong sambal aneka rupa sudah mangkrak berminggu-minggu. Jadi... idenya, jika punya maikrowev, maka semua bisa ditimbun di dalam kulkas. Kalau mau dimakan, tinggal dipanaskan di dalamnya. Begitu. Segitu saja. Setolol itu. Aku memang harus memikirkan suatu rumah. Aku harus tinggal di sebuah rumah. Tidak bisa terus-menerus begini. Nah, di rumah itulah, baru relevan jika aku memikirkan maikrowev, bahkan televisi. Televisi datar, LCD. Buat apa barang-barang itu semua? Terutama televisi aku tidak pernah, atau jarang sekali, menonton.

Benar-benar tidak mungkin kukerjakan sendiri. Mustahil. Tapi, berapa akan kubagi? Satu berbanding dua, atau gaji bulanan? Lima juta sebulan untuk tiga bulan? Sangat menarik! Okay. Akan kucoba tawarkan. Lima juta itu uang yang tidak sedikit loh. Sedangkan Sofyan, entah apa yang dikerjakannya. Pikirannya jualan tanah, dan, sapi. Tapi, kurasa ia pun berpikir bagaimana agar Pusaka tetap hidup. Pusaka pun kesayangannya. Ia tidak akan membiarkannya lepas percuma. Akankah nama-nama itu kutulis di sini? Sekarang? Nama-nama yang akan kutawari pekerjaan ini? Jangan dulu. Biar di dalam benak saja dulu. Setelah ini, aku mandi, dan kucari dia. Kalau ada, kutawari. Paragraf ini tentang Pusaka dan masa depannya. Kuakui, mungkin masih jauh lebih peduli Sofyan pada Pusaka dibandingkan aku...

Oh ya, sebaiknya kuabadikan juga di sini bahwa kemarin Selasa, 27 Maret 2012 adalah kali pertama aku mengajar di Program Magister Hukum, di hadapan hakim-hakim, di Gedung IASTH Salemba, membawakan materi Pertanggungjawaban Korporasi. Alhamdulillah. Aku harus memeriksa jadwal lainnya. Ya, aku baru sadar apa yang dimaksud oleh Mas Huda. Di daftar kelasku sudah tidak ada Politik Hukum. Apakah itu berarti aku tidak akan menyampaikan materi apapun dalam mata kuliah itu? Baguslah bila begitu. Depok - Salemba itu tidak dekat. Ini pun perlu disyukuri. Alhamdulillah. Hari ini, sore nanti, adalah jadwalnya UTS Hukum Lingkungan untuk Ekstensi. Aku sendiri yang akan mengurusnya, karena cuma satu kelas. Kemarin, untuk reguler, aku bersama Mas Harsanto.

Otago, New Zealand. Leiden, Netherlands. Dengan semua kesibukan ini, terasalah sulitnya. Pengalaman terdahulu, keduanya tidak mungkin beriringan. Salah satu harus ditinggalkan. Kaderisasi. Kader. Orang gila mana lagi? Mana lagi orang gila? Tidak ada! Kasihan kalau ada. Nama itu, ya, hanya nama itu dan satunya lagi. Oh iya, kan bisa di-split jadi masing-masing dua setengah juta. Itu juga masih banyak. Yang satunya kita tugaskan untuk mengurus Hukum Koperasi Indonesia. Mungkin itu jawabannya. Atau... am I being greedy? I don't think so... Sepertinya, memang jumlah yang dapat diterima itu segitu. Lebih kecil lagi, maka kita tidak dapat mengharapkan apa-apa. Jika berjalan baik, mungkin dapat segera pergi dari sini. Aku pun tidak nyaman. Aku ingin rumah sendiri. Aku ingin berangkat dari rumah, menuju kantor.

Siapapun, kumohon, tolonglah, tolonglah aku
Inilah jawaban dari Dewata
Betapalah dapat kukatakan pada mereka
Ini bukan cinta kirik


1 comment:

Anonymous said...

things will be yours when it's time for you to have them, she says...