Sunday, March 04, 2012

Menanti Ajal di Bawah Pohon Kamboja


Semoga ini benar menjadi entri pertama di 2012. Wah, lagunya adjieb! Suatu hari nanti, aku akan pergi keliling dunia. Aku ingat ketika masih remaja belasan tahun. Betapa dadaku bisa sesak menyanyikan lagu ini dengan sekuat paru-paruku. Dan kau akan berkata, aku dapat dibanggakan. Dan kau senang karena mengenalku. Dan aku akan berkata, semua yang kulakukan ini adalah untuk...mu!

Di bagian ini suaraku biasanya sudah tidak terkendali lagi. Biasanya, aku akan menangis sepuas-puasnya. Lalu, siapa "mu" itu? Dulu, ketika aku masih remaja belasan tahun, "mu" adalah Bapak Ibu. Sampai hari ini pun masih begitu. Aku sulit memikirkan sesuatu yang kuinginkan untuk diriku sendiri. Kurasa aku beruntung dilahirkan sebagai anak tertua. Kurasa memang benar, dan itu sangat wajar, alami. Anak tertua tentu mendapat perhatian lebih banyak dari adik-adiknya. Anak tertua tentu menjadi tumpuan harapan orangtua, lebih dari adik-adiknya. Dan, menurutku, memang begitulah nasib anak tertua. Alhamdulillah, aku bersyukur terlahir sebagai anak tertua. Semoga Allah menolongku dalam menjalani suratanku ini.

Bayang-bayang senyummu... kembali ke lagu "Suatu Hari" tadi... terkadang, dulu, terselip angan. Mungkin karena kebanyakan nonton pelem, meski aku tidak bisa dibilang doyan nonton. Ya, dulu kurasa beberapa kali terselip angan, "mu" itu seorang perempuan. Perempuanku. Ibu dari anak-anakku, begitu pernah kukatakan pada Ajo. MoMC. Aku memang tukang cingcong. Cuma itu kebisaanku. Akan tetapi... yaa... kenyataannya tidak seindah angan. Meski begitu, kurasa itulah memang tujuan hidupku. Aku hidup hanya untuk membahagiakan orangtuaku dan membahagiakan...mu! Ya, kamu, Cantik.

Buatku sendiri... aku tidak tahu. Aku bahkan sulit membayangkan punya anak lagi. Entah bagaimana caranya, aku merasa sudah terlalu tua untuk memulai dari awal sama-sekali. Mungkin karena itu juga aku sangat menginginkanmu... Namun... yaa... kenyataannya tidak seindah angan. Sungguh sangat mudah bagiku menerima hal ini. Insya Allah. Alhamdulillah. Semoga Allah tidak menjadikanku panjang angan. Ada ding yang kuinginkan untuk diriku sendiri. Aku ingin mati! Itu pun aku tidak perlu payah-payah ingin. Aku pasti mati. Tinggal menunggu waktunya saja.

Kalau keinginanku itu harus diceritakan, mungkin begini ceritanya. Aku ingin dikenang, olehMu Ya Rabb, sebagai seorang anak yang berbakti kepada orangtuanya. Jika masih boleh ditambah... Aku ingin dikenang sebagai seorang suami yang sangat sayang kepada istrinya. Jika masih boleh ditambah... Inilah yang membuatku gamang... Seandainya... seandainya diperkenankan... Aku ingin dikenang sebagai bapak yang... Aku berdoa kepadaMu Ya Allah Maha Memelihara, agar anakku menjadi hambaMu yang teguh imannya dan suka beramal shalih. Doa yang sama tentu saja kupanjatkan bagi diriku sendiri.

Ya Allah, sungguh hamba sangat merindukanMu, hamba yang durhaka dan berlumur dosa ini... Ampuni hamba Ya Allah... Kasihanilah hamba Ya Allah... Tolonglah hamba Ya Allah... Sungguh hamba sangat merindukan berdua-duaan denganMu saja... Hamba tidak tahu hidup macam apa yang tengah hamba jalani kini. Namun... sungguh hamba takut, janganlah hamba diberi penyakit atau kekurangan... Sungguh kurang-ajar hamba memohon ini. Ampuni hamba Ya Allah... Engkau lebih tahu apa yang menyusahkan hamba, Ya Maha Memberi Pertolongan dan Perlindungan... Kasihanilah, Tolonglah hamba...

No comments: